The Naked Face
by Sidney Sheldon
Copyright © 1970 by Sidney Sheldon
Penerbit Gramedia
Alih bahasa by Anton
Adiwiyoto
Cetakan ke-13; Juli
2002; 328 hlm
Rate 5 of 5
Judd Stevens adalah seorang
psikoanalis yang dihadapkan pada kasus paling gawat dalam hidupnya.
Jika dia tidak berhasil mengetahui
jalan pikiran seorang pembunuh, dia akan ditangkap dengan tuduhan membunuh,
atau dirinya sendiri akan terbunuh....
Dua orang yang paling dekat dengan
Dr. Stevens tewas terbunuh. Mungkinkah pembunuhnya salah seorang pasiennya?
Seseorang yang kacau karena mentalnya tak kuat menahan beban masalah hidupnya?
Seorang penderita neurosis? Seorang gila? Sebelum si pembunuh beraksi lagi,
Judd Stevens harus bisa menanggalkan topeng wajah tak berdosa yang dikenakannya
dan menelanjangi gejolak-gejolak emosinya yang paling dalam, ketakutan dan
kengerian, dambaaan dan nafsunya, dan dengan demikian menampilkan....
WAJAH SANG PEMBUNUH
John Hanson dibunuh dengan cara
ditikam di punggungnya saat hendak pulang kerumah untuk merayakan
kesembuhannya. Carol Robert di bunuh dengan cara mengerikan di kantor Dokter
Judd Stevens, Psikionalisis terkemuka di Amerika. Tidak ada motif yang
mengaitkan antara pembunuhan satu dan yang lainnya. Tapi satu hal, mereka
berdua dekat dengan Judd Stevens. John adalah pasiennya, sedangkan Carol adalah
sekretarisnya yang ia selamatkan dari tempat pelacuran. Sehingga penyelidikan
pun berlanjut ke kantor dokter Stevens.
“Tak seorang pun dilahirkan sebagai pelacur,” Kata Judd ─ Hal 89
Letnan Andrew McGreavy yang
pernah memiliki masa lalu dengan dokter Stevens mencurigai dalang di balik
pembunuhan ini adalah dokter Stevens sendiri. Detektif Angeli, partner Det.
McGreavy lebih lunak dan ramah kepada dokter Stevens sehingga sekali-kali
menimbulkan selisih antara Det. Angeli dan partnernya. Karena tidak adanya
bukti yang kuat, kedua detektif itu pun meninggalkan dokter Stevens dan
melakukan penyelidikan ke arah lain.
Rupanya usaha pembunuhan tidak
berhenti pada Carol.
Saat Judd sedang berjalan di
jalan sepi, sebuah mobil tanpa menghidupkan lampu depan menabraknya. Tapi Det.
McGreavy tidak percaya begitu saja. Ia mengemukanan analisis yang menyatakan
bahwa Judd sengaja berjalan sembarangan agak di tabrak mobil.
Judd Frustasi. Ditengah perasaan yang tertekan
ia mencoba menyusun analisis tentang peristiwa semua ini. Dan akhirnya ia tahu
bahwa hanyalah dia tujuan utama pembunuhan ini, sedangkan Jonh Hanson dan Carol
Robert adalah korban yang tidak disengaja. Dan pembunuhnya masih akan mengincar
dirinya lagi.
Judd benar. Ketika ia pulang ke
kantornya, ia mendapati ada dua orang penyusup yang masuk. Lagi-lagi Det.
McGreavy tidak percaya. Ia kukuh mengatakan semua hanya rekayasa Judd agar
terhindar dari kecurigaan polisi kepadanya. Begitu seterusnya, ketika usaha
pembunuhan terus berlanjut tapi tidak satupun bisa meyakinkan Det. McGreavy.
Judd curiga ia ingin membalas dendam akibat kematian partnernya beberapa tahun
lalu.
Lama-lama Judd percaya bahwa
dirinya menderita penyakit paranoid yang menyebabkan ia berhalusinasi tentang
semua usaha pembunuhan atas dirinya.
Ia putus asa.
Akhirnya Judd menyewa seorang
detektif swasta bernama Norman Z. Moody. Baru sebentar Moody bekerja ia sudah
menemukan bahwa ada pembunuh yang nyata sedang mengincar Judd. Dan judd
bersyukur akhirnya ada orang yang mempercayainya dan ia senang mengetahui
dirinya tidak menderita paranoid.
“Kita tahu bahwa seseorang ingin sekali membunuh Anda, Dokter Stevens.” ─ Hal 154
Rasa percaya Judd mengetahui
bahwa ia tidak gila, membuat ia terlalu semangat. Tanpa sengaja ia menceritakan
perihal Moody kepada orang yang ia percaya.
Fatal..
Karena Moody ditemukan tergantung
di pengait daging.
Lagi-lagi kecurigaan mengarah ke
Judd. Det. McGreavy makin mencurigai Judd sebagai dalang ini semua membuat ia
makin frustasi dan kehilangan semangatnya. Dengan tersisa kesempatan yang ada,
ia mencoba mencari tahu sendiri alasan mengapa ia di incar pembunuh dan siapa
orang tersebut. Hingga ia berkeliling antara keluarga pasiennya yang ia curigai
mempunyai dendam padanya.
Dan sampailah ia pada kenyataan
yang tidak bisa ia bayangkan. Pembunuhnya menampakan wajah aslinya di depan
Judd. Kini Judd tinggal menunggu ajalnya tiba, ketika sebuah pistol mengacung
di depan hidungnya.
***
Buku ini pertama kali aku baca
ketika SMP. Bacaannya lumayan berat buat aku mengerti saat itu, makanya aku
mengulang-ulang membaca buku ini hingga aku bisa menceritakan ulang kisah di
dalamnya tanpa perlu melihat buku. Tergerak jemari ini buat me-review novel
dewasa dan thriller pertama yang aku baca hehe dan aku langsung jatuh cinta
sama buku ini ketika pertama kali menamatkan ceritanya.
Amazing ...
Sidney Sheldon emang penulis yang
paling keren. Dan dalam novel ini ia menampilkan kepiawaiannya untuk membuat
pembaca tidak bisa menghentikan membaca buku ini. Bahkan ia selalu menyiapkan
kejutan-kejutan di akhir bab dengan ketegangan luar biasa.
Konflik yang disajikan naik
turun. Di bab pertama naik sehingga menyebabkan pembaca ikut merasa deg deg
kan. Tapi di bab selanjutnya akan mengalir ringan dengan konflik-konflik ringan
seperti koflik yang terjadi antara Judd dan Det. McGreavy. Ada juga konflik
ringan tentang percintaan Judd dengan seorang pasiennya bernama Anne Black.
Kegundahan hati judd di uji, bukan hanya karena Anne adalah pasiennya, Anne juga
sudah bersuami. Peran Anne Black mungkin sedikit sekali disini. Tapi ia
berpengaruh besar terhadap cerita. Kalau tidak ada dia, tidak akan ada masalah
ini (eh menjurus spoiler gak nie hehe. Maaf... Maaf ... *Bow)
Konflik utama yang bikin jantung
mau copot sekaligus mengerikan terdapat di bab terakhir. Di susun secara rapi
dan menegangkan. Sidney membawa kita mendalami dulu karakter penjahatnya, dan
membuat kita dapat membayangkan karakter penjahat itu secara apik. Sehingga
hanya dengan membaca karakternya saja, bisa membuat kita merinding dan takut
kepadanya. Aku berdoa semoga tidak pernah berurusan dengan orang seperti itu.
Karena ini novel dewasa, ada
kalimat-kalimat khas dewasa. Tapi bukan menjurus ke seks. Melainkan lebih ke
arah kasus. Jadi aman buat di baca remaja. Sudut pandang yang dipakai pun sudut
pandang penulis yang lebih fokus ke Judd. Jadi kita sebenarnya ikut di ajak
untuk mendalami pemikiran Judd yang di dalam novel ini berperan sebagai
detektif untuk menyelamatkan nyawanya sendiri.
Karena sudut pandang yang dipakai
adalah sudut pandang penulis yang difokuskan pada Judd, maka banyak banget
pengetahuan tentang sifat-sifat manusia dan penyakit emosional manusia. Semua
dijelaskan secara alami banget, gak mendikte seperti di buku.
Salah satunya adalah ...
“Gila hanyalah istilah umum. Tidak memiliki arti medis. Yang disebut kewarasan hanyalah kemampuan otak menyesuaikan diri dengan realitas.” ─ Hal 217
Tapi yang paling menjadi favorit
aku adalah yang ini
“Kita semua memakai topeng, Angeli. Sejak kita meninggalkan masa kanak-kanak, kita sudah diajar untuk menyembunyikan perasaan kita yang sebenarnya. Kita sudah di ajar untuk menutupi kebencian dan ketakutan kita,” Suara Judd penuh wibawa, ─ Hal 220
Dan masih banyak istilah dalam
psikionalisis dalam buku ini. Tapi tenang aja, isinya tetap menarik buat di
baca. Dan setelah membaca novel ini, malah membuat aku tertarik mempelajari
pikiran dan perilaku manusia. Rasanya asik menganalisis seseorang dari
sifatnya.
Karena buku ini gak ada celanya
sama sekali (menurut aku) gak ragu memberikan rate 5 of 5. Selain itu penulis
Sidney Sheldon penulis fenomenal, walaupun beliau sudah meninggal tapi
buku-bukunya tetap terus di cetak demi memenuhi keinginan konsumen. Harga novel
Sidney Sheldon pun terbilang mahal. Buku ini bisa mencapai Rp 80.000,- padahal
ukuran novel ini sama dengan ukuran komik. Bedanya lebih tebal.
Jadi walaupun aku pecinta Sidney
Sheldon, koleksiku sedikit sekali. Aku kebayakan pinjam di perpustakaan kota.
Sekian dulu reviewnya. Semoga
bermanfaat
Akhir kata...
Selamat Membaca
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskak bisa tulis TEMA nya
BalasHapusdalam satu kalimat
jadi pembunuhnya siapa suaminya anna kah. tapi kok judd ngga langsung dibunuh waktu ditangkap suaminya anna. malah diajak duel dulu. gak seperti pasien dan resepsionisnya itu. agak gak masuk akal
BalasHapus