Kamis, 12 Januari 2017

[Review Buku] Rumah Gema - Agatha Christie



Judul: Rumah Gema
Judul Asli: The Hollow
Penulis: Agatha Christie
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Alih bahasa: Ny. Suwarni A.S
Desain sampul: Staven Andersen
Cetakan ke-4; Mei 2012; 368 hlm

Hercule Poirot merasa kesal dan jemu. Kematian sama sekali bukan hal yang menyenangkan. Tapi di sini mereka malah menggodanya dengan menyajikan suatu adegan pembunuhan. Di tepi kolam, sesosok tubuh digeletakkan secara artistik, lengannya terentang. Bahkan ada cat merah menetes-netes. Sosok itu sangat tampan. Beberapa orang berdiri mengelilinginya dalam pose-pose yang aneh. Semuanya sangat tidak profesional.
Namun sekonyong-konyong Poirot menyadari bahwa adegan ini amat nyata. Begitu nyata, hingga membuatnya tersentak bagai dihantam palu godam. Cairan yang menetes itu bukan cat merah, melainkan darah. 
Dan pria yang tergeletak itu sedang menjelang ajal....
 
Lucy Angkatell mengundang sepupu-sepupu dan keluarga Angkatell lainya untuk menghabiskan akhir pekan di The Hollow. Lucy juga mengundang serta Poirot yang kebetulan ada di kota kecil tersebut. Sesaat akan makan siang, keluarga tersebut dikejutkan oleh kematian John Christow. Di sisinya bersimpuh istrinya yang sedang menangis sambil memegang revolver.

Kata terakhir yang sempat diucapkan John, adalah “Henrietta..”


Review
Kisah Agatha kali ini tentang cinta. Bagaimana seseorang berusaha keras untuk orang yang ia cintai dan bagaimana rasanya ketika cinta itu dikhianati. Akibat yang ditimbulkan oleh patah hati karena cinta sangat mengerikan. Salah satunya pembunuhan.

Kasus kali ini terbilang sederhana pada awalnya. Poirot datang disaat yang tepat dimana Gerda sedang memegang revolver di tangannya. Belum lagi kata-kata terakhir John yang sangat menyudutkan Henrietta, tapi anehnya semua orang sependapat kalau Gerda adalah pelakunya.

Gerda yang dungu, dan lamban bebas dari tuduhan. Bukti-bukti seolah-olah menjauh darinya dan malah tertuju pada keluarga Angkatell. Henrietta bergerak mencurigakan dengan mendatangi Poirot dan menjelaskan beberapa hal. Yang sayangnya tidak dipercayai oleh Poirot.

Lalu ketika masalah revolver kedua yang hilang, kasus menjadi begitu sangat rumit. Membuat semua dugaan-dugaan dan motif alternatif kematian John menjadi begitu buram. Menjadikan Gerda lenyap dari dugaan sebagai pelaku pembunuhan.


Tokoh
John Christow, adalah dokter spesialis terkemuka. Tampan dan banyak disukai oleh wanita. Karena sakit hatinya pada tunangannya bernama Veronica Cray, yang lebih memilih menjadi artis di Hollywood, membuat John memilih Gerda menjadi istrinya. Gerda memiliki sifat kebalikan dari Veronica. Gerda sangat lamban, dungu, bingung, tidak percaya diri dan banyak pertimbangan. Gerda mencintai John, malah sangat memuja John. Tapi, John sebaliknya. Sikap-sikap Gerda yang awal mulanya ia cari, menjadi sangat menjengkelkan.

Henrietta Savernake gadis cantik, pintar, menyenangkan, yang berprofesi sebagai pematung. Ia kekasih gelap John. Ironisnya, Gerda selalu merasa nyaman dan bisa santai bila di dekat Henrietta. John selalu mencurahkan, menceritakan dan menghabiskan waktu luangnya bersama Henrietta. Meski pertengkaran tidak terelakan antara Henrietta dan John, nyatanya John selalu kembali kepada Henrietta. Rasa cinta Henrietta pada John sangat besar, ia menolak lamaran Edward Angkatell yang berulang-ulang kali melamarnya.

 “Seandainya tak ada John Christow di dunia ini, kau akan mau menikah denganku?” – Edward Angkatell
“Aku tak bisa membayangkan dunia tanpa John Christow!itulah yang harus kau pahami.” – Henrietta Savernake : hal 88
Midge Hardcastle, teman masa kecil Henrietta dan Edward. Mencintai Edward dan sadar diri bahwa dirinya selalu kalah oleh Henrietta. Edward tidak pernah sekalipun menatap Midge seperti Edward menatap Henrietta.

Veronica Cray, gadis egois yang memaksa John untuk mengubur mimpi menjadi dokter. Akhirnya ia ditinggalkan oleh John dan kembali ke London, dan mencari John. Ia berambisi ingin menjadikan John sebagai miliknya, tidak peduli bahwa John sudah memiliki istri.

“Lima belas tahun yang lalu kau menolakku. Hari ini kau menolakku lagi. Aku akan membuatmu menyesali perbuatanmu itu.” – Veronica Cray : hal 129
Lucy Angkatell dan Henry Angkatell adalah pemilik rumah The Hollow. Lucy sangat ingin melihat Edward menikah, sayangnya di kepalanya hanya ada Henrietta. Sedangkan David Angkatell, pewaris dan penerus Angkatell tidak bisa diharapkan karena sikapnya yang sombong dan menjauh dari orang-orang.


Alur
Alurnya sepenuhnya maju. Dibuka dengan pengenalan tokoh utama seperti John, Henrietta, Gerda, dan sisanya mengikuti alur cerita. Dari alur ini, kita akan mengenal lebih mengenal karakter tokoh dan mencoba memahami kehidupan sehari-hari mereka. Jujur agak sedikit membosankan di bagian ini, karena aku belum paham kemana akan dibawa cerita ini.

Poirot pun tampil agak belakangan, tidak ditemani Hasting pula. Mengejutkan Poirot yang biasanya menjadi bintang, kini hanya seperti orang asing yang memberikan nasihat-nasihat kecil pada Inspektur Grange.

Klimaks pada kasus kali ini pun nggak se wow aku bayangkan. Saat revolver yang ditemukan di tangan Gerda dinyatakan bukan revolver yang digunakan untuk menembak John. Artinya ada revolver kedua yang hilang dna itulah yang menjadi barang bukti. Itulah yang menjadi inti kasus ini.

Lalu kisah seputaran pembahasan pistol yang hilang dan fokus kepada dialog-dialog antara keluarga Angkatell.

Secara keseluruhan, novel ini menarik. Dari awal kita udah ditipu oleh penampakan pembunuhan John di tepi kolam renang. Dan aksi-aksi para tokoh yang mencurigakan bikin kita nebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi. Aku udah nebak pelakunya, bahkan aku juga tau dimana revolver kedua itu disembunyikan. Rasanya mustahil aku bisa menebak dua poin penting di novel Agatha. Biasanya aku harus mikir keras untuk menyatukan potongan-potongan petujuk.

Apa yang aku pelajari dari novel ini?

Hargai orang yang mencintai kita. Karena kita tidak pernah tahu kapan cinta berubah menjadi serakah dan menuntut kepemilikan utuh bagi dirinya sendiri. Karena cinta itu timbulnya dari hati, yang memainkan perasaan dan emosi. Kita manusia biasa tidak akan pernah bisa mengontrol ketika rasa cemburu dan cinta yang begitu besar bersekongkol menjadi satu dan menyebabkan kemarahan yang membutakan hati. Efeknya tidak akan pernah menyenangkan bagi siapapun.

Sampai jumpa di review selanjutnya ^^

***
Tulisan ini diikutsertakan dalam:

G+

1 komentar:

  1. Biasanya saya harus baca buku Poirot dua kali dulu baru bisa merasakan keseruannya XD

    BalasHapus

Berikan komentarmu disini

 
;