Rabu, 30 Maret 2016

[Review Buku] Galau Putri Calon Arang by Femmy Syahrani dan Yulyana

Galau Putri Calon Arang
oleh Femmy Syahrani dan Yulyana
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
184 halaman
Rate 3 of 5

Pada tahun 1022, wabah mematikan melanda kerajaan Kahuripan, meminta korban ribuan jiwa. Calon Arang menebarkan teluh untuk melampiaskan sakit hatinya karena tak satu lelaki pun mau menikahi putrinya. Airlangga, sang raja Kahuripan, geram. Ia harus menumpas si peneluh, jika ingin menyelamatkan rakyatnya dan mewujudkan ambisinya mengembalikan kejayaan Kahuripan. Namun, keselamatan seluruh rakyat teryata bukan ditentukan kedua sosok besar─Calon Arang dan Airlangga─melainkan pada dua anak manusia sederhana: Ratna, putri Calon Arang yang cantik jelita, dan Bahula suaminya, ksatria muda yang diutus Airlangga menguak rahasia kesaktian si peneluh. Ratna harus memilih antara kasih pada ibunda dan cinta pada umat manusia, antara membantu tugas suami tercinta atau mengkhianati ibu terkasih.
***
Ratna dan ibunya dibenci warga sekampung karena gosip yang beredar. Ibunya tukang teluh yang telah membunuh suaminya sendiri dan mencelakai setiap pemuda yang hendak melamar putrinya. Hingga suatu hari ibunda Ratna, yaitu Calon Arang menyebarkan teluh berupa wabah penyakit yang sangat mematikan.

Airlangga, sang raja Kahuripan mengutus sahabat baiknya, Bahula, untuk menikahi Ratna dan mencari cara memusnahkan teluh tersebut. Semua persiapan sudah dilaksana oleh kerjaan. Dan Calon Arang menerima Bahula dengan baik.

Tapi betapa kagetnya Bahula, saat mengetahui bahwa rencana Bahula sudah diketahui oleh Calon Arang. Hidup dan matinya tergantung pada keputusan Calon Arang selanjutnya.
“Kau tahu Calon Arang adalah ibuku dan Ratna Manggali adikku. Seandainya dapat, buatlah keduanya bertobat, namun bilamana tidak, jangan ingat hubunganku dengan mereka. Tumpas saja, tidak perlu segan.” – hal 91

***


Baca buku ini benar-benar bikin galau seperti judulnya. Gimana enggak, Ratna sang tokoh utama harus di hadapkan dengan kematian ibunya atau kematian rakyat akibat teluh ibunya. Padahal Cuma Ratna satu-satunya orang yang tahu kelemahan ibunya.

Aku cukup terkesan gimana penulis membawa aku memahami perasaan Ratna sebagai seorang anak. Dari kecil dipelihara ibunya dengan kasih sayang dan begitu dewasa ia harus dihadapkan dengan pilihan tersebut, siapa yang gak galau coba? Aku juga bisa ngerasain gimana jahatnya Calon Arang yang tanpa ampun menebar wabah penyakit yang membuat penderita mati perlahan dengan menggenaskan. Perasaan Bahula yang ingin melindungi istri tapi terhalang dinginnya Ratna kepada Bahula.

Aku suka alur cerita dari awal sampai akhir. Memang banyak momen yang diloncat, seperti pernikahan ataupun momen-momen dimana Bahula mencoba mencari sumber kelemahan Calon Arang. Tapi itu semua sama sekali gak ngeganggu, bahkan sangat pas dengan ending yang disajikan. Intinya gak ada kesan buru-buru dalam novel ini, mengingat novel ini lumayan tipis.

Aku cukup bingung dengan pemilihan namanya yang sulit di ingat haha. Maklum nama jaman-jaman kerjaan dulu kan kayak huruf mati semua, atau kalau gak kayak huruf vokal semua. Cuma untuk tokoh utamanya, gampang banget di ingat.

Pelajaran yang bisa aku ambil adalah bagaimana seseorang itu harus berpikir bijak dan mampu membuat keputusan yang mendahulukan kepentingan orang banyak. Tidak peduli siapapun yang salah, meski dia itu ayah atau ibu, orang jahat tetap harus di hukum.  Meski alasan yang digunakan adalah untuk membahagiakan anaknya. Kita bisa saja hidup dengan orang yang kita cintai selama kita mau, tapi apakah bisa hidup dengan rasa bersalah yang berkepanjangan?

Secara keseluruhan novel ini bagus sekali untuk dibaca segala usia. Bahkan cerita ini cukup cocok dibacakan untuk anak-anak usia dini sebelum pengantar tidur, karena cerita ini murni dongeng yang zamannya disesuaikan dengan sejarah.

Sampai jumpa di review selanjutnya.

Happy Reading All ^^

***

Tulisan ini diikutsertakan dalam:

G+

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentarmu disini

 
;