Awal Mula Aku Suka
Membaca
Hobi membaca itu aku dapatin pas
masih duduk di bangkus Sekolah Dasar alias SD. Emang sih belum getol banget
bacanya, masih suka-suka gitu aja. Gak sampe maniak. Maklum namanya juga anak
SD lebih senang main daripada baca.
Trus hobi ini berkembang saat aku
kenal sama detektif conan.
Kebetulan di dekat sekolahku ada dibuka
rental novel-komik gitu.
Aku pilih detektif conan pun gak tahu
kenapa. Padahal komik banyak banget disitu. Mulai dari serial cantik, misteri
dan lain-lain.
Awalnya baca satu komik, lalu lama
kelamaan ketagihan baca komik hingga komik conan itu berakhir di no. 26
Gak akan pernah aku lupa saat itu.
Karena di no. 26 ada adegan dimana Conan alias Sinichi ketembak pas lagi
mecahin kasus di dalam gua. Dan Ran donorin darahnya ke Conan seolah-seolah ia
udah tahu golongan darah Conan.
Bolak-balik aku ke rental komik itu,
nanyain lanjutanya. Setiap kali aku kesana, si abang-abang itu bilangnya belum
ada lanjutannya. Terus dikesempatan lain dia bilangnya udah di pinjam sama
orang. Sampai akhirnya aku beralih ke sebuah novel kecil karya R.L. Stine
dengan seri Goosebump-nya.
|
Koleksi Goosebump dan Fear Streat by R.L. Stine |
|
Goosebump
berhasil membuat aku lupa betapa kesal, marah dan penasarannya aku dengan
lanjutan Conan. Malah selama aku baca Goosebump,
gak pernah sekalipun aku nanya-nanya tentang Conan. Takutnya, jiwaku yang
masih lugu dan polos itu terluka mendapat jawaban yang tidak diharapkan
dari abang-abang itu.
Hingga aku lulus SD dan aku melupakan
abang-abang penjaga rental itu.
Tapi satu hal yang berubah saat itu.
Aku mencintai kegiatan membaca lebih dari apapun.
Hambatan yang Pernah Aku Alami
Kayaknya ini masalah yang akan
dihadapi oleh semua anak-anak seusiaku.
Aku lebih suka membaca buku cerita
daripada buku pelajaran, dan itu bikin sebagian orang tua kesal. Bener gak?
Kalau zamanku dulu, itu membuat mamaku kesal setengah mati.
Aku sanggup menghabiskan setumpuk
buku-buku yang aku sewa tapi langsung tertidur pas dihadapkan dengan buku
pelajaran.
Mama pernah marah-marah dan ngancam
akan ngebakar semua buku-buku itu. Tentu aja aku takut. Uang jajanku pas-pasan.
Apa jadinya kalau sampai mama serius ngebakar buku itu dan gimana cara aku
ganti rugi ke rentalnya?
Cara Aku Mengatasi Hambatan Tersebut
Segala masalah itu ada sisi
positifnya.
Benar sekali. Untuk kasusku, harus
aku akui itu benar sekali.
Soalnya semenjak mama bersikap
seperti itu, aku jadi lebih membatasi baca bukuku. Tapi bukan berarti aku rasa
cintaku kepada buku menjadi berkurang. Malah semakin tertantang. Namanya juga
anak-anak, semakin dilarang malah semakin dikerjain. Iya kan? Yang pernah punya
pengalaman sama kayak aku pasti paham rasanya.
Aku putar otak (bukan otak kebalik ya
haha *garing).
Di rumah─terutama kalau ada mama─ aku bakal menjauhi apapun yang
namanya buku cerita. Entah itu komik, novel atau majalah anak-anak Bobo. Tapi
menjelang tidur, aku selalu menggunakan waktuku sekitar 1 jam untuk membaca
buku. Ini agak was-was, soalnya mama suka ngecek ke kamar apa aku udah tidur
atau belum. Tapi selama aku ngelakuin ini, situasi aman terkendali. Asal aku
gak kebablasan baca buku sampai larut malam.
Karena sedikitnya waktu yang aku
punya untuk membaca di rumah, maka aku terpaksa menggunakan jam istirahat
sekolah untuk membaca buku. Syukur-syukur kalau ada guru yang gak masuk
sehingga aku punya waktu dua jam untuk membaca buku.
Pokonya setiap ada waktu kosong,
pasti aku gunakan untuk membaca.
Dan hal itu membuat kehidupanku
menjadi lebih teratur. Aku tetap membaca, belajar dan paling utama tidak kena
marah sama mama.
Perubahan Besar yang Aku Alami
Kegilaanku terhadap membaca berubah
menjadi fanatik. Ini aku alami saat kelas 3 SMP. Uang jajan sehari-hari aku
tabung untuk membeli buku. Karena buku di rental tempat biasa aku singgahi,
tidak punya buku untuk mencukupi dahagaku akan membaca buku. Apalagi saat itu
aku sudah memiliki genre kesukaanku, yaitu Misteri-Triller yang disebabkan
pengaruh R.L. Stine. genre Kriminal yang disebakan oleh Detektif Conan
dan genre Horor yang disebabkan oleh Goosebump.
|
Koleksi Agatha Christie karena pengaruh Conan |
|
Koleksi Sherlock Holmes dan pengaruh utamanya tetap Conan hehe |
Uang jajanku saat itu─kalau tidak salah─ Rp 2000,-.
Eits jangan salah. Mungkin sekarang 2000
itu Cuma bisa bayar parkir, tapi zamanku dulu 2000 udah bisa beli kue 4 potong,
minum dan lebihnya kadang bisa untuk makan bakso atau somai.
Dan uang itulah yang aku tabung untuk
membeli buku. Aku rela gak jajan (minum bawa dari rumah) supaya bisa kumpulin
uang untuk memulai hobi baru. Yaitu koleksi komik kesukaanku, Detektif Conan.
Hagarnya dulu masih Rp 9500,- yang artinya aku punya 10 hari untuk membeli 1
komik. Obsesiku terhadap Conan membuat aku membeli komik tersebut dari volume
1. Dan hingga kini aku masih mengoleksi conan. Dan hobi terus merambah ke
novel.
|
Ini aku kumpulin pas uang jajanku masih Rp 2000,- |
|
Ini aku kumpulin pas aku udah kuliah, otomatis uang jajannya lebih banyak lebih ^^ |
Aku ingat novel pertama yang aku beli
itu karya Sidney Sheldon berjudul Wajah Pembunuh. Dan ini adalah
novel dewasa pertama yang aku beli. Waktu itu aku belum tahu ada batasan antara
novel dewasa, remaja. Asal ceritanya menarik, aku embat.
|
Sempat kaget pas di dalamnya ada adegan yang vulgar wkwkwk |
Lama kelamaan aku mulai pandai
mengatur keuanganku sendiri.
Aku harus pintar membaginya untuk
jajan (supaya gak terlihat aku pelit banget hehe), menabung di celeng ayam dan
tetap ngejalanin hobiku.
Dan aku bangga karena saat itu, di
usia yang begitu muda, aku sudah di percaya mama untuk diberikan uang jajan
bulanan. Sekitar Rp 100.000,-/bulan. Bayangin aja, kalau Rp 2000,- aku bisa
beli kue + makan bakso, apa yang bisa aku lakukan dengan duit Rp 100.000,-?
Anggapan Orang-Orang di Sekitarku
Beberapa orang suka nyebut “kutu
buku”. Tapi aku gak suka dengan sebutan itu. Karena meskipun aku memang
terkesan fanatik dengan buku bacaan, tapi aku gak kuper dan terpencil dari
teman-temanku. Aku bisa bergabung dengan mereka kapan saja aku mau. Aku bisa
ngikutin perkembangan apa yang sedang mereka ketahui dan paling utama aku bukan
sosok berkacama tebal dengan buku yang berjarak 1 cm dari mukaku.
Untuk orang yang hobi baca buku,
mataku terbilang sangat-sangat sehat. Padahal beberapa teman sebayaku, sudah
memakai kacamata. Entah untuk efek trend atau memang mata mereka minus. Yang
pasti aku lebih bangga dengan mata sehat tanpa bingkai di sekiling wajahku.
Percayalah, julukan “kutu buku” itu
gak keren sama sekali. Malah terkesan menyindiri. Coba berpikir seperti ini “Book addict is the new sexy” pasti kamu akan tahu bahwa manfaat membaca itu bukan membuat mata rabun,
tapi sexy.
Kenapa sexy?
Oke aku gak akan pungkiri sexy itu (bagi cewek) adalah bentuh tubuh
proposional, putih dan montok di beberapa bagian.
Tapi ada gak sih yang mikir, semua kelebihan fisik “sexy” itu gak akan
bisa menutupi minimnya pengetahuan kita?
Sekarang bandingkan, cewek biasa-biasa aja, tapi punya pengetahuan yang
lebih atau rata-rata di atas teman-teman sebayanya. Semua itu dia dapatin dari
membaca. Pasti banyak pujian yang mengalir untuk cewek tersebut dan otomatis,
pujian itu akan meningkatkan percaya diri, dan percaya diri akan meningkan
“sexy” dalam diri kita sendiri.
Percaya?
Baca terus lanjutan tulisanku ini
Upaya “Tidak
Sengaja” Aku Menularkan Virus Membaca
Untuk pembahasan ini aku rasa tidak perlu sebenarnya. Aku tidak pernah
memaksa atau mencoba mengajak orang lain untuk menyukai membaca.
Cuma ada beberapa hal yang aku lakukan─tidak aku sadari─ malah membuat
beberapa temanku mulai melirik membaca.
Kebiasaanku yang suka membaca selama jam-jam kosong, terutama di sekolah,
membuat beberapa orang penasaran. Kenapa aku bisa bertahan duduk diam di sudut
kelas sambil membaca buku.
Jawaban aku: “Info yang kita dapatin dari sebuah buku lebih menarik
daripada info yang kita dapatin dari buku pelajaran. Dan itu lebih memudahkan
kita untuk mengingatnya.”
Terus mereka pengen coba pinjam bukuku. Aku yang takut bukuku rusak
memasang aturan ketat untuk peminjam.
Gak boleh dilipat.
Gak boleh ditidurin.
Gak boleh digulung.
Dan gak boleh dicoret.
Dengan senyum-senyum nakal mereka mengangguk. Akhirnya salah satu dari
mereka duduk di sebelahku dan mulai menikmati buku punyaku.
Mengejutkan!!!
Temanku itu gak pindah dari sisiku sampai aku menyelesaikan halaman
terakhir buku bacaanku. Aku Cuma tersenyum.
Cuma satu hal yang mulai membuatku jengkel.
Bukuku makin sering dan makin banyak yang pinjam.
Upaya “Sengaja”
Aku Menyebarkan Virus Membaca
Upaya “Sengaja” ini terpikirkan saat aku mulai melirik dunia blog. Aku
bertekad di blog ini akan memuat beberapa sinopsis atau review buku yang pernah
aku baca.
Ide ini terbentuk saat aku menyesali membeli sebuah buku tanpa mencari
tahu tentang buku tersebut. Waktu itu gagdet belum terlalu berpengaruh dalam
kehidupan aku. Jadi belum kenal yang namanya Goodreads, atau komunitas buku.
Makanya semenjak membaca buku yang isinya mengecewakan tersebut, aku memutuskan
untuk membuat blog (atas saran seorang teman, dan blognya pun di buat teman
hehe) yang isinya tentang buku.
Sayangnya, setahun berlalu, aku kehilangan waktu untuk menulis review
yang aku baca. Alasan klasik: kuliah, laporan, tugas, skripsi dan lain-lain.
Hingga awal tahun 2015 aku memulai lagi kegiatanku itu, dan bertekad untuk
menjadi lebih baik dan menjadi lebih aktif dari dulu.
Statusku yang sebagai ibu rumah tangga punya beberapa jam waktu kosong
untuk menyempatkan menulis dan membaca. Dua hal yang wajib aku imbangi agar aku
tetap produktif dalam dua hal tersebut.
Dan hasilnya mengejutkan.
Meski baru, aku sudah 2x dipercaya untuk menjadi Host Blogtour dan di
percaya oleh penulis untuk me-review bukunya. Allhamdullah...
Manfaat Membaca
Yang Efeknya Sangat Positif Untukku
Bergelut dengan anak yang masih kecil memang saat yang luar biasa. Tidak
ada momen yang bisa ngalahin saat-saat melihat tawa anak-anak kecil. Bahkan
hadiah satu truk buku pun rasanya masih kurang bisa menyamai momen itu.
Tapi ada saatnya ketika aku rindu dengan duduk santai dengan sebuah buku
di tanganku. Ditemani segelas kopi hitam yang mengepulkan asapnya.
Jujur aku sangat-sangat rindu.
Apalagi aku tidak bekerja, separuh kehidupanku aku abdikan untuk anakku
dan rumah tangga. Bayangkan bagaimana rasanya dikelilingi kepenatan rumah
tangga (kecuali anak. Anak adalah obat penawar kepenatan)? Cucian menumpuk,
kain setrikaan juga segunung, belum lagi memasak dan berbagai hal lainnya.
Disinilah buku berperan penting.
Saat si kecil sudah tidur, aku selalu menyempatkan membaca dan menulis.
Seperti yang sudah aku bilang, kegiatan ini harus imbang agar aku tetap
produktif. Bukan hanya produktif, aku ingin tetap bisa berpikiran jernih dengan
menumpahkan semua kepenatan dalam dua kegiatan tersebut.
Dan inilah hasil bahwa membaca buku dan menulis bisa “menghasilkan
sesuatu”.
Karena hobi membaca, aku beberapa kali sudah memenangkan giveway yang
hadiahnya buku.
|
Ini buku yang aku dapatin dari ikutan giveaway, dari penulis dan dari penerbit |
Karena hobi menulis, aku juga udah beberapa kali memenangkan lomba
menulis. Kebanyakan sih cerpen, dan 3 diantaranya sudah di bukukan bersama
pemenang yang lain. Semua itu aku capai dalam waktu 1 tahun. dan semua itu
berkat hobi membaca. Dan teman-temanku kagum dengan pencapaianku. Mereka kadang
memberi semangat dan suka memuji hasil tulisanku.
|
Rasa bangga yang tidak terkira ketika melihat ada tulisanku di dalamnya ^^ |
Yup, yang awalnya Cuma membaca kini aku melirik dunia menulis. Gak akan
bisa dipungkiri, kalau suka membaca, pasti akan suka menulis.
Dan disinilah makna “Book addict is the new sexy” yang sebenarnya.
Pujian, sanjungan dan pendapat
orang tentang tentang aku membuat aku merasa “sesuatu” yang berbeda.
Sexy?
Mungkin aku akan sangat menyukainya haha
Nah untuk menjadi sexy gak usah jauh-jauh dan gak perlu susah-susah.
Stilletto book adalah penerbit yang
mengkhususkan dirinya sebagai Penerbit Buku Perempuan. Di Stilleto Book
kamu akan dapatin semua karya-karya perempuan “sexy” yang telah berhasil
menelurkan karyanya untuk dibaca oleh seluruh penduduk Indonesia.
Mulai dari fiksi sampai non-fiksi diterbitkan oleh Stiletto Book dan
perlu digaris bawahi, semua penulisnya adalah Perempuan. Ya perempuan. Salah
satu dedikasi Stilleto Book dalam mendukung emansipasi wanita. Bahwa wanita
bisa berkarya dan dibaca oleh semua wanita bahkan pria di seluruh Indonesia.
Dan kalau kamu baca buku-buku yang diterbitkan oleh Stilleto Book, kamu
bakal tahu bahwa wanita sexy itu sangat-sangat banyak.
Dan buat kamu yang ingin menjadi sexy, cukup hasilkan karya yang bisa di baca oleh semua orang. Jamin deh, ketika ada 1 orang aja yang muji karya kamu, kamu bakal ngerasa sexy, melebihi Megan Fox atau Angelina Jolie
Tapi untuk menghasilkan karya tulis, kamu harus rajin-rajin membaca. Karena hanya dengan membaca berbagai macam ide bisa melintas di kepala kamu.
Pandangan Aku
Tentang Budaya Membaca
Menurut aku membaca itu tidak perlu dipaksa, tapi dibiasakan. Beda orang:
beda sifat, beda selera dan beda pendapat. Terus untuk apa mencoba memaksa
sesuatu yang tidak mereka suka?
Aku setuju rendahnya budaya membaca di zaman sekarang ini. dimana gadget
lebih menguasai mental anak-anak negeri daripada berkutat dengan lembaran
halaman buku. Mereka bisa menerima apapun yang ditawarkan gadget, tapi tidak
sedetik pun bertahan dengan untaian kata dari seorang penulis.
Dan memerangi kemalasan membaca bukan dari menyodorkan mereka segudang
manfaat dari membaca.
Tapi mulai dari biasakan dia dengan membaca.
Harapan
Banyak harapanku yang berhubungan
dengan dunia buku. Salah satunya adalah perpustakaan.
Perpustakaan di kotaku, kota Meulaboh, itu sama kecilnya dengan kamar
tidurku (aku baru 2 tahun pindah ke kota meulaboh). Cuma ada tambahan di
depannya disediakan meja dan kursi untuk penjaga perpustakaannya. Padahal
status perpustakaan itu adalah Perpustakaan Wilayah. Buku disitu gak
cukup untuk memuaskan aku. Sementara ini aku bertahan dengan beberapa buku yang
ada, tapi aku tidak tahu gimana kedepannya nanti.
Harapan aku adalah perpustakaan wilayah di kotaku lebih punya banyak
koleksi bacaan.
Kecenderungan aku membaca buku, membuat aku tidak bisa beralih ke dunia
ebook. Padahal dari beberapa penerbit, aku sudah membaca banyak ebook (soalnya
gratis hehe) tapi tetap tidak bisa mengalihkan aku dari dunia buku cetak alias paperback. Dan untuk mendapatkan buku tersebut ..... susah. *hembus nafas panjang*
Tau kenapa?
Soalnya di kotaku, gak ada toko buku sama sekali. Bahkan event
book fair gak pernah di adain di kotaku ini.
Menyedihkan banget memang. Gimana pemerintah mau mencanangkan budaya
membaca kalau hal penting dari membaca itu sendiri gak ada.
Perpustakaan gak lengkap.
Tidak ada toko buku.
Tidak pernah di adakan event book fair.
Aku bisa mendapatkan buku baru, seandainya suamiku tugas keluar kota atau
ada temanku yang sedang berada di gramedia (aku mimpi banget bisa ke gramedia)
mereka baik hati mau membelikan aku buku, bahkan ada yang kasih gratis pas aku
ulang tahun.
Menyenangkan sekali rasanya ^^
Aku punya mimpi untuk hal ini.
Seandainya aku punya rezeki lebih, aku ingin buat sebuah taman baca yang
bisa dimasuki oleh anak-anak secara gratis. Targetku adalah anak-anak, karena
kalau anak-anak sudah dibiasakan untuk membaca, mereka akan meneruskannya
hingga mereka dewasa. Berbeda kalau aku menargetkannya untuk remaja, aku yakin
sekali buku-bukuku akan kalah tenar daripada gadget yang mereka punya.
Kesimpulan
1. Karena membaca, aku menghadapi berbagai masalah. Mulai dari izin orang tua dan teman-teman yang seenaknya minjam buku lalu tidak dirawat dengan baik. Nah hl itu membuat aku untuk lebih bijaksana dikemudian hari, bagaimana aku harus bersikap tanpa sekalipun melukai perasaan Mama yang saat itu suka marah-marah kalau aku kebanyakan baca komik atau novel.
2. Kebiasaan membaca itu tidak perlu dipaksa, tapi dibiasakan. Itu tergantung bagaimana orang tua atau kakak melatih kebiasaan itu sejak dini kepada anak atau adik mereka.
3. Jangan sodorkan 1001 macam manfaat membaca kepada mereka, tapi buktikan bahwa membaca itu ada manfaatnya.
4. Sediakan sarana, berupa buku, agar saat mereka butuh dan mereka haus akan hiburan, mereka akan menjatuhkan pilihan pada buku.
Akhir kata, sekian tulisanku kali ini.
Perjalananku yang singkat
ini supaya mengispirasi pembaca, khususnya wanita untuk menjadi sexy.
“Book Addict is the New
Sexy”
Nama: Neneng Lestari
email : n_tarie90@yahoo.com