Minggu, 17 Juli 2016

[Review Buku] The Lunar Chronicles #2: Scarlet - Marissa Meyer



The Lunar Chronicles #2: Scarlet
oleh Marissa Meyer
Penerbit Spring
Penerjemah Dewi Sunarni
Cetakan Pertama; Febuari 2016; 444 hlm
Rate 5 of 5
Nenek Scarlet Benoit menghilang. Bahkan kepolisian berhenti mencari sang nenek dan menganggap Michelle Benoit melarikan diri atau bunuh diri.
Marah dengan perlakuan kepolisian, Scarlet membulatkan tekad untuk mencari neneknya bersama dengan seorang pemuda petarung jalanan bernama Wolf, yang kelihatannya menyimpan informasi tentang menghilangnya sang nenek.
Apakah benar Wolf bisa dipercaya? Rahasia apa yang disimpan neneknya sampai sang nenek harus menghilang?
Di belahan bumi yang lain, status Cinder berubah dari mekanik ternama menjadi buronan yang paling diinginkan diseluruh penjuru Persemakmuran Timur. Dapatkah Cinder sekali lagi menyelamatkan Pangeran Kai dan bumi dari Levana?

Mau ucapin tengkyu banget buat Scarlet yang udah nemenin aku saat aku sakit. Percaya nggak, butuh seminggu lebih ─malah hampir dua minggu─ buat aku menyelesaikan baca novel ini karena kondisi yang nggak fit. Alhasil, aku Cuma baca beberapa halaman per hari. Tapi karena ceritanya yang super menarik, membuat kondisi badan nggak menghalangi untuk tetap baca novel ini. Cius banget lho!! Aku sampai kebawa mimpi karena nggak selesai-selesai baca novel ini hehe

sinopsis

Scarlet marah besar kepada semua orang yang menganggap  remeh neneknya, Michelle Benoit, yang telah menghilang seminggu lebih karena beliau dengan sengaja meninggalkan chip identitasnya di rumah mereka. Sebagian orang yang menganggap nenek Scarlet gila, menyuruh Scarlet melupakan neneknya dan meyakinkan gadis itu neneknya akan kembali.
Rahang Scarlet mulai terasa sakit karena menggertakan giginya. Semua orang membicarakan tentang kepergian neneknya seolah-oleh dia adalah seekor kucing liar yang akan kembali ke rumah saat dia sudah lapar. Jangan khawatir. Dia akan kembali. – hal 13
Pertemuan Scarlet dengan Wolf, pemuda misterius yang membela Scarlet di sebuah kedai makan saat Scarlet membentak semua orang ketika mereka menuduh secara sepihak tentang seorang narapida yang berhasil kabur, yaitu Cinder. Saat Scarlet bertatapan mata dengan Wolf, ada sesuatu dalam pemuda itu.
Inilah mereka berdua, sama-sama orang terbuang. Tidak diinginkan. Gila. – hal 25
Di sisi lain, Cinder berhasil kabur dengan gemilang berkat tangan dan kaki baru pemberian Dr. Erland yang jauh lebih sempurna dari kaki dan tangan besinya yang pertama. Sayangnya, Cinder harus kabur membawa serta Throne, seorang pria tampan yang sangat mengagumi dirinya sendiri. Cinder memerlukannya, karena ia memiliki pesawat yang akan membantu keberhasilan meloloskan diri mereka dari penjara.
“Ini hanya perasaanku, atau ini adalah momen besar dalam hubungan kita?” – Throne (hal 59)
Kai di hadapkan pada pilihan yang sulit saat Cinder berhasil lolos. Ia harus menerima ancaman Ratu Levana seandainya Kai tidak menyerahkan Cinder dalam jangka waktu yang telah di tentukan. Di dalam hatinya, ia ingin Cinder menghilang dan tidak pernah di temukan oleh Ratu Levana, tapi di sisi lain, ia harus memikirkan nasib rakyatnya saat Ratu Levana serius akan membuat perang di bumi.
“Aku menginginkan gadis ini, bahkan mayatnya sekalipun tidak masalah. Aku akan membakar negerimu sampai rata untuk mencarinya kalau harus.” – Ratu Levana (hal 144)
Petualangan Scarlet dan Wolf mencari neneknya, di mulai. Tapi Scarlet harus waspada, karena ia tidak tahu apa yang sedang di rencakan Wolf.
“Aku bermaksud untuk mencari mereka terlebih dahulu.” – Scarlet (hal 53)
Sedangkan Cinder, ia terus mencari jati dirinya sebagai Putri Selene dan menemukan kebenaran di balik statusnya itu.
Cinder langsung merasa bersalah. Dia tidak tahu efek seperti apa yang menimpa orang lain, segala manipulasi otak itu. Dan lebih dari itu, dia tidak ingin menjadi salah satu dari orang Bulan yang memanfaatkan kekuatannya hanya karena dia bisa.  Dia sama sekali tidak ingin menjadi orang Bulan. – hal 57
Sayangnya, semua tidak pernah berjalan mulus.




My Review

WOW

Amazing.

Dengan ingus mengalir di kedua lobang hidungku *iiih jorok, iya jorok haha* novel ini berhasil membuat aku meninju udara saking gemesnya. Sebenarnya endingnya nggak gantung, sama kayak ending Cinder yang jelas, Cuma yah tetap aja bikin aku tetap pengen baca Cres secepatnya.

Meyer berhasil menggabungkan dua cerita, Cinder dan Scarlet, hingga keduanya imbang dan mendapat perhatian penuh dari aku. Awalnya sih aku kurang sreg sama penempatan Meyer yang  sesudah Bab Scarlet, di lanjutin sama Bab Cinder. Tapi lama kelamaan aku mengikuti alur tersebut dan paham kenapa Meyer membuat hal seperti itu.

Karakter begitu berkembang pesat daripada di Cinder. Kemunculan tokoh baru membuat novel ini terasa jauh lebih matang dan berbeda. Seperti nonton film dengan tokoh-tokoh kompleks yang melengkapi cerita tersebut. Scarlet, tokoh utama wanita ini memiliki sifat yang kurang lebih mirip dengan Cinder. Bedanya, Scarlet lebih pemberani dan berani menempuh bahaya demi menyelamatkan neneknya. Dan ia pun tidak pernah berpikir panjang sebelum bertindak, membuat segalanya rumit pada akhirnya. Ada Wolf, cowok misterius yang haus akan darah tapi sekaligus lembut dan pemalu. Dan Throne, cowok super narsis yang menerima Cinder sebagai cyborg dan bahkan sekali-kali menggoda Cinder sebagai seorang gadis.

Dan baru kali ini aku sulit menentukan siapa yang menjadi favorit aku, di tengah munculnya tokoh dengan karakter yang menawan. Ada Scarlet yang bisa aku jadikan teman berpetualang. Ada Wolf yang bisa aku jadikan bodyguard. Ada Throne, teman perjalanan yang sempurna. Dan aku memilih Throne, alasannya karena ia adalah cowok paling bersahabat dan paling bikin nyaman dalam perjalanan kabur-kaburan Cinder. Walaupun Cinder membenci setengah mati Throne karena membuat Cinder harus menggunakan anugerah Bulannya untuk membuat Throne diam hehe. Favorit banget!!!!!!

Kisah cinta yang terjalin antara Scarlet-Wolf membuat hati dag dig dug waspada. Soalnya Scarlet berani jatuh cinta sama Wolf padahal dia nggak tau identitas Wolf sebenarnya siapa. Dan benar aja, indentitas Wolf bikin kaget setengah mampus.

Kisah Cinder-Throne, seperti yang udah aku bilang, menjadi favorit dalam novel ini. Tau dong sifat Cinder itu skeptis, ketus dan sinis banget, nah bayangin aja di temani Throne yang nggak bisa diam dan super narsis. Kalau di panggil kapten baru dia mingkem. Di perparah Iko memuji Throne sangat tampan. Tambah besar kepala tu cowok. Tapi akhirnya mereka saling tolong menolong untuk mencapai tujuan Cinder. Itu pun setelah tau kalau Cinder naksir Kai, baru dia menyerah godain Cinder haha. Kalau ngomongin Cinder-Throne, kayaknya aku bisa spoiler dech dalam review kali ini.

Oh ya, Ini PERINGATAN KERAS. Kalau belum baca Cinder, gak usah coba-coba baca Scarlet. Soalnya bakal nggak nyambung banget, yang ada ntar kamu sendiri yang gemes.

Dan aku akhiri aja dech review kali ini. Susah euy, rasanya pengen jabarin semua aksi-aksi favorit aku. Bahkan adegan berdarahnya kece gila beuh.

Novel ini aku rekomendasikan untuk pecinta Dystopia yang penuh petualangan dan minim kisah cinta-cintaan (sesuai banget sama karakter aku hehe). Tapi jangan lupa baca Cinder dulu ya ^^

Sampai jumpa di review selanjutnya

***

Tulisan ini diikutsertakan dalam:

G+

1 komentar:

Berikan komentarmu disini

 
;