Beli di bukabuku.com |
Heartling
by Indah Hanaco
Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama
Editor: Irna
Desain sampul dan
isi: Iwan Manopang
Format ebook (via
iJak)
Rate 2 of 5
Rate 2 of 5
Monster!
Bagi Amara, monster itu bernama Marcello. Monster dengan kenangan-kenangan buruk. Cowok. Sahabat. Gaun. Pemerkosaan. Rumah sakit. Amara tidak lagi menginginkan hal-hal itu hadir di hidupnya.
Bagi Amara, monster itu bernama Marcello. Monster dengan kenangan-kenangan buruk. Cowok. Sahabat. Gaun. Pemerkosaan. Rumah sakit. Amara tidak lagi menginginkan hal-hal itu hadir di hidupnya.
Seakan takdir belum puas
mengolok-olok Amara, monster itu tiba-tiba muncul mengganggu hubungannya dengan
Ji Hwan. Tepat ketika dia berusaha membuka hati.
Apa yang harus Amara lakukan?
Novel ini berkisah tentang
seorang gadis muda, Amara yang memiliki masa lalu mengerikan. Ia diperkosa oleh
orang yang ia percayai dan ia sayangi, Marcello. Sejak saat itu Amara hidup
bagaikan di neraka karena harus mengatasi ketakutannya bertemu dengan orang
lain. Dan untuk melupakan kenangan itu, Amara mulai mencoba olahraga senam yang
ia yakini mampu mengalihkan pikirannya dari kejadian itu.
Setahun berlalu, Amara merasa
siap untuk kembali menekuni aktivitas sebagai mahasiswi. Sayangnya, ketakutan
Amara merubah gadis yang dulunya ceria menjadi pribadi tertutup dan dingin
kepada siapa saja, bahkan Brisha, sahabat lama Amara seperti tidak mengenali Amara
lagi. Sophie gadis cantik nan ceria, tidak peduli dengan sikap permusuhan yang
di lancarkan oleh Amara. Amara tidak menyukai Sophie dan secara terang-terangan
menolak persahabatan yang di tawarkan gadis itu. Akhirnya, Amara luluh dan
membiarkan Sophie mengekorinya. Tapi ia tetap pada pendiriannya, sebagai gadis
dingin yang tidak ingin berteman.
Seo Ji Hwan, laki-laki
berkebangsaan Korea selatan, tampan dan memiliki senyum menawan menaruh hati
pada Amara. Sayangnya, ketika Ji Hwan mencoba mendekati Amara, gadis itu dengan
tegas memaki Ji Hwan dengan kasar dan pergi meninggalkannya begitu saja.
Amara belum siap untuk berteman.
Amara belum siap untuk menghadapi dunia. Dan Amara belum siap untuk menjalin
hubungan dengan lawan jenis. Bagi Amara, mosnters itu selalu ada dan selalu
mengikutinya.
My Review
Novel ini sebenarnya memiliki
tema yang luar biasa. Mengangkat kehidupan korban kasus pemerkosaan dan
bagaimana beratnya korban pemerkosaan untuk kembali move on dan menghadapi masa
depan. Mba Indah memilih menggambarkan Amara sebagai sosok yang kuat, walaupun
ketakutaannya tetap membayangi hingga ia kembali menekuni aktivitas di kampus
sebagai mahasiswi. Ketakutan itu juga yang membuat jurang begitu dalam antara
Amara dan teman-temannnya yang dahulu. Membuat Amara menjadi gadis penyendiri,
tidak percaya diri dan takut pada cowok. Walaupun cowoknya sekece Pak Reuben
dan Seo Ji Hwan *plak*
Lalu ada kisah persahabatan yang
mengharukan dari Sophie. Gadis energik ini, memilih gadis pendiam seperti Amara
sebagai sahabatnya. Sophie cukup keras kepala dan berhati tumpul. Ia tidak
termakan ucapan-ucapan kasar Amara yang sering kali terlontar begitu saja. Ada juga Brisha, sahabat lama Amara yang
kembali mendekatkan diri kepadanya. Awalnya Amara menolak, tapi berkat bantuan
Sophie, Amara dan Brisha kembali bersahabat. Sebagai bonusnya, Sophie juga kini
resmi menjadi salah satu orang yang terdekat dengan Amara. Mereka berdualah
yang berhasil membuat Amara kembali merasa nyaman dengan lingkungan sekitar. Banyak
usaha yang di lakukan Sophie agar Amara merasa nyaman ketika berhadapan dengan
orang lain, terutama laki-laki. Ide cemerlang Sophie adalah dengan menghisap
permen lolipop. Walaupun di tolak mentah-mentah oleh Amara, toh Amara akhirnya
mencobanya juga. Setelah hal kecil─tapi
berdampak besar─itu
membuahkan hasil, Sophie dan Brisha mencoba mendekatkan dan meyakini bahwa Seo
Ji Hwan adalah laki-laki yang baik. Hingga kedekatan Amara dan Ji Hwan
mengalami kemajuan, meski masih jauh dari kata pacaran layaknya pasangan
normal.
Konfliknya cukup bikin hati cewek
manapun miris. Pemerkosaan. Aku nggak ngebayangin gimana tersiksa lahir
batinnya cewek yang mengalami hal itu. Dan mba Indah menggambarkannya dengan
cukup bagus. Meski aku masih ngerasa kurang greget sama karakter “trauma”-nya
Amara. Trauma Amara seperti hanya seperti info ketika baca koran, aku nggak
ngerasin sama sekali sakit dan pedihnya perasaan Amara.
Sophie dan Brisha juga memiliki
konflik sendiri dalam novel ini. Sophie ternyata memiliki rahasis besar yang
selama ini ia sembunyikan. Sifat ceria dan supelnya itu hanya topeng untuk
menutupi kesedihan yang terus mengakar di dalam tubuhnya. Sedangkan Brisha,
terjebak dalam kehidupan cinta yang tidak sehat secara sepihak. Kedua konflik
ini lah yang membuka mata Amara bahwa masih banyak di luar sana yang memiliki
masalah pribadi yang sama besar atau jauh lebih besar daripada yang Amara
miliki. Hingga dari kedua konflik sahabatnya itu, Amara bisa belajar untuk
lebih dewasa dalam mengambil keputusan.
Sosok Ji Hwan tentu tidak lepas
dari kehidupan Amara. Bagaimana cowok itu begitu sabar menunggu Amara,
menghadapi sikap Amara dan meladeni kemisteriusan Amara. Tapi karakter cowok
kali ini rasanya kurang sreg juga. Menurut aku, Ji Hwan termasuk sosok yang “kurang
kerjaan” banget. Soalnya udah di kasarin gitu tapi masih ngejar-ngejar Amara,
trus kalimat-kalimat cinta Ji Hwan terasa seperti gombalan. Beda dengan
dialog-dialog cinta di novel mba Indah yang aku baca sebelumnya. Rasanya lebih
berbobot dan lebih ngena di hati.
Secara keseluruhan, aku tida bisa
bilang menyukai novel ini. Mba indah memang berani membuktikan dirinya
mengangkat tema yang cukup menyakitkan bagi wanita. Tapi kurang detailnya
trauma Amara itu yang bikin buku ini kurang greget. Terus, aku juga kurang suka
dengan pemunculan konflik “setengah
jalan” seperti perceraian orang tua Amara dan kemunculan Pak Reuben yang menghilang
eh muncul lagi. Gak penting banget tu cowok *Plak plak*
Sebagai tambahan aja,
aku nggak kaget dengan twist ending yang mba indah siapkan, soalnya udah
ketebak dari awal *ceritanya saya mau banggain diri gitu lho, mba Indah Peace
^^
Oh ya, ada satu hal yang jadi
tanda tanya buat aku.
“Ya nggak lah,” balas Brisha. “Alibi
tuh. Dari dulu Arlo lebih suka makan di sini ketimbang di rumahnya.” – hal 72
Alibi menurut wikipedia: Alibi (bahasa
latin: alibi, tempat lain) adalah suatu keterangan yang menyatakan
bahwa seseorang berada di tempat lain ketika suatu peristiwa terjadi.
Aku sebagai pecinta genre kriminal,
mulai dari komik dan novel, aku cukup paham betul pemakaian kata Alibi tidak
cocok untuk kalimat di atas.
Atau memang pemahaman aku yang
salah? Tolong pencerahannya ya ^^
Dari novel ini, aku belajar
banyak hal. Bahwa setiap ujian itu pasti akan ada batas kadarluasanya, hingga
kita menemukan jalan terang menuju masa depan yang lebih baik. Disini juga di
ajarkan bagaimana seorang sahabat memberi kekuatan kepada sahabatnya yang lain
dan bagaimana pasangan kita mau menerima kekurangan kita itu. satu hal yang
paling utama, kalau ada masalah itu usahakan untuk di ceritakan. Minimal
biarkan cerita itu keluar dari diri sendiri dalam bentuk tulisan atau media apapun yang tidak mengharuskan menceritakannya ke orang lain, sehingga beban bisa berkurang.
Hingga tidak memberi tekanan ke dalam jiwa yang berakibat suka menyakiti diri
sendiri.
Sekian dulu reviewnya, akhir kata
selamat membaca ^^
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam:
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentarmu disini