Minggu, 31 Juli 2016 0 komentar

[Review Buku] Heartling - Indah Hanaco

Beli di bukabuku.com

Heartling

by Indah Hanaco

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

Editor: Irna

Desain sampul dan isi: Iwan Manopang

Format ebook (via iJak)
Rate 2 of 5 



Monster!
Bagi Amara, monster itu bernama Marcello. Monster dengan kenangan-kenangan buruk. Cowok. Sahabat. Gaun. Pemerkosaan. Rumah sakit. Amara tidak lagi menginginkan hal-hal itu hadir di hidupnya.

Seakan takdir belum puas mengolok-olok Amara, monster itu tiba-tiba muncul mengganggu hubungannya dengan Ji Hwan. Tepat ketika dia berusaha membuka hati.

Apa yang harus Amara lakukan?



Novel ini berkisah tentang seorang gadis muda, Amara yang memiliki masa lalu mengerikan. Ia diperkosa oleh orang yang ia percayai dan ia sayangi, Marcello. Sejak saat itu Amara hidup bagaikan di neraka karena harus mengatasi ketakutannya bertemu dengan orang lain. Dan untuk melupakan kenangan itu, Amara mulai mencoba olahraga senam yang ia yakini mampu mengalihkan pikirannya dari kejadian itu.



Setahun berlalu, Amara merasa siap untuk kembali menekuni aktivitas sebagai mahasiswi. Sayangnya, ketakutan Amara merubah gadis yang dulunya ceria menjadi pribadi tertutup dan dingin kepada siapa saja, bahkan Brisha, sahabat lama Amara seperti tidak mengenali Amara lagi. Sophie gadis cantik nan ceria, tidak peduli dengan sikap permusuhan yang di lancarkan oleh Amara. Amara tidak menyukai Sophie dan secara terang-terangan menolak persahabatan yang di tawarkan gadis itu. Akhirnya, Amara luluh dan membiarkan Sophie mengekorinya. Tapi ia tetap pada pendiriannya, sebagai gadis dingin yang tidak ingin berteman.



Seo Ji Hwan, laki-laki berkebangsaan Korea selatan, tampan dan memiliki senyum menawan menaruh hati pada Amara. Sayangnya, ketika Ji Hwan mencoba mendekati Amara, gadis itu dengan tegas memaki Ji Hwan dengan kasar dan pergi meninggalkannya begitu saja.



Amara belum siap untuk berteman. Amara belum siap untuk menghadapi dunia. Dan Amara belum siap untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Bagi Amara, mosnters itu selalu ada dan selalu mengikutinya.




G+

Jumat, 29 Juli 2016 2 komentar

[Review Buku] Barbielle by Mpok Mercy Sitanggang

Barbielle
by Mpok Mercy Sitanggang
Penerbit Grasindo
Desainer kover Steffi
Penata isi Yusuf Pramono
Cetakan pertama; Maret 2015; 196 hlm
Rate 2 of 5
Format ebook (via iJak)

TING!
"RASUKIN BONEKA BARBIE!"
"WHAAAT!?"
"Kamu gak mau?"
"Ya, ampun, Anabelle. Apa kata dunia perhantuan nantinya, kalau Hansong, Hantu Gosong: lelaki macho, botak, tinggi, gagah, item, gosong, mata merah, terus ngerasukin sebuah boneka Barbie? BONEKA BARBIE, getooo loh!" Boneka perempuan, tinggi semampai, rambut tergerai panjang, wajah cantik menawan. UGH! Barbie, Anabelle! How could you!!?"
"SERAH DEH! Pilihannya cuman itu doang, Hansong. Ngerasukin Barbie, atau ngebiarin keluarga Ana selamanya tinggal di rumahmu. Up to yu, Cyiinnn."
ARGGGHHHHHH!



Ana, Bell dan Ebong adalah trio yang sedang berada dalam kesulitan. Ana yang berprofesi sebagai artis, harus menerima ketika ia ditipu habis-habisan oleh manajernya sendiri. Belum lagi, Ana harus kehilangan rumahnya akibta hutang-hutang yang menupuk di bank. Ebong, penata make up sekaligus sahabat Ana, tidak tega melihat nasib Ana dan Bell, putri Ana, hidup luntang lantung. Hingga akhirnya Ebong memutuskan membawa Ana dan Bell ke apartemen miliknya.

Ebong menyesal.

Ia diperlakukan sebagai pembantu di rumahnya sendiri. Belum lagi, pacar Ebong yang bernama Kiki, ngambek karena Ebong tidak memberinya uang. Bantuan datang di saat yang tepat. Ada sebuah rumah yang di jual sangat murah. Tugas Ebong adalah meyakinkan Ana agar bisa membeli rumah itu. Komisi yang menggiurkan, membuat Ebong tidak mikir panjang. Akhirnya Ana membeli rumah itu dan Ebong mendapat komisi yang besar.

Semenjak tinggal di rumah itu, Ana terus merasa di ganggu oleh makhluk halus. Ebong yang tidak ingin ketahuan sudah menipu Ana, mencoba menenangkan dengan mengatakan bahwa itu hanya halusinasi. Ana mencoba percaya, tapi ia makin sulit percaya ketika ia melihat Bell sedang bermain dengan boneka barbie yang mengerikan.

Boneka barbie dengan seringai mengerikan dan mata merah yang melotot.

G+

Rabu, 27 Juli 2016 5 komentar

[Review Buku] The Girl On The Train by Paula Hawkins

Lagi diskon lho di bukabuku.com

The Girl On The Train

by Paula Hawkins

Penerbit Noura Books

Penerjemah Ingrid Nimpoeno

Perancang sampul Wida Sartika

Cetakan ke-8; April 2016; 430 hlm

Rate 2 of 5

Rachel menaiki kereta komuter yang sama setiap pagi. Setiap hari dia terguncang-guncang di dalamnya, melintasi sederetan rumah-rumah di pinggiran kota yang nyaman, kemudian berhenti di perlintasan yang memungkinkannya melihat sepasangan suami istri menikmati sarapan mereka di teras setiap harinya. Dia bahkan mulai merasa seolah-olah mengenal mereka secara pribadi. “Jess dan Jason,” begitu dia menyebut mereka. Kehidupan mereka-seperti yang dilihatnya-begitu sempurna. Tak jauh berbeda dengan kehidupannya sendiri yang baru saja hilang.

Namun kemudian, dia menyaksikan sesuatu yang mengejutkan. Hanya semenit sebelum kereta mulai bergerak, tapi itu pun sudah cukup. Kini segalanya berubah. Tak mampu merahasiakannya, Rachel melaporkan yang dia lihat kepada polisi dan menjadi terlibat sepenuhnya dengan kejadian-kejadian selanjutnya, juga dengan semua orang yang terkait. Apakah dia telah melakukan kejahatan alih-alih kebaikan?

Rachel seorang wanita yang kehidupannya hancur gara-gara alkohol. Ia kehilangan suami, yang ternyata berselingkuh, kehilangan pekerjaan dan parahnya dari itu semua Rachel tetap tidak bisa berhenti untuk menegak minuman itu. Hingga orang-orang memandang Rachel denan sebelah mata. Tidak ada lagi rasa simpati di mata-mata orang yang memandangnya. Hanya jijik saat melihat Rachel mabuk lalu muntah tidak terkendali.



Rachel diberi tumpangan tempat tinggal oleh teman kuliahnya, Cathy. Wanita itu tidak mengetahui kalau Rachel sudah dipecat dari pekerjaannya, hingga untuk menutupi kebohongan itu, Rachel tetap bepergian ke London, seolah-seolah ia masih bekerja, menggunakan kereta api. Lalu pulang di saat jam kerja berakhir dengan menggunakan kereta api pula. Aktivitas naik kereta api adalah hal yang paling Rachel senangi, karena setiap kali kereta api berhenti di sinyal berlampu merah, ia bisa melihat sebuah rumah bernomor dua puluh tiga favoritnya. Ia selalu melihat kebahagian yang terdapat pada pasangan suami istri Jason dan Jess (nama imaginasi yang di berikan Rachel untuk pasangan tersebut).

Aku mengenali mereka dan mereka mungkin mengenaliku. Tapi aku tidak tahu apakah mereka melihatku sebagaimana adanya diriku. – hal 6

Tapi pandangan Rachel berubah, saat melihat Jess sedang mencium seorang pria asing yang bukanlah Jason, suaminya. Rachel geram. Ia merasa dirinya di jungkirbalikan ke mesin waktu saat menghadapi kenyataan suaminya juga pernah berselingkuh. Sejak saat itu, Rachel tidak pernah menyukai sosok Jess lagi. ia kembali minum-minum hingga mabuk dan tidak sadarkan diri.



Saat Rachel terbangun, tubuh Rachel merasa sakit. Kepalanya berdarah. Bibirnya robek dan segala macam luka memar yang tidak ia ketahui dari mana asalnya. Karena Rachel tidak mengingat apa-apa pasca ia mabuk semalaman, akhirnya Rachel berobat ke rumah sakit. Tapi betapa kagetnya dia, saat mendapat berita bahwa Megan Hipwell atau yang Rachel kenal sebagai Jess, mengilang dari rumah sejak semalam.



Rachel bingung dan begitu ketakutan.



Karena menghilangnya Megan, adalah malam dimana Rachel mabuk berat dan tidak mengingat kejadian apa-apa.



Dan Rachel mencoba mencari tahu.

Aku tidak mengerti betapa orang bisa dengan entengnya mengabaikan kerusakan yang mereka timbulkan gara-gara mengikuti kata hati mereka. Siapa bilang mengikuti kata hatimu adalah sesuatu yang baik? Itu egoisme murni, keegoisan tertinggi. – hal 40


G+

Senin, 25 Juli 2016 2 komentar

[Review Buku] (S)He Is My Girl - Chyntia Yanetha

Bisa di beli di bukabuku.com

(S)He Is My Girl
by Chyntia Yanetha
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Editor : Irna Permanasari
Desain Sampul : Orkha Creative
Paperback, 240 pages
Published June 15th 2015 
Rate 3 of 5 
Format ebook via iJak

Di kali keempatnya mengikuti audisi Akademi Golden Voices, meski sempat mendapatkan penolakan pahit dari Phillip − si Tuan Arogan yang menjadi salah satu juri − akhirnya Alexa berhasil lolos. Tapi… bukan tanpa syarat. Syarat itu bahkan begitu tak masuk akal. Bayangkan! ALEXA HARUS MENYAMAR JADI LAKI-LAKI!

Alasannya sederhana, karena Phillip menganggap Alexa sebagai itik buruk rupa yang tidak menarik menjadi perempuan, tapi cukup menarik sebagai laki-laki. Tawaran itu begitu tidak masuk akal, sekaligus begitu menggiurkan. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Alexa menerima tawaran itu. Lagi pula, Alexa memang sudah sering dikira laki-laki, jadi apa susahnya sih menyamar jadi laki-laki? Tapi, bagaimana jadinya kalau ternyata si Tuan Arogan malah jatuh cinta pada si Itik Buruk Rupa? Dan… apa iya, menyamar jadi laki-laki itu mudah seperti yang dibayangkannya?


Alexa harus menerima memilih antara dua piliha, merelakan mimpinya sebagai penyanyi atau mengikuti permintaan Philip, salah satu juri Golden Voice, untuk menyamar menjadi laki-laki. Ternyata, Alexa memilih menyamar menjadi laki-laki dan harus menerima perlakuan Philip yang seenaknya saja.

Saat di karantina, kedekatan Alexa dan Philip makin terasa. Bahkan Philip tidak segan-segan menunjukan perasaannya kepada Alexa. Lalu masalahnya timbul bertubi-tubi, salah satu konstentan yang ingin balas dendam pada Philip. Mantan Philip yang ngotot banget pengen balik dan Dikta yang diam-diam memperhatikan Alexa.

Ditengah ketidak nyamanan itu, Alexa harus tetap konsisten dengan penyamarannya. Kalau tidak, bukan hanya mimpinya yang dipertaruhkan, tapi karir Philip pun akan ikut hancur bersama mimpinya.


G+

Sabtu, 23 Juli 2016 2 komentar

[Review Buku] Look at Me! - Yulia SM

Look at Me!
by Yulia SM
Penerbit Grasindo
Editor Cicilia Prima
Desainer Kover Jang Shan & Ivana PD
Cetakan ke-1; Mei 2015; 228 hlm
Rate 3 of 5
Format ebook via iJak

Diam bukan berarti dia tidak merasa. 
Diam bukan berarti dia tidak peduli.
Dalam diam dia terus memerhatikan.
Biarkan dia menyampaikan rasa sayangnya dengan caranya sendiri.


Seorang adik dibenci oleh kakaknya sendiri.
Mungkin hal itu terdengar mustahil. Tapi, tidak bagi seorang Park Ryung-Hee. Gadis itu benar-benar mengalaminya. Entah kenapa, Joon-Seok—kakaknya—selalu membedakan dirinya dengan Park Yo-Seong—adiknya sendiri. Dari kecil, Joon-Seok selalu memerlihatkan sisi tak acuh, bersikap seolah sosok Ryung-Hee tidaklah pernah ada di sekitarnya. Bahkan, tak segan pria itu mengucapkan kata-kata kasar dan memberikan tatapan penuh kebencian kepadanya.
Sakit? Tentu saja! Seorang adik mana yang tidak merasa sakit hati jika dibenci oleh kakaknya sendiri? Jika boleh jujur, Ryung-Hee sudah lelah dengan semua sikap buruk Joon-Seok terhadapnya. Tapi, untung saja ia masih memiliki Kyuhyun―sosok pria yang selalu siap membagi punggungnya sebagai tempat bersandar. Tapi... bagaimana jika suatu saat  punggung yang selalu menjadi tempatnya bersandar itu malah pergi? Pergi menjauh tanpa mau mengizinkannya untuk kembali bersandar dan malah memberikan punggung itu untuk orang lain. Dengan kata lain, pria itu berbalik membencinya. Jika sudah seperti ini, ke mana dia harus pergi? Hidupnya benar-benar menjadi hancur karena semua orang kini telah membencinya.
Ingin tahu kelanjutan kisah cinta Kyuhyun dan Ryung-Hee? Lalu, alasan kenapa Joon-Seok membencinya? Bacalah sampai tuntas kisah lengkapnya dalam novel ini!

Ryung-Hee hidup seperti di neraka. Statusnya sebagai anak dari hubungan gelap ayahnya, harus tinggal serumah dengan kakak, Joon-Seok, yang tidak mencintainya sama sekali. Selalu menuduhnya membunuh ibu kandung mereka.  Kebencian Joon-Seok makin menjadi ketika mendapati adiknya, Yo-Seong, jatuh dari tangga setelah bertengkar dengan Ryung-Hee. Joon-Seok menuduh Ryung-Hee sengaja mendorong jatuh adiknya karena memperebutkan Cho Kyuhyun, kekasih Ryung-Hee.

Ryung-Hee terima ketika Joon-Seok menuduhnya dengan tuduhan palsu. Tetapi Ryung-Hee kecewa saat Kyuhyun lebih mempercayai ucapan Yo-Seong daripada Ryung-Hee. Kyuhyun memaksa Ryung-Hee meminta maaf kepada Yo-Seong, Ryung-Hee menolak sehingga menyebabkan pertengkaran hebat. Kyuhyun tiba di batas kesabaranya, hingga ia memutuskan hubungannya dengan Ryung-Hee.

Ryung-Hee bagaikan kehilangan pegangan satu-satunya. Seluruh dunianya runtuh saat satu-satunya orang yang ia cintai juga membencinya. Tidak ada satupun yang menginginkannya. Tidak ada satupun yang mencintainya.


My Review

Novel ini sederhana banget. Mulai dari diksi, alur serta konflik dalam novel ini cukup sederhana. Anehnya sih, aku cukup menikmati novel ini. Bahkan novel ini sangat mudah untuk kita habiskan dalam sekali duduk. Kesederhanaan dalam novel ini, membuat aku cenderung menggolongkan novel ini ke dalam Teenlit, tapi konflik yang terjadi lebih cenderung ke Young Adult.

Novel ini dibuka dengan misteri ketidaksukaan Joon-Seok kepada Ryung-Hee, padahal statusnya sebagai adiknya. Terlebih lagi, ternyata Joon-Seok memiliki adik perempuan satu lagi, tapi ia sangat menyayanginya. Dari awal aja, penulis sudah mengajak aku untuk terus melanjutkan hingga ke halaman selanjutnya. Dari halaman selanjutnya, berlanjut ke bab selanjutnya dan tidak terasa novel ini habis.

Penempatan alur flashback di tengah-tengah bab, merupakan poin penting dalam novel ini. Jujur aja cukup pintar, di tengah rasa penasaran dengan apa yang terjadi antar para tokoh, penulis menawarkan jawaban melalui alur flashback tersebut.

Konfliknya seputar keluarga. Aku di ajak untuk merasakan kebencian Joon-Seok kepada Ryung-Hee yang notabene-nya anak selingkuhan ayahnya. Terus kebohongan-kebohongan Yo-Seong yang menjebak Ryung-Hee. Trus Kyuhyun yang menjalin cinta dengan Yo-Seong, semua itu menjadi konflik utama dalam novel ini.

Pembentukan karakter cukup bagus. Cuma yah ada beberapa hal yang kurang di eksplore. Karakter paling kuat tentu saja Ryung-Hee dan Joon-Seok.

Terus, untuk settingnya sendiri di korea. Sayangnya sih, penulis kurang detail menggambarkan tempat-tempat khusus yang di kunjungi Ryung-Hee. Dugaan aku, bisa saja karena korea sudah terkenal dengan keindahaannya melalui tv, sehingga hanya dengan memberikan informasi sekilas tentang tempat tertentu, sudah cukup bagi pembaca. Aku sih nggak keberatan, tapi nggak tau dengan pembaca lain. Karena sudah menjadi kebiasaan ketika mengambil setting luar negeri, ada keindahan dari negeri tersebut yang di tonjolkan.

Ending cukup bagus. Aku nggak komentar banyak tentang ending. Meski ending cukup bagus, aku masih kurang ngerasa wow dengan cara penulis membawa ending tersebut. Maksudnya, ketika aku mengakhiri suatu novel, aku pengen ada rasa puas dengan ending tersebut meski endingnya udah ketebak kemana akhirnya. Maka dari itu, aku bilang endingnya “cukup” bagus.

Satu lagi kelebihan novel ini adalah, novel ini bebas typo. Jaman sekarang, typo sepertinya adalah hal yang wajar dalam sebuah novel. Jadi aku yah cukup ngerasa ada sesuatu yang spesial aja ketika sebuah novel bebas typo ^^

Aku mau kritik sekaligus saran tentang dua hal (ini yang terlihat sepanjang aku baca novel ini):

1. Penggunaan kata “alibi”. Coba cek dua pernyataan di bawah ini:

Oke, pria itu semakin yakin dengan alibinya sendiri. – hal 61 

“Sepertinya itu sebuah alibi karena Joon-Seok Oppa tak mempercayaimu saja, Oppa.” – hal 80 

Setelah lihat dua kalimat di atas, coba cocokan dengan pengertian alibi yang aku dapatkan dari wikipedia: Alibi (bahasa latin: alibi, tempat lain) adalah suatu keterangan yang menyatakan bahwa seseorang berada di tempat lain ketika suatu peristiwa terjadi.

Saran aku, coba cari lebih dahulu kata-kata yang ingin digunakan. Jangan sampai salah dan tidak cocok penempatannya. Karena alibi yang di maksud tidak cocok sekali dengan dua kalimat di dalam novel Yulia SM.
  
2. Di halaman sebelumnya, ada bagian yang mengatakan kalau Joon-Seok kembali ke rumah setelah ibu kandung mereka meninggal dunia dan beliau sudah mendonorkan kornea matanya untuk Ryung-Hee. TAPI, di halaman 139 ini, di katakan Ryung-Hee masih buta. Sehingga Joon-Seok sering salah paham mengartikan tatapan mata kosong Ryung-Hee kepadanya. 
 
Pertanyaan aku, apa iya orang yang udah mendapat donor mata, masih tetap buta?

Secara keseluruhan novel ini tidak dibilang bagus banget. Tapi bacaan ini cukup cocok di baca segala usia, apalagi konflik utamanya mengenai keluarga. Tentang saling menjaga dan menghargai saudara sendiri. Pokoknya ada pesan moral yang bisa kita petik.

Cuma segitu aja review aku.

Sampai jumpa di review selanjutnya ^^
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam:


G+

Kamis, 21 Juli 2016 0 komentar

[Review Buku] Hex Hall - Rachel Hawkins



Hex Hall
oleh Rachel Hawkins
Penerbit Fantasious
Penerjemah Dina Begum
Agustus 2014; 400 hlm
Format ebook
Rate 2 of 5
Saat ulang tahunnya yang kedua belas, Sophie Mercer mendapati kalau dirinya ternyata seorang penyihir. Tiga tahun kemudian, akibat mantranya mengacaukan pesta dansa di sekolah, dia diasingkan ke Hex Hall, sekolah bagi anak-anak bandel Prodigium—penyihir, peri, vampir, warlock, dan shapeshifter.
Pada akhir hari pertama berada di antara sesama remaja aneh di Hex Hall, Sophie mendapati hal yang mengesankan: naksir kepada cowok warlock ganteng, bermusuhan dengan tiga cewek yang berwajah bagaikan supermodel, terus dibuntuti hantu menyeramkan, dan tinggal sekamar dengan orang yang paling dibenci dan satu-satunya vampir di sekolah. Lebih buruk lagi, Sophie segera mendapati bahwa ada makhluk misterius yang menyerang murid-murid, dan satu-satunya teman yang dimilikinya merupakan tersangka nomor satu.
Sementara serangkaian misteri yang mengerikan mulai terungkap, Sophie bersiap-siap menghadapi ancaman yang paling besar: kelompok rahasia kuno yang bertekad untuk menghancurkan semua Prodigium, khususnya dia.

Sophie baru menyadari bahwa ia adalah penyihir ketika berumur tiga belas tahun. Pada pesta dansa di sekolahnya, Sophie melakukan sihir cinta yang fatal untuk temannya yang sedang kasmaran. Sialnya, gara-gara sihir itu Sophie harus dikirim ke Hex Hall, sekolah buat anak-anak prodigium, seperti penyihir, peri, vampir, warlock dan shapeshifter. Sophie benci berada di sekolah tersebut, karena menegaskan bahwa dirinya adalah orang aneh.
Prodigium. Cuma istilah latin untuk menyebut monster. Dan itulah semua orang yang berada di Hecate. Itulah aku. – Hal 16
Sophie berteman dengan Jenna, seorang vampir yang di jauhi oleh orang-orang. Awalnya Sophie merasa ngeri harus sekamar dengan jenna, mengingat kebutuhan “makan” Jenna yang jauh dari kata normal. Dan Sophie sering mendapati mata gelap Jenna memandanginya.

Sophie juga berkenalan dengan Elodie, Anna dan Chaston, trio cewek menarik yang ingin merekrut Sophie ke dalam grup penyihir putih. Tapi Sophie menolak karena desas desus yang terdengar, mereka bertiga mencoba memanggil Demon.

Kehidupan Sophie di sekolah tersebut tidak bisa di bilang bahagia. Statusnya sebagai anak ketua Dewan, membuat ia sulit mendapat simpati dari guru-guru di sana. Di susul kecelakaan-kecelakaan misterius yang di duga pelakunya adalah seorang vampir. Jenna menjadi tertuduh utama. Sophie berusaha menemani Jenna dalam masa-masa sulit tersebut.
“Holly bukan lulus atau pindah. Dia meninggal.” Anna pindah ke sisi tubuhku yang satunya, matanya terbelalak dan ketakutan. “Dan Jenna Talbot-lah yang membunuhnya.” – hal 69
Tapi sulit, ketika Sophie menyadari ada bahaya yang sedang mengincarnya.

G+

Rabu, 20 Juli 2016 1 komentar

Wishful Wednesday [17]

Hari rabu lagi .... 

Wishful Wednesday lagi.... 

Nggak bosan-bosan kayaknya ngeposting wishlist buku yang paling aku inginkan tiap minggunya. Habis mau gimana, tiap buka akun sosmed, pasti aja ada novel-novel baru yang keluar. Sayangnya, duit di dompet nggak pernah nambah-nambah haha ... 

Oke WW minggu kali ini novel thirller yang berasal dari Malaysia. Di terbitkan ulang versi Indonesia oleh Haru. 

Udah pada tahu kayaknya kan? ^^ 

G+

Selasa, 19 Juli 2016 4 komentar

[Review Buku] The Lunar Chronicles #3: Cress - Marissa Meyer

The Lunar Chronicles #3: Cress
by Marissa Meyer
Penerbit Spring
Penerjemah Jia Effendi D
Desain Cover @hanheebin
Cetakan pertama; Mei 2016; 576 hlm
Rate 5 of 5
Cinder dan Kapten Thorne masih buron. Scarlet dan Wolf bergabung dalam rombongan kecil mereka, berencana untuk menggulingkan Levana dari takhtanya.
Mereka mengharapkan bantuan dari seorang gadis bernama Cress. Gadis itu dipenjara di sebuah satelit sejak kecil, hanya ditemani oleh beberapa netscreen yang menjadikannya peretas andal. Namun kenyataannya, Cress menerima perintah dari Levana untuk melacak Cinder, dan Cress bisa menemukan mereka dengan mudah.
Sementara itu di Bumi, Levana tidak akan membiarkan siapa pun mengganggu pernikahannya dengan Kaisar Kai.

Sejak kecil Cress di kurung oleh Sybill di satelit. Kemampuannya sebagai peretas andal di manfaatkan oleh Sybill untuk mencari Cinder, atas perintah Levana. Kesepian yang Cress rasakan mendorong dirinya sendiri menciptakan “teman” yang bisa ia ajak bicara. Sayangnya, ia tetap merasa kesepian terasing di antara bintang-bintang di angkasa. Hanya satu kesenangannya, yaitu mencari tahu segala informasi tentang Throne, laki-laki yang telah membuat ia jatuh cinta.

Di sisi lain, Cinder tetap menjadi buronan. Di tengah-tengah pelarian, ia mendapatkan ide untuk menyelamatkan Cress dari satelit yang mempenjarakannya. Saat rencana sudah matang, ia mengutus Throne untuk menyelamatkan Cress. Seharusnya ini menjadi misi yang mudah bagi mereka semua, tapi semuanya kacau ketika Sybill mengetahui pengkhianatan Cress padanya, dan ia juga menyusun rencana untuk menangkap Cinder dan kawan-kawannya.

Cinder berhasil kabur.

Sayangnya, Cinder harus kehilangan Throne, Scarlet dan Cress sekaligus.
“Sayangnya, kupikir kau tidak akan bertahan hidup cukup lama untuk menerima hadiahmu.” – hal 89


G+

Minggu, 17 Juli 2016 1 komentar

[Review Buku] The Lunar Chronicles #2: Scarlet - Marissa Meyer



The Lunar Chronicles #2: Scarlet
oleh Marissa Meyer
Penerbit Spring
Penerjemah Dewi Sunarni
Cetakan Pertama; Febuari 2016; 444 hlm
Rate 5 of 5
Nenek Scarlet Benoit menghilang. Bahkan kepolisian berhenti mencari sang nenek dan menganggap Michelle Benoit melarikan diri atau bunuh diri.
Marah dengan perlakuan kepolisian, Scarlet membulatkan tekad untuk mencari neneknya bersama dengan seorang pemuda petarung jalanan bernama Wolf, yang kelihatannya menyimpan informasi tentang menghilangnya sang nenek.
Apakah benar Wolf bisa dipercaya? Rahasia apa yang disimpan neneknya sampai sang nenek harus menghilang?
Di belahan bumi yang lain, status Cinder berubah dari mekanik ternama menjadi buronan yang paling diinginkan diseluruh penjuru Persemakmuran Timur. Dapatkah Cinder sekali lagi menyelamatkan Pangeran Kai dan bumi dari Levana?

Mau ucapin tengkyu banget buat Scarlet yang udah nemenin aku saat aku sakit. Percaya nggak, butuh seminggu lebih ─malah hampir dua minggu─ buat aku menyelesaikan baca novel ini karena kondisi yang nggak fit. Alhasil, aku Cuma baca beberapa halaman per hari. Tapi karena ceritanya yang super menarik, membuat kondisi badan nggak menghalangi untuk tetap baca novel ini. Cius banget lho!! Aku sampai kebawa mimpi karena nggak selesai-selesai baca novel ini hehe

sinopsis

Scarlet marah besar kepada semua orang yang menganggap  remeh neneknya, Michelle Benoit, yang telah menghilang seminggu lebih karena beliau dengan sengaja meninggalkan chip identitasnya di rumah mereka. Sebagian orang yang menganggap nenek Scarlet gila, menyuruh Scarlet melupakan neneknya dan meyakinkan gadis itu neneknya akan kembali.
Rahang Scarlet mulai terasa sakit karena menggertakan giginya. Semua orang membicarakan tentang kepergian neneknya seolah-oleh dia adalah seekor kucing liar yang akan kembali ke rumah saat dia sudah lapar. Jangan khawatir. Dia akan kembali. – hal 13
Pertemuan Scarlet dengan Wolf, pemuda misterius yang membela Scarlet di sebuah kedai makan saat Scarlet membentak semua orang ketika mereka menuduh secara sepihak tentang seorang narapida yang berhasil kabur, yaitu Cinder. Saat Scarlet bertatapan mata dengan Wolf, ada sesuatu dalam pemuda itu.
Inilah mereka berdua, sama-sama orang terbuang. Tidak diinginkan. Gila. – hal 25
Di sisi lain, Cinder berhasil kabur dengan gemilang berkat tangan dan kaki baru pemberian Dr. Erland yang jauh lebih sempurna dari kaki dan tangan besinya yang pertama. Sayangnya, Cinder harus kabur membawa serta Throne, seorang pria tampan yang sangat mengagumi dirinya sendiri. Cinder memerlukannya, karena ia memiliki pesawat yang akan membantu keberhasilan meloloskan diri mereka dari penjara.
“Ini hanya perasaanku, atau ini adalah momen besar dalam hubungan kita?” – Throne (hal 59)
Kai di hadapkan pada pilihan yang sulit saat Cinder berhasil lolos. Ia harus menerima ancaman Ratu Levana seandainya Kai tidak menyerahkan Cinder dalam jangka waktu yang telah di tentukan. Di dalam hatinya, ia ingin Cinder menghilang dan tidak pernah di temukan oleh Ratu Levana, tapi di sisi lain, ia harus memikirkan nasib rakyatnya saat Ratu Levana serius akan membuat perang di bumi.
“Aku menginginkan gadis ini, bahkan mayatnya sekalipun tidak masalah. Aku akan membakar negerimu sampai rata untuk mencarinya kalau harus.” – Ratu Levana (hal 144)
Petualangan Scarlet dan Wolf mencari neneknya, di mulai. Tapi Scarlet harus waspada, karena ia tidak tahu apa yang sedang di rencakan Wolf.
“Aku bermaksud untuk mencari mereka terlebih dahulu.” – Scarlet (hal 53)
Sedangkan Cinder, ia terus mencari jati dirinya sebagai Putri Selene dan menemukan kebenaran di balik statusnya itu.
Cinder langsung merasa bersalah. Dia tidak tahu efek seperti apa yang menimpa orang lain, segala manipulasi otak itu. Dan lebih dari itu, dia tidak ingin menjadi salah satu dari orang Bulan yang memanfaatkan kekuatannya hanya karena dia bisa.  Dia sama sekali tidak ingin menjadi orang Bulan. – hal 57
Sayangnya, semua tidak pernah berjalan mulus.


G+

 
;