Minggu, 23 Oktober 2016

Review Buku : All I Ever Wanted - Kristan Higgins


All I Ever Wanted

by Kristan Higgins

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

Alih bahasa : Nur Aini

Editor : Agus Hadiyono

Sampul : Marcel A.W.

520 Hlm

Rate 4 of 5



Merayakan ulang tahun ketiga puluh di rumah duka dan menerima kabar mantan pacar bertunangan, jelas momen paling berkesan bagi Callie Grey. Tapi buat apa sedih kalau Callie punya tekad besar untuk merebut kembali hati mantan pacar sekaligus bosnya itu. Mulai dari menonjol di tempat kerja, riang menghadapi semua perlakuan si bos, termasuk menjalin hubungan dengan pria lain untuk menimbulkan kecemburuan.
Dan di tengah perjuangan Callie, entah mengapa, selalu saja ia bertemu dengan Ian McFarland, dokter hewan yang baru. Ian menjadi incaran para wanita muda―termasuk Callie—karena pintar, mapan, dan tentu saja, lajang. Singkatnya, memenuhi segala syarat yang diinginkan Callie dari calon suami. Tapi, astaga, pria itu kaku dan sinis sekali! Mampukah Callie melembutkan hati sang dokter, atau tetap bertahan dengan lembaran baru?


Callie sedang menangis habis-habisan di Samsat, mencurahkan hatinya yang sakit karena Mark, di tempat umum pula menjadi pilihan yang harus dilakukan oleh Callie. Ia memang mendapat simpati dari wanita yang sama-sama mengantri di samsat tersebut, tapi juga mengundang tatapan super dingin ala Ian McFarland. Ia menyebut Callie dengan penderita Diare Emosional.



Mark adalah laki-laki yang dicintai Callie sejak kecil. Laki-laki yang sama pula telah mencuri ciuman pertama Callie di dalam lemari milik Gwen saat mereka masih sekolah. Laki-laki yang sama pula menjadi bos di tempat Callie bekerja. Laki-laki yang sama yang Callie harapkan akan menjadi suami masa depannya. Dan harapan Callie tersambut saat Callie dan Mark menghabiskan waktu yang begitu indah dan romantis di Santa Fe. Saat harapan Callie bahwa hubungannya dengan Mark akan mengarah menjadi hubungan serius, Mark memutuskan hubungan dengan Callie dan mengatakan itu semua hanya kesalahan. Callie yang sakit hati tetap menerima alasan tersebut dan mencoba menjalani hari-hari ceria di kantor untuk menunjukan bahwa ia tidak apa-apa. Belum lagi sakit hati Callie terobati, Mark menghampiri Callie dan memberi hadiah ulang tahun pada Callie disertai kabar bahwa ia sudah berpacaran dengan Muriel.



Callie memutuskan akan terus menjalani hidup, sambil berusaha setengah mati melupakan Mark. Dan saat itu pula ia bertemu Ian, sang dokter hewan pendatang baru di kota Vermount, laki-laki dingin dengan segudang kalimat sinis yang sayangnya tidak bisa membungkam kecerewetan Callie. Saat bisnisnya sepi (karena sifat juteknya Ian) ia meminta bantuan Callie untuk mempromosikannya. Dan hari-hari yang dilalui Callie bersama Ian, sama sulitnya seperti melupakan Mark. Ian terlalu kaku hingga ia tidak bisa bertindak tanpa arahan Callie.



Callie melihat sisi lain Ian saat mereka berdua di undang ke pernikahan kedua mantan istri Ian, Laura. Saat Ian berhadapan dengan istrinya, dan bagaimana Ian memaafkan Laura serta bagaimana Laura sangat mengharapkan maaf dari Ian, hati Callie bergetar. Ia jatuh cinta pada Ian (sebenarnya aku juga sih haha) dan berusaha membela ia yang diterpa tatapan “mengerikan” dari tamu undangan di pesta Laura.



Saat Ian dan Callie dekat, Mark hadir menawarkan cinta yang dulu pernah Callie harapkan.






My Review



Setelah baca “ThePerfect Match” karya Kristan Higging beberapa hari lalu, aku ketagihan untuk baca tulisan dia. Dan aku mengambil kesimpulan, Kristan Higgins tidak mengepankan adegan dewasa untuk menunjukan keromantisan novel yang ia buat. Aku suka sekali. Rasanya aku jadi jatuh hati sama tulisannya dan nggak akan keberatan untuk baca puluhan atau ratusan cerita romantis ala Kristan Haggins.



Novel ini berkisah tentang Callie yang mencoba move on. Yang parahnya ternyata susah sekali. setiap Callie ingin melupakan Mark, tapi bayangan saat Mark menciumnya dan hari-hari indah yang mereka lalui selalu lekat di kepalanya. Bagusnya sih, Callie itu tipe cewek ceria, banyak omong dan sangat disukai oleh banyak orang, hingga terkadang ia merasa bisa menghadapi rasa sakit itu dengan senyuman. Apalagi ia punya sahabatan dan keluarga yang cukup “aneh”.



Ian, juga sedang move on sebenarnya. Dari mantan istrinya yang selingkuh dan ternyata (OMG!! *nggak boleh spoiler kan XD) pantes aja sih muka ia kaku, tegang dan dingin begitu. Dan saat ketemu sama Callie yang super ceria. Eugh muka Ian makin bete dan sinis wkwk



Hasilnya?



Bayangin sendiri.



Kalimat irit  Ian harus di akali Callie supaya menarik untuk dijadikan bahan promosi. Ini termasuk lucu juga. Gimana Callie hampir putus asa meyakinkan Ian untuk mau menceritakan sedikit tentang dirinya. Interaksi-interaksi Ian-Callie juga begitu manis. Dan ini yang menjadi poin plus novel ini.



Konflik sih menurut aku lebih sederhana. Di novel ini, konfliknya Cuma Ian yang berusaha menyadari kalau dia mencintai Callie. Terus pas Callie dihadapkan pada pilihan antara Mark atau Ian. Malah konflik antara keluarga lebih menarik untuk dibaca. Aku nggak bisa ngebayangin syarat yang di ajukan oleh Ibu Callie saat ayah Callie ingin rujuk. Gila dan bin ajaib. Ayah Callie sampai pucat pasi gitu. Ini lucu. Lucu sekali ....



Tapi, sayangnya sih karena POV yang digunakan orang pertama, yaitu Callie, porsi Ian jadi sedikit sekali dalam novel ini. Kehidupan pribadi Ian jadi kurang terekspos dan aku kurang simpati pada masalah Ian, padahal masalah keluarga Ian cukup rumit sebenarnya.



Secara keseluruhan novel ini menarik. Persahabatan, cinta dan keluarga digabung menjadi satu menjadi sebuah kisah yang unik dan enak untuk dibaca, Percaya nggak percaya, aku nggak nyangka bisa menyelesaikan novel sebanyak 520 halaman ini dalam waktu singkat.



Novel ini aku rekomendasikan buat pecinta genre romantis, dan menurut aku remaja cukup cocok baca novel ini. Sekali lagi aku ingatkan, novel ini nggak ada adegan dewasanya, padahal labelnya dewasa ^^



Dan sampai jumpa di review selanjutnya. 




G+

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentarmu disini

 
;