Memori
Oleh Windry Ramadhina
Penerbit GagasMedia
Editor by eNHa
Cetakan pertama;
2012; 304 Hlm
Desain sampul by
Jeffri Fernando
Rate 3 of 5
Cinta itu egois, sayangku.
Dia tak akan mau berbagi.
Dan seiringnya, cinta bisa berubah
jadi sesuatu yang jahat. Menyuruhmu berdusta, berkhianat, melepas hal terbaik
dalam hidupmu. Kau tidak tahu sebesar apa taruhan yang sedang kau pasang atas
nama cinta. Kau tidak tahu kebahagian siapa saja yang sedang berada di ujung
tanduk saat ini.
Kau buta dan tuli karena cinta. Kau
pikir kau bisa dibuatnya bahagia selamanya. Harusnya kau ingat, tak pernah ada
yang abadi di dunia−cinta
juga tidak. Sebelum kau berhasil mencegah, semua yang kau miliki terlepas dari
genggaman.
Kau pun terpuruk sendiri, menangisi
cinta yang akhirnya memutuskan pergi.
“Beberapa kenangan masa kecil yang sesungguhnya tidak ingin kuingat bermunculan memenuhi benakku, memaksaku terjaga berulang kali.” – Hal 17
Mahoni seorang arsitek yang
bekerja di negara Virgina. Karirnya sebagai arsitek sungguh gemilang. Banyak tender
yang telah ia menangkan. Dan ia merupakan arsitek yang tidak diragukan lagi
kemampuannya. Tapi di balik semua kesuksesan itu, ia merasa kesepian di
apartemennya. Tentu saja karena Virgina menjadi tempat pelariannya akan masa
lalu yang ia hadapi di Jakarta.
Alasan terbesarnya adalah
Papa-nya.
Mahoni ingin pergi menjauh dari
Papanya yang telah memilih wanita lain, Grace, dan meninggalkan Mae, ibu
kandung Mahoni.
Tapi sebuah kabar dari Jakarta,
menuntut Mahoni pulang. Papa dan Grace meninggal dalam suatu kecelakaan. Mahoni
sebenarnya tidak ingin kembali lagi ke Jakarta, tapi dorongan hatinya menuntut
ia untuk kembali kesana. Dan ia berjanji akan berada disana tidak lebih dari
dua minggu.
Tapi semua tidak sesuai rencana.
“Nostalgia akan membuat siapa pu menjadi lemah dan tanpa sadar memaafkan kesalahan yang paling besar sekali pun, sementara aku belum ingin melakukan itu.” – Hal 19
Kembali ke Jakarta merupakan
pilihan yang salah sedari awal. Karena kenangan Papa yang ia cintai selalu
mengikutinya kemana pun ia pergi. Setiap sudut rumah peninggalan Papa
mengingatkan Mahoni akan sosok laki-laki itu. Tapi sekaligus mengingat betapa
bencinya ia kepada Papa dan Grace yang membuat Mahoni kehilangan arti keluarga.
Seakan masalah belum ingin
menjauh, Mahoni mendapat amanat untuk menjaga Sigi, anak dari Grace dan
Papanya, sehingga kemungkinan Mahoni untuk kembali ke Virgina sangatlah kecil. Belum
lagi, cinta lama Mahoni, Simon, muncul dihadapannya dan menawarkan kerja sama
dalam proyek arsitek yang tengah ia garap. Sayangnya, sudah ada wanita lain di
sisi Simon, Sofia, arsitek cantik dan sangat berbakat.
Keadaan makin rumit.
Mahoni tidak sudi mengakui Sigi
sebagai adiknya, dan ia harus mengurus anak laki-laki itu sendirian. Perasaan
Mahoni pada Simon belum berubah, meskipun ia tahu ada Sofia di samping
laki-laki itu. Tapi seolah Simon ingin membuat masalah mereka makin rumit, ia
mencium Mahoni saat gadis itu berada di apartemennya.
Mahoni harus mengambil langkah
yang tegas. Ia harus menyelesaikan urusannya dengan Sigi dan memperjelas
hubungan dengan Simon. Karena ia tidak mau berakhir seperti Grace yang merebut
Papa darinya.
Sampai suatu hari ia harus
mengambil keputusan.
Keputusan yang berkaitan dengan
masa depan Sigi, adik tirinya dan Simon, laki-laki yang selama ini ia cintai.
***
Pertama kali membuka lembaran
novel ini, kita langsung disuguhi oleh bayangan rumah idaman yang digambarkan
dengan sangat bagus oleh penulisnya. Dan aku langsung tahu, kalau penulisnya
pastilah seorang arsitek.
Tebakanku benar hehe ^^
Karakter Mahoni beda banget. Aku suka
dengan prinsp dia, tapi terkadang ia bisa keras kepala sampai-sampai ia hampir
saja kehilangan tender yang melibatkan Simon sebagai partnernya (bagian itu
bikin aku jengkel banget sama Mahoni). Karakter Simon yang kadang dingin dan
sinis bisa berubah hangat kalau bersama Mahoni. Dan ada gadis baik serta pintar
yang akhirnya menerima hubungan Simon dan Mahoni, walaupun ia harus kecewa dan
patah hati. Ketiga karakter ini paling jelas terlihat dalam novel ini, walaupun
sofia bukan tokoh utama tapi karakter dia sangat jelas. Bahkan Sigi yang hadir
sebagai “konflik” di kehidupan Mahoni, malah hanya sekilas.
Konfliknya sebenarnya gak terlalu
sederhana ataupun terlalu rumit. Cuma penulisnya tidak membuat kejutan berati
di dalam novel ini, alias datar banget. Aku gak ngerasa ada lonjakan emosi saat
membaca bagian-bagian yang seharusnya bisa menggugah emosi pembaca. Misalkan aja
konflik batin ketika Mahoni merasa bersalah karena mencium Simon, padahal ia
tahu Sofia begitu mencintai Simon, belum lagi Sofia itu adalah cewek baik-baik.
Ada lagi ketika rasa tidak suka Mahoni pada Sigi. Perasaan Mahoni yang akan
ditinggal pergi Simon. Atau perasaan sedih ketika Mahoni harus mengenang
Papanya, padahal ia membenci laki-laki itu. Semuanya terasa datar sekali sama
aku.
Satu lagi kelemahan novel ini
adalah. Karena penulisnya fokus pada detail lokasi dan perasaan si tokoh,
membuat jarang sekali terjadi interaksi antara pada tokoh utama. Antara Mahoni
dan Simon, atau Mahoni dan Sigi. Padahal kan seharusnya mereka menjadi pusat
dalam novel ini, karena seputar merekalah konflik ini terjadi.
Tapi bagusnya, penulisnya menulis
diksinya dengan sangat keren. Walau konfliknya datar tapi setiap penggambaran
tempat dan lokasi sangat jelas dan langsung terbayang di benak aku. Aku sampai
gak bosan bacanya, kata-kata yang di pakai pun tidak rumit. Walaupun ada
beberapa istilah yang aku gak ngerti hihi. Membaca buku ini terasa seperti
sedang menginjakan kaki di dalam ceritanya. Seolah-olah aku sedang mengamati
para tokoh dari sudut pandang penonton. Intinya aku suka sekali dengan gaya
tulis penulisnya. Salah satu penulis lokal yang aku jadikan patokan buat
belajar nulis ^^
Alur yang dipakai maju-mundur.
Hal ini karena kita akan dibawa pada kenangan Mahoni akan beberapa kejadian yang
berhubungan dengan cerita.
Ada beberapa pelajaran yang bisa
kita ambil dari novel ini. Mahoni yang terlalu menghakimi ayahnya hingga ia
tidak pernah tahu alasan ayahnya memilih Grace daripada mempertahankan hubungan
dengan Mae. Tapi Mahoni belajar bahwa kebenciannya tidak akan membuahkan hasil
apa-apa. Lalu ada juga belajar menerima saudara tiri dari wanita yang ia benci.
Dan bagaimana Sigi dengan sikap polosnya menunjukan kasih sayang kepada Mahoni.
Membuat Mahoni kadang-kadang merasa tersentuh. Inti keseluruhan dari novel ini.
Bagaimana kita belajar menerima takdir yang sedang berjalan. Karena kalau kita
mau melakukannya dengan senang hati, pasti akan baik hasilnya di kemudian hari.
Tidak ada yang lebih indah daripada keluarga yang mencintaimu.
see you again
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentarmu disini