All
I Ever Wanted
by
Kristan Higgins
Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama
Alih
bahasa : Nur Aini
Editor
: Agus Hadiyono
Sampul
: Marcel A.W.
520
Hlm
Rate
4 of 5
Merayakan ulang tahun ketiga puluh di rumah duka dan menerima kabar mantan pacar bertunangan, jelas momen paling berkesan bagi Callie Grey. Tapi buat apa sedih kalau Callie punya tekad besar untuk merebut kembali hati mantan pacar sekaligus bosnya itu. Mulai dari menonjol di tempat kerja, riang menghadapi semua perlakuan si bos, termasuk menjalin hubungan dengan pria lain untuk menimbulkan kecemburuan.Dan di tengah perjuangan Callie, entah mengapa, selalu saja ia bertemu dengan Ian McFarland, dokter hewan yang baru. Ian menjadi incaran para wanita muda―termasuk Callie—karena pintar, mapan, dan tentu saja, lajang. Singkatnya, memenuhi segala syarat yang diinginkan Callie dari calon suami. Tapi, astaga, pria itu kaku dan sinis sekali! Mampukah Callie melembutkan hati sang dokter, atau tetap bertahan dengan lembaran baru?
Callie sedang menangis habis-habisan di Samsat, mencurahkan hatinya yang sakit karena Mark, di tempat umum pula menjadi pilihan yang harus dilakukan oleh Callie. Ia memang mendapat simpati dari wanita yang sama-sama mengantri di samsat tersebut, tapi juga mengundang tatapan super dingin ala Ian McFarland. Ia menyebut Callie dengan penderita Diare Emosional.
Mark adalah
laki-laki yang dicintai Callie sejak kecil. Laki-laki yang sama pula telah
mencuri ciuman pertama Callie di dalam lemari milik Gwen saat mereka masih
sekolah. Laki-laki yang sama pula menjadi bos di tempat Callie bekerja. Laki-laki
yang sama yang Callie harapkan akan menjadi suami masa depannya. Dan harapan
Callie tersambut saat Callie dan Mark menghabiskan waktu yang begitu indah dan
romantis di Santa Fe. Saat harapan Callie bahwa hubungannya dengan Mark akan
mengarah menjadi hubungan serius, Mark memutuskan hubungan dengan Callie dan mengatakan
itu semua hanya kesalahan. Callie yang sakit hati tetap menerima alasan
tersebut dan mencoba menjalani hari-hari ceria di kantor untuk menunjukan bahwa
ia tidak apa-apa. Belum lagi sakit hati Callie terobati, Mark menghampiri
Callie dan memberi hadiah ulang tahun pada Callie disertai kabar bahwa ia sudah
berpacaran dengan Muriel.
Callie
memutuskan akan terus menjalani hidup, sambil berusaha setengah mati melupakan
Mark. Dan saat itu pula ia bertemu Ian, sang dokter hewan pendatang baru di
kota Vermount, laki-laki dingin dengan segudang kalimat sinis yang sayangnya
tidak bisa membungkam kecerewetan Callie. Saat bisnisnya sepi (karena sifat
juteknya Ian) ia meminta bantuan Callie untuk mempromosikannya. Dan hari-hari
yang dilalui Callie bersama Ian, sama sulitnya seperti melupakan Mark. Ian
terlalu kaku hingga ia tidak bisa bertindak tanpa arahan Callie.
Callie melihat
sisi lain Ian saat mereka berdua di undang ke pernikahan kedua mantan istri
Ian, Laura. Saat Ian berhadapan dengan istrinya, dan bagaimana Ian memaafkan
Laura serta bagaimana Laura sangat mengharapkan maaf dari Ian, hati Callie
bergetar. Ia jatuh cinta pada Ian (sebenarnya aku juga sih haha) dan berusaha
membela ia yang diterpa tatapan “mengerikan” dari tamu undangan di pesta Laura.
Saat Ian dan
Callie dekat, Mark hadir menawarkan cinta yang dulu pernah Callie harapkan.
My Review
Setelah baca “ThePerfect Match” karya Kristan Higging beberapa hari lalu, aku ketagihan untuk
baca tulisan dia. Dan aku mengambil kesimpulan, Kristan Higgins tidak
mengepankan adegan dewasa untuk menunjukan keromantisan novel yang ia buat. Aku
suka sekali. Rasanya aku jadi jatuh hati sama tulisannya dan nggak akan
keberatan untuk baca puluhan atau ratusan cerita romantis ala Kristan Haggins.
Novel ini
berkisah tentang Callie yang mencoba move on. Yang parahnya ternyata susah
sekali. setiap Callie ingin melupakan Mark, tapi bayangan saat Mark menciumnya
dan hari-hari indah yang mereka lalui selalu lekat di kepalanya. Bagusnya sih,
Callie itu tipe cewek ceria, banyak omong dan sangat disukai oleh banyak orang,
hingga terkadang ia merasa bisa menghadapi rasa sakit itu dengan senyuman.
Apalagi ia punya sahabatan dan keluarga yang cukup “aneh”.
Ian, juga sedang
move on sebenarnya. Dari mantan istrinya yang selingkuh dan ternyata (OMG!!
*nggak boleh spoiler kan XD) pantes aja sih muka ia kaku, tegang dan dingin
begitu. Dan saat ketemu sama Callie yang super ceria. Eugh muka Ian makin bete dan sinis wkwk
Hasilnya?
Bayangin
sendiri.
Kalimat irit Ian harus di akali Callie supaya menarik
untuk dijadikan bahan promosi. Ini termasuk lucu juga. Gimana Callie hampir
putus asa meyakinkan Ian untuk mau menceritakan sedikit tentang dirinya. Interaksi-interaksi
Ian-Callie juga begitu manis. Dan ini yang menjadi poin plus novel ini.
Konflik sih
menurut aku lebih sederhana. Di novel ini, konfliknya Cuma Ian yang berusaha
menyadari kalau dia mencintai Callie. Terus pas Callie dihadapkan pada pilihan
antara Mark atau Ian. Malah konflik antara keluarga lebih menarik untuk dibaca.
Aku nggak bisa ngebayangin syarat yang di ajukan oleh Ibu Callie saat ayah
Callie ingin rujuk. Gila dan bin ajaib. Ayah Callie sampai pucat pasi gitu. Ini
lucu. Lucu sekali ....
Tapi, sayangnya
sih karena POV yang digunakan orang pertama, yaitu Callie, porsi Ian jadi
sedikit sekali dalam novel ini. Kehidupan pribadi Ian jadi kurang terekspos dan
aku kurang simpati pada masalah Ian, padahal masalah keluarga Ian cukup rumit
sebenarnya.
Secara
keseluruhan novel ini menarik. Persahabatan, cinta dan keluarga digabung
menjadi satu menjadi sebuah kisah yang unik dan enak untuk dibaca, Percaya
nggak percaya, aku nggak nyangka bisa menyelesaikan novel sebanyak 520 halaman
ini dalam waktu singkat.
Novel ini aku
rekomendasikan buat pecinta genre romantis, dan menurut aku remaja cukup cocok
baca novel ini. Sekali lagi aku ingatkan, novel ini nggak ada adegan dewasanya,
padahal labelnya dewasa ^^
Dan sampai jumpa
di review selanjutnya.
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentarmu disini