Judul
Asli: Kazemachi no Hito
Copyright
© 2009 (hardcover
edition), 2011 (paperback edition) by Yuki Ibuki
Penerbit
Haru
Penerjemah
Mohammad Ali
Cetakan
pertama; Febuari 2015; 342 Hlm
Desain
cover by Bambang ‘Bambi’ Gunawan
Rate
4 of 5
Rasa sakit itu merupakan
bukti kalau kita masih hidup.
Suga Tetsuji depresi. Menuruti saran
dokter, dia mengasingkan diri di sebuah kota pesisir, di sebuah rumah
peninggalan ibunya. Namun, yang menantinya bukanlah ketenangan, tapi seorang
wanita yang banyak omong dan suka ikut campur bernama Fukui Kimiko.
Fukui Kimiko kehilangan anak dan
suaminya, dan menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab kematian mereka
berdua. Dia menganggap dirinya tidak pantas untuk berbahagia.
Setelah menyelamatkan Tetsuji yang
nyaris tenggelam, Kimiko menawarkan bantuan pria itu untuk membereskan rumah
peninggalan ibunya agar layak jual. Sebagai gantinya, wanita itu meminta
Tetsuji mengajarinya musik klasik, dunia yang disukai anaknya.
Mereka berdua semakin dekat, tapi
...
Suga Tetsuji
adalah pria berumur 39 tahun yang ingin mencari ketenangan di rumah peninggalan
ibunya yang terletak di kota kecil bernama Miwashi. Bermaksud untuk menghindar
dari Rika ─istrinya─ dan pekerjaan kantornya
yang kian lama ia rasakan makin berat. Dalam perjalanannya ke rumah tersebut,
ia terpaksa harus menerima tawaran penduduk sekitar untuk memberi tumpangan
pada wanita yang dijuluki sebagai Peko-chan. Yang menurut gosip sekitar, bila
memberi wanita tersebut tumpangan maka ia akan dikarunia keberuntungan.
Depresi pada
Tetsuji membawa dampak buruk pada kesehatannya. Ia mengalami insomia, dan
menjadi sulit menoleh ke kanan. Sehingga rasanya menyiksa sekali. Alasan
tersebutlah yang membuat Tetsuji tanpa sadar berjalan ke arah lautan di malam
hari yang kelam. Hingga akhirnya ia tenggelam dan beruntunglah ia diselamatkan
oleh wanita pembawa keberuntungan, Fukui Kimiko.
Kimiko sendiri
adalah seorang janda berusia 39 tahun. Kehilangan anak dan suaminya. Sampai
saat ini Kimiko merasa meninggalnya mereka adalah karena kesalahan dirinya. Ia
disukai hampir semua supir truk, karena gosip keberuntungan yang melekat di
namanya. Sikapnya yang ceria dan cerewetnya, membuat tidak seorang pun tahu
bagaimana perihnya kehidupan nyata yang ia hadapi. Bayangan anaknya selalu
menghampirinya. Ia hanya ingin menanggung beban itu sendiri, sebagai penebus
rasa bersalahnya.
Kehidupan Tetsuji
berubah total setelah Kimiko menyelamatkannya. Kehadiran Fukui Kimiko di rumah
semenanjung dengan tawaran akan membereskan rumah tersebut agar layak di jual,
sangat menggiurkan Tetsuji yang merasa jengah berada di kota kecil tersebut. Kimiko
hanya meminta sebuah syarat kecil, yaitu ajarkan ia tentang dunia musik klasik
yang disukai oleh anaknya, Tomoaki. Kesepakatan pun terjalin di antara kedua
orang dewasa tersebut, tanpa mengetahui masa depan yang menanti mereka.
Kedekatan
mereka terjalin secara alami. Awalnya Tetsuji merasa Kimiko terlalu blak blakan
dan vulgar dalam ucapan, tapi lambat laut ia merasa menerima itu semua. Awalnya
Tetsuji merasa risih wanita bisa berkata sevulgar itu, tapi kedekatannya dengan
Kimiko membuat ia tahu, bahwa wanita itu berpendidikan rendah, tidak seperti
dirinya yang berpendidikan tinggi di luar negeri. Tapi Kimiko pandai dalam
hal-hal tertentu, ia pandai bagaimana mengolah masakan, mengetahui tata krama,
dan mengetahui bagaimana harus bersikap di depan orang yang baru di kenalnya
atau orang yang sudah lama dikenalnya. Membuat Tetsuji kagum dengan wanita itu.
Sikap tidak
mau diamnya dan memaksanya membuat Tetsuji tidak bisa mengatakan “Tidak” setiap
tawaran Kimiko. Setiap tindak tanduk Kimiko yang awalnya menyebalkan di mata
Tetsuji, menjadi kebiasaan yang justru dirindukan Tetsuji bila Kimiko tidak
berada disana. Buah Timun Suri pun menjadi makanan kesukaan Tetsuji selama di
Miwashi, buah yang selalu Kimiko bawakan untuknya.
Hasrat Tetsuji
yang telah lama mati karena depresi yang selama ini ia rasakan, kembali timbul
ketika tidak sengaja bersentuhan dengan Kimiko. Perasaan Kimiko pun berubah menjadi
kegundahan saat ia menyadari kalau ia mencintai Tetsuji padahal ia tahu status
Tetsuji masih seorang suami dan Ayah. Belum lagi, latar belakang pendidikan
mereka yang bagaikan langit dan bumi.
Cinta tidak
bisa dipungkiri. Ketika mereka mulai terbuka satu sama lain, Rika datang dan
menyeret Tetsuji untuk kembali dan menghempaskan Kimiko dengan menyadarkan
statusnya.
Niat Rika
datang adalah untuk rujuk kembali dengan Tetsuji, dan ia ingin memulai
kehidupan baru dengan keinginan untuk melahirkan anak kedua. Berbahagia seperti
rumah tangga pada umumnya. Selamanya ....
***
Novel
terjemahan bergenre romantis pertama yang aku baca adalah buku ini. Ceritanya
mungkin agak terlalu umum dan sering di angkat dalam novel romantis, tapi alur
yang dibawa oleh penulisnya membuat cerita ini terasa alami sekali untuk
dinikmati. Tidak ada ending yang dipaksakan, atau tidak ada scene yang
berlebihan, scene dewasanya pun tetap dapat dinikmati oleh pembaca remaja
(menurut aku) dan kata-kata vulgar yang beberapa kali disampaikan oleh Kimiko
pun sebenarnya berupa kiasan, tidak blak-blakan, semua pada porsi yang pas.
Intinya aku suka dengan pembawaan novel ini.
Untuk
bahasanya, ringan. Cuma agak terlalu aneh buat aku. Misalnya, ada beberapa
kalimat yang menggunakan kata “kok”. Aku jarang menemukan novel terjemahan
(biasanya novel barat) menggunakan “kok” karena rasanya jadi indonesia banget.
Tapi gak papa sich sebenarnya, jadi lebih mudah berbaur dengan pembaca yang
hobinya novel lokal.
Sudut pandang
yang dipakai adalah sudut pandang orang ketiga tunggal yang artinya penulis
menempatkan dirinya sebagai narator yang berada di luar alur cerita. Sehingga kita
akan diajak berjalan-jalan mengetahui kisah kehidupan tetsuji pribadi dan
Kimiko pribadi bila kedua tokoh utama tersebut tidak sedang berdua.
Cerita romantis
tidak akan lengkap tanpa scene romantis, benar gak? Nah Ibuki Yuki juga
menempatkan kisah romantis yang menurut aku pas banget. Gak perlu adegan intim
yang berlebihan, adengan kissing yang dijabarkan lengkap, gak perlu adegan
panas-panas buat membuat pembaca terus membaca novel ini. Adegan Kimiko yang
menawarkan kentang goreng dengan resepnya sendiri aja udah bikin senyam senyum
kok. Adegan malu-malu (gengsi) Tetsuji
saat harus mengakui chiki-chiki namban buatan Kimiko rasanya lezat sekali, pun
bisa bikin greget.
Oya selain
kisah Tetsuji dan Kimiko, di novel ini disajikan pengetahuan tentang berbagai
musik klasik serta opera La Traviata, yang artinya wanita dengan jalan hidup
yang salah. Pembahasan ini tidak lepas dari percakapan Kimiko dan Tetsuji.
Pasti aja terselip sedikit bahkan banyak tentang musik klasik dan opera La
Traviata. Kalau aku sih agak terganggu dengan percakapan yang mengfokuskan pada
kedua hal tersebut, tapi yah anggap aja nambah-nambah ilmu tentang musik klasik
dan opera.
Overall, aku
suka dengan buku ini. Ending yang di bawa agak rumit tapi berakhir bahagia
untuk semua pihak.
Selamat
Membaca
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentarmu disini