Jumat, 05 Juni 2015

[Review Buku] The Wind Leading to Love by Ibuki Yuki

Judul Asli: Kazemachi no Hito
Copyright © 2009 (hardcover edition), 2011 (paperback edition) by Yuki Ibuki
Penerbit Haru
Penerjemah Mohammad Ali
Cetakan pertama; Febuari 2015; 342 Hlm
Desain cover by Bambang ‘Bambi’ Gunawan
Rate 4 of 5


Rasa sakit itu merupakan bukti kalau kita masih hidup.
Suga Tetsuji depresi. Menuruti saran dokter, dia mengasingkan diri di sebuah kota pesisir, di sebuah rumah peninggalan ibunya. Namun, yang menantinya bukanlah ketenangan, tapi seorang wanita yang banyak omong dan suka ikut campur bernama Fukui Kimiko.
Fukui Kimiko kehilangan anak dan suaminya, dan menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab kematian mereka berdua. Dia menganggap dirinya tidak pantas untuk berbahagia.
Setelah menyelamatkan Tetsuji yang nyaris tenggelam, Kimiko menawarkan bantuan pria itu untuk membereskan rumah peninggalan ibunya agar layak jual. Sebagai gantinya, wanita itu meminta Tetsuji mengajarinya musik klasik, dunia yang disukai anaknya.
Mereka berdua semakin dekat, tapi ...

Suga Tetsuji adalah pria berumur 39 tahun yang ingin mencari ketenangan di rumah peninggalan ibunya yang terletak di kota kecil bernama Miwashi. Bermaksud untuk menghindar dari Rika istrinyadan pekerjaan kantornya yang kian lama ia rasakan makin berat. Dalam perjalanannya ke rumah tersebut, ia terpaksa harus menerima tawaran penduduk sekitar untuk memberi tumpangan pada wanita yang dijuluki sebagai Peko-chan. Yang menurut gosip sekitar, bila memberi wanita tersebut tumpangan maka ia akan dikarunia keberuntungan.

Depresi pada Tetsuji membawa dampak buruk pada kesehatannya. Ia mengalami insomia, dan menjadi sulit menoleh ke kanan. Sehingga rasanya menyiksa sekali. Alasan tersebutlah yang membuat Tetsuji tanpa sadar berjalan ke arah lautan di malam hari yang kelam. Hingga akhirnya ia tenggelam dan beruntunglah ia diselamatkan oleh wanita pembawa keberuntungan, Fukui Kimiko.


Kimiko sendiri adalah seorang janda berusia 39 tahun. Kehilangan anak dan suaminya. Sampai saat ini Kimiko merasa meninggalnya mereka adalah karena kesalahan dirinya. Ia disukai hampir semua supir truk, karena gosip keberuntungan yang melekat di namanya. Sikapnya yang ceria dan cerewetnya, membuat tidak seorang pun tahu bagaimana perihnya kehidupan nyata yang ia hadapi. Bayangan anaknya selalu menghampirinya. Ia hanya ingin menanggung beban itu sendiri, sebagai penebus rasa bersalahnya.

Kehidupan Tetsuji berubah total setelah Kimiko menyelamatkannya. Kehadiran Fukui Kimiko di rumah semenanjung dengan tawaran akan membereskan rumah tersebut agar layak di jual, sangat menggiurkan Tetsuji yang merasa jengah berada di kota kecil tersebut. Kimiko hanya meminta sebuah syarat kecil, yaitu ajarkan ia tentang dunia musik klasik yang disukai oleh anaknya, Tomoaki. Kesepakatan pun terjalin di antara kedua orang dewasa tersebut, tanpa mengetahui masa depan yang menanti mereka.

Kedekatan mereka terjalin secara alami. Awalnya Tetsuji merasa Kimiko terlalu blak blakan dan vulgar dalam ucapan, tapi lambat laut ia merasa menerima itu semua. Awalnya Tetsuji merasa risih wanita bisa berkata sevulgar itu, tapi kedekatannya dengan Kimiko membuat ia tahu, bahwa wanita itu berpendidikan rendah, tidak seperti dirinya yang berpendidikan tinggi di luar negeri. Tapi Kimiko pandai dalam hal-hal tertentu, ia pandai bagaimana mengolah masakan, mengetahui tata krama, dan mengetahui bagaimana harus bersikap di depan orang yang baru di kenalnya atau orang yang sudah lama dikenalnya. Membuat Tetsuji kagum dengan wanita itu.

Sikap tidak mau diamnya dan memaksanya membuat Tetsuji tidak bisa mengatakan “Tidak” setiap tawaran Kimiko. Setiap tindak tanduk Kimiko yang awalnya menyebalkan di mata Tetsuji, menjadi kebiasaan yang justru dirindukan Tetsuji bila Kimiko tidak berada disana. Buah Timun Suri pun menjadi makanan kesukaan Tetsuji selama di Miwashi, buah yang selalu Kimiko bawakan untuknya.

Hasrat Tetsuji yang telah lama mati karena depresi yang selama ini ia rasakan, kembali timbul ketika tidak sengaja bersentuhan dengan Kimiko. Perasaan Kimiko pun berubah menjadi kegundahan saat ia menyadari kalau ia mencintai Tetsuji padahal ia tahu status Tetsuji masih seorang suami dan Ayah. Belum lagi, latar belakang pendidikan mereka yang bagaikan langit dan bumi.

Cinta tidak bisa dipungkiri. Ketika mereka mulai terbuka satu sama lain, Rika datang dan menyeret Tetsuji untuk kembali dan menghempaskan Kimiko dengan menyadarkan statusnya.

Niat Rika datang adalah untuk rujuk kembali dengan Tetsuji, dan ia ingin memulai kehidupan baru dengan keinginan untuk melahirkan anak kedua. Berbahagia seperti rumah tangga pada umumnya. Selamanya ....

***

Novel terjemahan bergenre romantis pertama yang aku baca adalah buku ini. Ceritanya mungkin agak terlalu umum dan sering di angkat dalam novel romantis, tapi alur yang dibawa oleh penulisnya membuat cerita ini terasa alami sekali untuk dinikmati. Tidak ada ending yang dipaksakan, atau tidak ada scene yang berlebihan, scene dewasanya pun tetap dapat dinikmati oleh pembaca remaja (menurut aku) dan kata-kata vulgar yang beberapa kali disampaikan oleh Kimiko pun sebenarnya berupa kiasan, tidak blak-blakan, semua pada porsi yang pas. Intinya aku suka dengan pembawaan novel ini.

Untuk bahasanya, ringan. Cuma agak terlalu aneh buat aku. Misalnya, ada beberapa kalimat yang menggunakan kata “kok”. Aku jarang menemukan novel terjemahan (biasanya novel barat) menggunakan “kok” karena rasanya jadi indonesia banget. Tapi gak papa sich sebenarnya, jadi lebih mudah berbaur dengan pembaca yang hobinya novel lokal.

Sudut pandang yang dipakai adalah sudut pandang orang ketiga tunggal yang artinya penulis menempatkan dirinya sebagai narator yang berada di luar alur cerita. Sehingga kita akan diajak berjalan-jalan mengetahui kisah kehidupan tetsuji pribadi dan Kimiko pribadi bila kedua tokoh utama tersebut tidak sedang berdua.

Cerita romantis tidak akan lengkap tanpa scene romantis, benar gak? Nah Ibuki Yuki juga menempatkan kisah romantis yang menurut aku pas banget. Gak perlu adegan intim yang berlebihan, adengan kissing yang dijabarkan lengkap, gak perlu adegan panas-panas buat membuat pembaca terus membaca novel ini. Adegan Kimiko yang menawarkan kentang goreng dengan resepnya sendiri aja udah bikin senyam senyum kok. Adegan malu-malu (gengsi)  Tetsuji saat harus mengakui chiki-chiki namban buatan Kimiko rasanya lezat sekali, pun bisa bikin greget.

Oya selain kisah Tetsuji dan Kimiko, di novel ini disajikan pengetahuan tentang berbagai musik klasik serta opera La Traviata, yang artinya wanita dengan jalan hidup yang salah. Pembahasan ini tidak lepas dari percakapan Kimiko dan Tetsuji. Pasti aja terselip sedikit bahkan banyak tentang musik klasik dan opera La Traviata. Kalau aku sih agak terganggu dengan percakapan yang mengfokuskan pada kedua hal tersebut, tapi yah anggap aja nambah-nambah ilmu tentang musik klasik dan opera.

Overall, aku suka dengan buku ini. Ending yang di bawa agak rumit tapi berakhir bahagia untuk semua pihak.


Selamat Membaca

G+

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentarmu disini

 
;