Ini postingan pertama untuk minggu ini. Semoga bisa konsisten untuk ngeluarin uneg-uneg dan berbagi bersama para pecinta buku semua ^^
Amiinn ...
~:0O0:~
Beberapa minggu ini aku lagi kerajinan baca YA lokal yang
rata-rata diterbitkan Gramedia Pustaka Utama. Alasan awal ikutan baca YA lokal
karena pengen ikutan Young Adult Reading Challenge 2016 di blog Faraziyya's Bookshelf. Kayaknya
seru, apalagi ini tahun pertamaku ikutan challenge jadi rasanya bener-bener
semangat. Gak tanggung-tanggung, aku juga ikutan Indonesian Romance Reading
Challenge 2016 di blog Mba Rizky. Rasanya benar-benar banting setir dari
kebiasaan aku dulu ^^
Bagi sebagian orang mungkin baca YA lokal dan juga romance
lokal bukan hal yang baru ya, tapi dulu aku termasuk tipe pemilih banget dalam
bacaan. Aku gak akan mau baca kalau bukan novel terjemahan, harus sesuai genre
kesukaan (misteri, thriller, crime dan horor) dan rata-rata bacaanku itu
katagori Adult.
Ada niat terdalam dari hati buat ikutan challenge YARC dan
IRRC adalah karena aku pengen ubah kebiasaan aku untuk memilih-milih buku.
Rasanya gak etis, ngaku-ngaku sebagai pecinta buku tapi pas baca, milih-milih.
Aku pengen bisa ngelahap semua buku yang ada dan berbagi informasi dengan para
pecinta buku lainnya. Intinya aku pengen ngubah semua sudut pandang aku
mengenai novel-novel terbitan negara sendiri, karya anak negeri sendiri dan
imaginasi anak-anak muda negeri sendiri.
Setelah beberapa buah buku YA yang aku baca, aku jatuh hati
sama penulis lokal. Ternyata di luar dugaan, penulis lokal sangat berbakat.
Mereka bisa memadukan berbagai hal menjadi bacaan menarik dan pengetahuan
mereka untuk beberapa hal patut di acungi jempol. Mereka benar-benar serius
melakukan riset untuk beberapa hal yang terkait dengan novel mereka. Pokoknya
aku jadi respect sama novel-novel YA
lokal. Malah aku udah punya beberapa nama penulis lokal favorit.
Meski kekurangannya adalah rata-rata penulis muda yang baru
debut belum berani mengambil tema cerita yang menantang, yang gak jauh-jauh
dari romance dan patah hati, atau cinta segitiga dsb. Jujur aja, untuk katagori
romance, aku belum menaruh minat. Meski udah banyak buku romance yang aku baca.
Sementara ini aku menaruh minat pada masalah keluarga, dan persahabatan. Kalau
ada adegan percintaan, cukup jadi bumbu aja.
Kelebihan novel YA lokal adalah penulis selalu menyisipkan
pesan moral di dalamnya. Dan itu jelas banget di tujukan untuk pembaca, beda
dengan YA terjemahan yang biasanya lebih fokus kepada menarik atau tidak
menariknya jalan cerita. Dan aku meragukan ada pesan moral di dalamnya.
Selain itu, kelebihan YA lokal, bacaan ini sangat-sangat aman
untuk di konsumsi oleh remaja usia berapapun. Padahal seperti yang kita
ketahui, YA itu mengandung pengertian bacaan yang di tujukan untuk remaja yang
beranjak dewasa. Dan aku gak akan khawatir, misalnya aku ngelihat anak-anak SMP
lagi nongkrong sambil baca novel YA lokal.
Di antara kelebihan itu, aku jadi makin menyadari bahwa novel
YA itu bagus untuk perkembangan remaja-remaja. Meski sebagian konflik yang
disajikan adalah fiksi tapi pembaca sudah di arahkan untuk mencari solusinya.
Aku gak ingin memberikan daftar minus untuk novel YA, karena
dengan memberikan daftar minus, bukan membuat mereka berani untuk bekarya,
padahal siapa tahu ada remaja-remaja di luar sana yang ingin tulisannya di
publikasikan tapi terhambat oleh banyaknya komentar negatif dari para pembaca,
terutama reviewer untuk karya orang lain. Bukan pula artinya, para pembaca atau
reviewer tidak berhak untuk memberikan komentar negatif. Tapi sebagai orang
yang berpendidikan, tentu paham tata cara yang tidak menyinggung perasaan orang
lain, terutama sebuah karya.
Ingat, karya itu dilahirkan dari orang yang berani untuk
menerima kritikan. Jadi jangan membuat kritikan itu membunuh karyanya yang
sedang tumbuh, seperti mematikan jenis pohon yang tidak kita ketahui spesiesnya
padahal siapa tahu spesies itu sangatlah langka atau berguna bagi umat manusia.
Sampai jumpa di postingan selajutnya ^^
***
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentarmu disini