Judul: Lope-Lope
Copyright © 2014 Ramayoga
Penerbit Tanjung
Bungkak Media
Desain Sampul by
Ramayoga
Rate 3 of 5
Rama, anak kelas 3 SMA yang naksir
diam-diam pada Nandya, cewek kelas sebelah.
Sejak pertama kali bertemu, Rama
sudah dibuat terpesona oleh cewek itu. Namun dia hanya bisa mengaguminya dari
jauh. Masalahnya, Rama selalu grogi setiap kali dekat dengan cewek cantik.
Mungkin kalau mau nembak, sebelum kalimat pertama diucapkan, dia sudah pingsan.
Suatu hari, secara tidak sengaja,
Rama berhasil berkenalan dengan Nandya, dan menjadi akrab. Namun seolah
ditakdirkan karena untuk menderita karena cinta, Rama akhirnya tahu ternyata
Nandya sudah punya pacar.
Walaupun demikian, Rama tidak mau menyerah.
Bersama kedua temannya, Bulan dan Ayas, dia berusaha mendapatkan cinta
sejatinya.
“Hampir dua tahun aku memendam perasaan suka pada seorang cewek. Dan selama itu pula aku merasa seperti menahan boker.”
Rama menyukai seorang cewek
bernama Nandya. Ia mengenal cewek tersebut saat pertama kali masuk SMA,
tepatnya ketika MOS. Sejak saat itu Rama selalu memandangi Nandya dari jendela
kelasnya. Selama mata pelajaran selalu ia habiskan untuk memandangi Nandya.
Bagi Rama, Nandya adalah segalanya. Nandya adalah cewek sempurna.
Keinginan Rama untuk berkenalan
terus tumbuh seiring berjalannya waktu. Dua tahun sudah ia memendam perasaan
dan timbul keinginan di hatinya untuk berkenalan dengan Nandya, walaupun tidak
bisa berkenalan, ia berharap Nandya mau melirik padanya walau hanya sekedar
menebar senyum. Tapi itupun tidak pernah bisa ia dapatkan. Nandya selalu
melewatinya seperti melewati tempat sampah tiada arti. Rama makin terpuruk
ketika ia tahu Nandya sudah memiliki seorang pacar, belum lagi pacarnya Nandya
adalah anak kuliahan.
Rama hancur. Bukan hanya hatinya,
tapi semangatnya pun memudar.
Tapi entah keajaiban darimana,
suatu hari Nandya menghampirinya untuk meminta bantuan. Dengan senang hati Rama
menolong dan semenjak saat itu mereka semakin dekat. Rama tidak peduli status
Nandya saat itu memiliki kekasih, yang ia tahu, ia bahagia bersama Nandya.
Keberuntungan masih berpihak pada Rama, suatu hari ia mendengar Nandya putus
dengan kekasihnya dan pada suatu kesempatan Rama mengambil celah tersebut untuk
menembaknya. Dan ....
Nandya menerimanya.
Keadaan tidak berjalan
semestinya. Setelah berpacaran dengan Nandya, Rama malah makin merasa kesepian.
Belum lagi perasaanya menjadi berubah tidak karuan setelah mencium Bulan,
sahabat dekatnya, secara iseng pada suatu acara perkemahan.
Kini Rama berjuang untuk
menentukan pilihan hatinya yang sebenarnya. Ia mencintai Nandya, tapi mengapa
hatinya selalu terpaut kepada Bulan.
***
Gak terasa, dalam dua jam aku
bisa menyelesaikan membaca buku ini, haha. Amazing ... Rekor baru nie kayaknya
wkwkwk. Wajar sebenarnya. Buku ini gak tebal, malah terbilang tipis, hampir
sama tebalnya dengan buku tulis anak SD, jadi siapapun pasti bisa menyelesaikannya
dalam waktu singkat.
Pertama sebelum memberi komentar,
aku mau kasih tau dulu kalau ini adalah novel komedi pertama yang aku baca
selama 25 tahun. Aku bukan tipe pembaca komedi soalnya, film komedi aja malas
aku nonton apalagi baca. Bahkan parodi-parodi di youtube atau di tv pun sering
aku abaikan. Jadi setiap komentar yang aku berikan untuk novel ini, anggap aja
sebagai pandangan seorang amatir terhadap komedi.
Untuk jalan ceritanya, sebenarnya
ceritanya standar banget. Cowok jatuh cinta sama cewek pujaan seluruh cowok dan
ada ternyata ada sahabat si cowok yang ternyata menyukai si cowok. Tapi cerita
biasa seperti ini memang cocok untuk genre komedi, membuat kita tidak perlu
nebak endingnya gimana, konfliknya seperti apa, atau karakter yang terlalu
rumit. Semuanya berjalan lurus dan santai, tapi tetap menyenangkan. Intinya
kita tidak diajak untuk berpikir keras. Harus aku akui, novel ini cukup
menyenangkan.
Aku tidak mudah tertawa ketika
mendengar lelucon, atau melihat acara komedi di tv. Malah teman-temanku bilang
kalau urat tawaku udah putus, sampai-sampai ketawa untuk hal yang orang umum
anggap lucu pun, gak sedikitpun membuat aku tertawa. Jangan tanya kenapa, aku
juga gak tau kenapa. Yang pasti, aku tidak mudah ketawa.
Pas baca novel ini pun aku cukup
senyum aja membayangkan tingkah laku Rama yang aneh dan kalau menurut aku
golongan anak-anak SMA yang hobinya bolos dan malasnya tingkat dewa. Tipe siswa
ngerjain PR pas hari H mau di kumpul. Tipe siswa yang kerjanya nyontek waktu
ujian. Tipe siswa yang orang paling pertama keluar ruangan ketika bel
istirahat/pulang berbunyi. Tapi aku terhibur dengan tingkah Rama, mengingatkan
dengan beberapa teman cowokku waktu SMA dulu. Tapi karena aku berada di kelas
yang isinya anak rajin semua, tipe cowok kayak Rama susah aku perhatikan.
Aku paling suka ketika Rama
berpikir keras mencari alasan-alasan lucu untuk menghindari amukan kakak kelas
ketika ia telat MOS. Suka juga dengan kalimat blak-blakan Rama ketika ia
mencoba membela diri atau bicara dengan Bulan dan Ayas. Dan bagaimana ide gila
tapi cerdiknya muncul saat menolong Nandya. Semua itu bisa bikin aku tersenyum.
Sekali lagi dan sekali lagi, aku
harus minta maaf sama penulisnya nie kayaknya. Dari kecil aku udah di ajarkan
untuk bicara sopan dan tidak bicara yang agak menjurus vulgar, bahkan saat
kuliahpun aku tetap menggunakan bahasa (dalam standar) sopan. Nah di novel ini, ada beberapa
kali aku temukan bahasa agak vulgar, aku maklum sich mungkin untuk membuat
komedinya terasa hidup. Tapi kok aku merasa tidak nyaman ya. Maklum, papa mama
tipe aliran keras, jadi yah kalau ngomong harus mikir sejam baru di keluarin,
atau Cuma bisa ngumpat-ngumpat dalam hati.
Sudut pandang yang dipakai adalah
sudut orang pertama, yaitu dari sudut padang tokoh itu sendiri. Jadi kita hanya
dibawa untuk mengetahui keseharian dia aja, dan bagaimana perasaan dia serta
kekonyolan Rama.
Overall, aku tetap suka dengan
novel ini. Karena udah bikin aku senyam senyum dan bisa membangkitkan ingatan
aku tentang masa-masa SMA dulu. Kecuali bagian coret-coret baju ketika lulus
UAN dan ciuman (aku tidak menganjurkan hal ini).
Novel ini sebenarnya mengajarkan
kepada para siswa/siswi untuk tetap fokus pada tujuan awal sekolah, yaitu
menyelesaikan sekolah dan menuju jenjang yang lebih tinggi. Tidak ada yang
melarang untuk jatuh cinta atau pacaran, tapi semua tetap pada batasan yang
ada. Apalagi jiwa labil yang merasa cinta kepada lawan jenis adalah hal mutlak
yang harus kita pikirkan di dunia ini. Dan bila memang mencintai seseorang,
tanya dalam hati apakah benar kita mencintainya atau hanya sekedar kagum akan
fisiknya yang sempurna.
Sekali lagi, aku minta maaf pada
penulis jika ada komentar tidak berkenan. Usiaku yang memang sudah dewasa
membuat aku memandang segala sesuatu dari kacamata “Orang Tua”. Ada hal-hal
masa-masa SMA dalam novel ini yang tidak sesuai dengan karakter aku dan didikan
yang aku dapat dari kecil. Tapi untuk hiburan, aku rekomendasikan buku ini.
Buku ini sangat ringan dan enak buat di baca kala senggang.
Akhir kata ...
Selamat Membaca
Jadi keingeet satu episoode pas jaman SMA duluuu kaak,, *Melting* jd kpengen ikutan beli :"
BalasHapusulasannya lengkap banget, tapi kejadian saat sekolah sering seperti itu :D
BalasHapus