Dangerous
Love
oleh
Christina Tirta
Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama
Editor:
Donna Widjajanto
Desain
Sampul: Marcel A. W
296 halaman
Rate 3 of 5
Dunia Catherine luluh lantak saat
ibunya menikah lagi dengan ayah Chantal. Chantal adalah gadis manis yang
menyenangkan dan dicintai seluruh dunia. Hanya Catherine yang bertekad
membencinya sepenuh hati. Bagaimana tidak? Chantal merebut Mami, satu-satunya orang yang ia sayangi. Chantal
bagaikan tsunamai yang menghancurkan kehidupan Catherine.
Namun, membenci Chantal bukanlah
masalah terbesar Cath.
Hidupnya makin berantakan seperti
keping-keping puzzle yang berserakan sejak Christ, pria misterius yang di kenalnya
di kafe tenda Joe berhasil mencuri hatinya. Ia terpaksa menjalani kebohongong
yang bagai jerat tak berujung pangkal.
Tertarih-tatih Carh berusaha
melepaskan diri. Melewati berbagai rintangan yang membuatnya mengalami dan
menyadari arti cinta dan benci.
Mencintai dan dicintai.
Membenci dan dibenci.
Sanggupkah Catherine terbebas dari
perangkap itu dan menyusun keping-keping puzzle-nya hingga utuh?
***
Hidup Cath berubah, saat Mami-nya menikah
dengan Om Frans, ayah Chantal. Ayah tiri hanyalah awal penderitaan Cath, tapi
kehadiran Chantal lah yang membuat Cath membenci kehidupan. Chantal sosok gadis
sempurna yang merebut segalanya dari Cath, bukan hanya pintar merebut simpati
dari orang lain, bahkan Mami pun seolah-olah terpikat dengan gadis cantik,
manis, lucu dan murah senyum seperti Chantal.
Tapi Cath membenci semua itu.
Ia benci Chantal.
Meski Cath hidup dengan bayang-bayang
“sempurna” Chantal, ia menemukan cinta dari seorang bernama Christ. Cowok
tampan dengan rambut ikal serta senyum yang menawan. Hati Cath makin berbunga
ketika Christ melamar Cath dan akan segera melangsungkan pertunangan.
Sayangnya, di hari pertunangan mereka, Chris
meninggalkan Cath begitu saja.
***
Antusias banget nemu novel ini di aplikasi
iJak, dan para reviewer pun mengatakan novel ini bergenre romance-thriller, aku
pun gak ragu buat baca novel ini. Lebih tepatnya kepenasaran tingkat tinggi.
Tapi selesai aku baca novel ini, aku jadi garuk-garuk kepala. Bagian mana dari
novel ini yang disebut thriller? Aku sama sekali gak ngerasain sensasi itu.
Novel ini murni dan sangat-sangat murni romance dengan konflik yang rumit.
Konflik dalam novel ini cukup beragam dan
saling terkait satu sama lain. Mulai dari kebencian Cath pada Chantal yang
berlebihan, terus hubungan Christ dan Cath yang terlalu cepat dan kebetulan
yang aneh antara om Frans dan ayah kandung Cath.
Oke ini fiksi, suka-suka penulis mau
membangun cerita dan karakter seperti apa. Cuma aku tetap ngerasa semua itu
aneh.
Alur yang dipakai rapi, semuanya berjalan
dengan seharusnya dan tidak tergesa-gesa. Dan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang disuguhkan dalam novel ini dibuka satu persatu dan
dijelaskan dengan baik sekali.
Keanehan lain yang aku rasakan adalah
pemberian nama tokoh. Cath, Chantal, Christ dan Clara. Semuanya berawal huruf
C, ini sengaja atau Cuma kebetulan aja. Bukannya apa-apa sih, tapi aku kurang
suka pemberian nama seperti ini. Apalagi keempat tokoh itu yang menjadi fokus
dalam cerita ini. Mungkin ini lebih ke pendapat pribadi kali ya, gak termasuk
ke pendapat tentang novel ini.
Banyaknya pengulangan kata. Ini satu hal yang
bikin aku risih. Konyol, menyebalkan, dan ironis adalah kata-kata yang paling
sering dan banyak aku temui dalam novel ini. Dan Cath paling sering
menyebutkan/mengulang tentang Chantal yang bagaikan boneka porselen cantik atau
semacamnya lah. Baik itu dalam dialog ataupun dalam diksi. Aku gak ngerti gimana
menjelaskan bahwa aku kurang suka dengan pengulangan kata-kata atau kalimat
yang itu-itu aja. Pokoknya gak suka aja. Siapa tau dari kalian ada yang bisa
menjelaskan perasaan apakah ini? *ini lebay wkwkwkwk
Secara keseluruhan, aku menikmati novel ini.
Tapi gak menjadi favorit sih, aku kurang suka adegan romance yang ditawarkan,
dan tidak terlalu suka dengan semua karakter. Intinya tidak ada karakter
favorit, tidak ada kutipan yang ngena di hati dan tidak ada yang bikin aku wow.
Tapi cukup sangat menikmati.
Hal yang aku pelajari dari novel ini adalah,
kebencian kepada seseorang itu hanya bentuk rasa iri yang tertanam dalam diri
kita. Dan itu disebabkan karena kita tidak mampu menemukan hal apa yang bagus
dalam diri kita. Jangan biarkan diri kita menipu hati bahwa kita tidak
sempurna, tapi izinkan orang lain menerima kita. Jadi kalau ada yang bilang “gue gak iri tu sama dia.” Padahal
sepanjang hari selalu memandang benci pada orang, percayalah itu bohong.
Novel ini aku rekomendasikan untuk pecinta
romance, dan kalau pecinta thriller ada yang pengen coba-coba baca buku ini,
silahkan. Tapi sesuai kata-kata aku di atas, aku tidak menemukan bagian manapun
thriller dari dalam cerita ini. Novel ini juga cukup aman dibaca untuk usia
remaja manapun.
Sampai jumpa di review selanjutnya
Happy Reading All ^^
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam:
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentarmu disini