Jumat, 18 Maret 2016

[Review Buku] Goosebumps #13 : Piano Hantu by R.L. Stine

Goosebumps: Piano Lesson Can Be MurderTM
by R.L. Stine
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa: Daniarty Pandia
124 hlm
Rate 4 of 5

BERLATIH SAMPAI...MATI
Ketika Jerry menemukan piano tua di loteng rumah barunya, orangtuanya menawari Jerry untuk les piano. Semula sepertinya itu ide yang bagus.
Namun ada sesuatu yang seram pada guru piano Jerry, Dr. Shreek. Sesuatu yang benar-benar seram, yang membuat Jerry tidak tenang.
Lalu Jerry mendengar cerita-cerita menakutkan. Tentang para siswa sekolah musik Dr. Shreek. Para siswa yang ikut les musik... dan tidak pernah kembali.
Jerry baru pindah ke rumah baru. Ia lumayan menyukai rumah barunya yang luas, meski terkadang ia masih belum bisa melupakan teman-temannya di tempatnya yang dahulu.

Jerry menjelajahi rumah tersebut dan menemukan loteng. Disana hanya ada satu benda yang ditutupi kain putih. Jerry terkejut saat menemukan piano yang sangat bagus kondisinya. Dan dentingan suaranya masih bisa enak di dengar. Akhirnya piano itu di turunkan dan diletakan di ruang keluarga, dan orang tua Jerry memutuskan agar Jerry les piano.

Malamnya Jerry tertidur dengan pulas, lalu samar-samar ia mendengar alunan musik yang sedih dari ruang keluarga. Jerry bangun mencari tahu siapa yang memainkan nada sedih itu dengan sangat baik. Dan saat ia tiba di depan piano itu, hanya kegelapan yang menantinya. Tidak ada seorang pun yang sedang bermain piano, dan bersamaan dengan itu pula suara piano itu berhenti.
Aku tidak tahu apa sebetulnya yang ingin kulihat. Maksudku, tadi ada orang sedang main piano. Ada orang main piano tepat sebelum lampu dinyalakan. Ke mana perginya? hal 15


Jerry akhirnya les privat piano di rumah bersama Dr. Shreek. Laki-laki itu ramah dan menyenangkan. Ia selalu memuji permainan Jerry meskipun Jerry sering melakukan kesalahan kecil. Saat ia menceritakan pengalamannya belajar bersama Dr. Shreek kepada seorang temannya, temannya tersebut langsung memucat dan menjauh pergi.

Meninggalkan Jerry dengan beribu tanda tanya.

***

Kalau ada kata “piano” langsung ingat sama lagu Rhoma Irama wkwk pasti tau kan gimana lagunya. Lagu super jadul tapi sekaligus sangat populer, bahkan sampai sekarang.

Nah tapi piano di sini sangat misterius. Berbagai misteri yang timbul karena sebuah piano tua di rumah yang tua pula. Sifat Jerry yang suka menggoda dan menjahili orang tuanya, membuat ia jadi tidak dipercayai ketika ia merasakan keganjilan-keganjilan yang terjadi di rumah tersebut. Belum lagi, suara piano yang melantun di tengah malam hanya bisa di dengar olehnya saja.

Jadi satu pelajaran juga sih buat anak-anak. Kalau bencanda itu gak boleh keterlaluan, karena akan berdampak kehilangan kepercayaan dari orang-orang sekitar. Bagusnya sih anak-anak dengan tipe kayak gitu, lebih cenderung ceria, cerdik dan mudah punya banyak teman. Sayangnya sih disini orang tuanya terlalu “adem” menghadapi sikap jahil Jerry.

Alur ceritanya bagus. Di cerita ini, ada dua pertanyaan yang ditujukan kepada pembaca. Pertama siapa yang bermain piano tengah malam tersebut, dan siapa Dr. Shreek sebenarnya. Belum lagi rumor-rumor yang mengatakan hal-hal menyeramkan tentang sekolah musiknya.

Aksi kejar-kejaran Jerry bikin tegang. Tapi ketegangan ini berhenti saat mulai muncul para hantu. Disini kelihatan banget gaya cerita anak-anaknya. Tapi endingnya aku suka kok. Cuma kalimat terakhirnya itu bikin jantung nyut nyut nebak-nebak buah manggis. Apa Cuma perumpaaan aja atau memang bakal keulang lagi haha ..

Motif di balik sekolah itu ngeri banget. Sumpah! Gak kebayang demi alasan itu bisa tega ngelakuin hal tersebut.
“Aku suka sekali pada musik yang indah, Jerry. Dan musik jadi jauh lebih indah, jauh lebih sempurna, kalau tidak ada kesalahan manusia.” hal 120

Emang khas banget gaya R.L. Stine ^^

Buku ini aku rekomendasikan untuk segala usia. Ada bagusnya yang masih duduk di bangku SD bisa di ajak baca sama-sama oleh orang yang lebih dewasa. Biar paham gitu pesan-pesan yang ada di buku ini.
Dan meskipun aku berteriak ketakutan menyuruh tanganku berhenti, tanganku justru mematuhi Dr. Shreek, main terus, semakin cepat, semakin cepat dan cepat. hal 48
***

Tulisan ini diikutsertakan dalam:

G+

1 komentar:

  1. bagus sekali cerita ini aku sudah membacanya salam dari aura ifana . r.

    BalasHapus

Berikan komentarmu disini

 
;