The Lunar Chronicles
#3: Cress
by Marissa Meyer
Penerbit Spring
Penerjemah Jia
Effendi D
Desain Cover
@hanheebin
Cetakan pertama; Mei
2016; 576 hlm
Rate 5 of 5
Cinder dan Kapten Thorne masih
buron. Scarlet dan Wolf bergabung dalam rombongan kecil mereka, berencana untuk
menggulingkan Levana dari takhtanya.
Mereka mengharapkan bantuan dari
seorang gadis bernama Cress. Gadis itu dipenjara di sebuah satelit sejak kecil,
hanya ditemani oleh beberapa netscreen yang menjadikannya peretas andal. Namun
kenyataannya, Cress menerima perintah dari Levana untuk melacak Cinder, dan
Cress bisa menemukan mereka dengan mudah.
Sementara itu di Bumi, Levana tidak
akan membiarkan siapa pun mengganggu pernikahannya dengan Kaisar Kai.
Sejak kecil Cress di kurung oleh
Sybill di satelit. Kemampuannya sebagai peretas andal di manfaatkan oleh Sybill
untuk mencari Cinder, atas perintah Levana. Kesepian yang Cress rasakan
mendorong dirinya sendiri menciptakan “teman” yang bisa ia ajak bicara.
Sayangnya, ia tetap merasa kesepian terasing di antara bintang-bintang di
angkasa. Hanya satu kesenangannya, yaitu mencari tahu segala informasi tentang
Throne, laki-laki yang telah membuat ia jatuh cinta.
Di sisi lain, Cinder tetap
menjadi buronan. Di tengah-tengah pelarian, ia mendapatkan ide untuk
menyelamatkan Cress dari satelit yang mempenjarakannya. Saat rencana sudah
matang, ia mengutus Throne untuk menyelamatkan Cress. Seharusnya ini menjadi
misi yang mudah bagi mereka semua, tapi semuanya kacau ketika Sybill mengetahui
pengkhianatan Cress padanya, dan ia juga menyusun rencana untuk menangkap
Cinder dan kawan-kawannya.
Cinder berhasil kabur.
Sayangnya, Cinder harus
kehilangan Throne, Scarlet dan Cress sekaligus.
“Sayangnya, kupikir kau tidak akan
bertahan hidup cukup lama untuk menerima hadiahmu.” – hal 89
My Review
Kalimat yang bisa menggambarkan
perasaan aku setelah membeli novel ini adalah “AKU NYESAL”
Serius!!
Nyesal karena harus menahan diri
untuk tidak penasaran dengan novel selanjutnya. Nyesal kenapa aku harus beli
novel ini sebelum Winter terbit. Nyesal kenapa aku harus baca Cinder sebelum
semua seri The Lunar Chronicles ini terbit. Argghh *frustasi* Nunggu novel ini,
ingat masa-masa nungguin novel Harry Potter. Ingat kan? Setahun sekali.. eh
tapi masih mending The Lunar Chronicles sih, Cuma nunggu beberapa bulan. Ehh
gak. Gak sama. Tetap beda dan tetap nyesal *galau sambil ngomong sendiri*
Gimana enggak? Bayangin aja, di
novel ketiga ini petualangannya lebih terasa. Mulai dari misi menyelamatkan
Cress, terjebaknya Throne-Cress di gurun pasir, Cinder yang berhadapan dengan Wolf yang mengamuk dan petualangan yang
paling tidak terlupakan adalah RENCANA MENGGAGALKAN PERNIKAHAN LEVANA. Dan ide
Cinder untuk yang satu ini bikin orang terngaga haha.... Nggak Cuma petualangan Cinder aja yang bikin
hati mau copot, tapi kegalauan Kai yang akan menikahi Levana dan keinginan Kai
untuk memberontak itu terasa banget. Rasanya aku ikut prihatin sama Kai. Lalu
kita juga di bawa hipotesa-hipotesa Kai tentang alasan Cinder menjadi buronan
selama ini dan bagaimana Kai mulai mencari tahu tentang Cinder lebih jauh.
Pokokknya novel ini komplit banget. Mulai dari petualangannya, konflik antar
tokohnya dan romantismenya. Oh ya, nggak lupa pula sedihnya. Hiks hiks puk puk
Wolf ...
“Bekas-bekas luka itu sekarang
menyimpan kenangan-kenangan yang lebih baik dibandingkan dulu.” – hal 36
Novel ketiga ini kita akan
berkenalan dengan Cress. Gadis satelit yang dulu pernah ngobrol sama Cinder.
Ingat kan di buku ke-1? Aku penasaran gimana Marissa Meyer akan membawa cerita
ini menjadi ala-ala Rapunzel. Dan persis seperti bayangan aku, bedanya Cuma
tempat mengurung si “Rapunzel” ini yang agak beda. Di satelit. Kepolosan Cress
pun langsung ingetin aku sama kartun Tangled yang sering di putar di tv.
Pokoknya lucu banget lah ngehadepin tingkah Cress yang polos banget. Apalagi
pas terdampar berdua sama Throne dan langsung minta cium. OMG!!!! Dan karena
dari buku ke-2 aku udah jatuh cinta sama Throne, di novel ketiga ini aku makin
kekeuh buat cinta sama Throne. Oh dia cowok yang paling perfect dengan segala
kekurangannya itu. Pokoknya karakter Throne disini makin jelas ketika di
duetkan bersama Cress.
“Dengar, Cress, aku tidak suka
mengatakan ini kepadamu, tapi aku berkeringat dan gatal-gatal dan belum
menggosok gigi selama dua hari. Ini bukan waktu yang tepat untuk romansa.” –
hal 213
Harus aku akui, tokoh berkembang
makin matang dan makin lama makin jelas perbedaan karakter antar tokoh utama.
Cinder makin memiliki jiwa pemimpin, meski kadang-kadang ia ragu dengan dirinya
sendiri. Cress gadis polos yang memiliki imajinasi yang tinggi. Throne yang
tetap menyebalkan. Wolf yang terpuruk kehilangan Scarlet. Dan ada tokoh
tambahan yang bikin Cinder cenat cenut sama gayanya yang mirip Throne tapi
versi sombong, angkuh dan dingin, yaitu Jacin Clay. Siapa dia? Baca dong
bukunya hohoho ... Oh ya satu lagi tokoh favorit aku, Iko akan menjelma menjadi
android yang paling menakjubkan dalam cerita ini *peluk Iko* ^^
Isi novel ini pun hampir
terbilang tidak ada dialog yang bikin mubazir kertas. Maksudnya tahulah, dialog
nggak penting yang Cuma omdo doang alias omong doang. Disini kita akan di
suguhkan fakta-fakta tentang perkembangan cerita. Misalnya kayak Kai yang
datang ke labolatorium dan nyari info tentang Cinder. Atau gimana Cinder dan
Jacin membahas misi besar mereka setelah Cinder kehilangan banyak anggota.
Pokoknya setiap halamannya itu menarik buat di nikmati. Paling kecenya adalah
dimana beberapa RAHASIA besar terbuka satu persatu.
Cuma satu hal yang aku sayangkan.
Dan ini entah emang sengaja atau tidak.
Di buku pertama, Cinder-Kai
memang menjadi fokus utama buku tersebut. Di buku kedua, Scarlet-Wolf. Nah di
buku ketiga ini, sepertinya Cress-Throne harus bersaing dengan Cinder-Kai.
Walaupun Cress-Throne mendapat porsi yang cukup untuk di sebut sebagai tokoh
utama, tapi kalah pesonanya oleh Cinder-Kai. Apalagi pas bagian akhirnya, aje
giilllleeee!!! Rame-rame sorak buat Kai hahaha ...
Aku nggak mau cerita banyak ah
tentang novel ini. Bakal spoiler kalau aku keasikan nulis review ini. Tapi
gambaran yang paling menyenangkan saat membaca novel ini sudah aku paparkan di
atas. Semoga bisa mengobati keingintahuan pecinta The Lunar Chronicles.
Sampai jumpa di review
selanjutnya ^^
“Kau sendiri yang berkata bahwa
orang-orang Bulan membutuhkan revolusi.” Cinder mengangkat dagu dan menatap
Kai. “Jadi aku akan pergi ke Bulan dan akan memulai revolusi.” – hal 571
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam:
Fantasy, Science Fiction, Dystopia Reading Challenge 2016
Ya endingnya buat penasaran :D untung nunggu beberapa bulan.. ngga beberapa tahun :)
BalasHapusHAHA dulu zaman sekolah nungguin HP eh gak terasa udah kuliah. Untung aja seri ini hitungannya bulanan, kalau nggak, udah keburu punya cucu hahahaha ...
HapusWOY GK ADA PESAN MORALNYA NP? JDI SUSAH NGERJAIN TUGA
BalasHapusWOY GK ADA PESAN MORALNYA NP? JDI SUSAH NGERJAIN TUGA
BalasHapus