Setelah minggu kemarin ngebahas Young Adult Novel Lokal, kali
ini aku mau ngomongin tentang Young Adult Novel Terjemahan.
Postingan ini aku buat setelah membaca novel YA dari penerbit
Spring, To The Boys I’ve Love Before
dan sekuelnya, P.S. I Still Love You.
Sebelumnya aku gak pernah baca YA, kecuali seri Fear Street karya R.L. Stine─yang entah bisa disebut dengan YA
atau gak─ dan
itu pun genre misteri ataupun horor. Selain itu aku tetap berkutat dengan novel
bergenre dewasa. Dan jauh dari genre romantisme.
Trus kenapa dengn kedua novel tersebut?
Kedua novel tersebut kan karya Jenny Han dengan genre
romantis. Kisah-kisah remaja SMA yang terjebak dengan kisah cinta. Aku akui,
aku sangat menikmati karya tersebut, meski emang tetap kurang sreg aja sama romantisme-nya.
Sebagai pembaca baru di genre ini, aku memang suka membanding-bandingkan adegan
romantis yang ditawarkan oleh penulis.
Aku cukup kaget, saat mengetahui bahwa novel dengan katagori
YA ini ada adegan dewasanya. Ingat dong yang dipemandian air panas, terus
ciuman yang sambil pegang payudara sampai pembahasan hubungan intim. Malah
dapat nasihat dari orang yang lebih tua untuk memulai hubungan intim.
Wow!!
Aku cukup kaget dan gak tau mau ngomong apa. Aku cukup syok
pas tau ada anak SMP yang baca novel ini. Soalnya pembaca novel ini tergolong
masih jauh dari kata dewasa.
Mungkin karena dia udah terbiasa “aman” dengan bacaan YA
novel lokal, sehingga tidak memikirkan kemungkinan adegan yang tidak pantas di
baca oleh anak seusia mereka.
Aku gak tau mau nyalahin siapa, tapi yang jelas sebagai
seorang ibu aku memiliki perasaan yang lebih peka untuk hal-hal yang kayak
gini. Aku pengen menuntut tanggung jawab kenapa bisa bacaan seperti itu di baca
oleh anak di bawah umur?
Kenapa?
Apa aku harus nyalahin pembacannya? Udah jelas-jelas katagori
YA eh tetap malah di comot.
Nah trus gimana gak di comot, promosi dari penerbit dan
reviewer sendiri sangat bagus. Gak munafik, aku malah memberikan rating 5 untuk
novel tersebut. Siapa coba yang gak tergoda? Seperti yang kita ketahui,
pembelian suatu buku itu tergantung reviewer yang banyak di internet.
Lalu pertanyaannya, siapa yang harus disalahkan?
Mungkin daripada mencari siapa yang patut disalahkan, kenapa
gak cari solusi yang tepat untuk masalah ini. Aku punya beberapa solusi yang
bisa digunakan untuk melakukan pencegahan terulangnya hal ini.
1. Setiap reviewer, tolong tetapkan target umur pembaca untuk
suatu novel. Karena reviewer punya tanggung jawab dalam menentukan hal
tersebut. Contohnya aku, aku bisa aja tulis novel
A ini super keren dan wajib punya, padahal aku tahu, novel itu ada adegan
yang tidak pantas. Jadi di setiap akhir atau awal review, tolong jelaskan
target usia berapa novel tersebut. Karena beberapa yang aku lihat, reviewer
mengabaikan peringatan seperti itu.
2. Ada baiknya juga, Penerbit yang khusus menerjemahkan novel
luar negeri, memberikan batasan umur yang jelas di cover depan, misalnya dengan
tanda 18+. Karena seperti yang kita ketahui, standar YA novel lokal dan YA
novel luar negeri beda jauh. Belum lagi budaya-budaya mereka yang bertentangan
dengan budaya timur seperti Indonesia. Dan pemberian tanda (dengan usia) ini
pun sangat membantu orang tua untuk memantau bacaan anak-anaknya. Beberapa
orang tua mungkin paham dengan arti Young Adult (YA) nah bagi yang gak paham
gimana? Kan sayang, orang tua tersebut secara gak langsung ikut membiarkan
anaknya membaca yang belum pantas di bacanya.
3. Dan untuk orang tua sendiri, termasuk aku. Awasi bacaan
anak-anak. Kalau perlu kepoin internet, cari tahu buku apa yang sedang dibaca.
Kecuali kalau anak udah menginjak remaja dewasa, aku rasa itu gak perlu di
awasi lagi. Mereka cukup paham memilah bacaan yang harus mereka baca.
Selain dua novel di atas, novel YA terjemahan yang udah aku
baca itu The Lunar Chronicles: Cinder.
Dan itu menurut aku cukup aman di baca untuk segala usia. Konflik percintaannya
juga aman di konsumsi, dan konflik antar manusianya pun menarik.
Dan aku harap dari pembaca sekalian ada yang bisa memberi
masukan untuk solusi atau mengkritik dan memberi saran untuk tulisan ini.
Sampai jumpa di NGEMIS: Ngobrol Manis di Hari Kamis minggu
depan ^^
~:o0o:~
standar memang beda luar negeri sama dalam negeri soal kesesuaian umur, apalagi di bandingin sama jepang hehe
BalasHapusMaka dari itu sih, aku berharap ada perbedaan yang jelas ketika suatu penerbit mempromosikan buku-buku mereka.
Hapusthanks ya udah mampir ^^
makasih informasi reviewnya, kayaknya demen banget sama novel itu kelihatan dari semangat ngereviewnya
BalasHapusAku memang suka sama novelnya, cuma kurang suka pas baca isinya yang gak cocok sama remaja di Indonesia. Beda standar "Young Adult"-nya ...
Hapusthanks ya udah mampir ^^
Dari pandanganku sendiri, yang mana aku masih SMP kelas 9, novel-novel YA memang jadi favoritku. Meskipun banyak adegan yang kurang pantas, toh, aku baca bukan buat itu dan aku memang masih bisa menyortir adegan mana yang pantas aku tiru mana yang gak pantas. Sayangnya, gak semua pembaca 'muda' yang bisa kayak gitu
BalasHapusHai Hai Yuki ...
HapusSenang banget ada remaja muda seperti kamu. Udah bisa bertanggung jawab sama bacaan yang kamu pilih dan terpenting Bisa memilah-milah yang mana yang baik dan buruk ^^