Sabtu, 04 November 2017

Review Buku: Zombie Aedes - Satria Satire

Judul: Zombie Aedes
Penulis: Satria Satire
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
ISBN: 978 – 602 – 02 – 5687 – 0
Tebal: 388 halaman
eBook via iJak


Blurb
Suatu wabah misterius melanda seisi dunia, termasuk Indonesia. Wabah ini diduga dibawa oleh nyamuk-nyamuk mutan berukuran besar. Orang-orang sakit bergelimpangan di banyak tempat hingga ditetapkanlah Status Darurat Negara. Lalu suatu keanehan pun terjadi, mereka yang terkapar kini malah bangkit, menjelma menjadi makhluk ganas. Mereka memangsa manusia.
Beberapa masih bertahan hidup, bertaruh nyawa mengawal seorang profesor yang tahu cara membuat antivirus. Misi penyelamatan membuat mereka berpencar dan mendapati kalau Istana Merdeka dan Keraton Yogyakarta kini tak lagi sama seperti dulu. Apa pun yang terjadi mereka berharap bisa berkumpul di Monas, tempat mereka berusaha membangun kembali peradaban.

Sinopsis

Banyak orang kebingungan, ketika di tempat mereka bekerja muncul kejadian aneh. Saat manusia-manusia yang mereka yakini ‘sakit’ menyerang manusia lain, bahkan beberapa mengoyak mangsanya seperti hewan memakan daging. Kepanikan terjadi. Beberapa di antara mereka yang cepat bergerak, mencari tempat perlindungan.

Enam bulan setelah Status Gawat Darurat di turunkan, mereka yang selamat sudah kekurangan pasokan makanan. Bermodal nekat dan senjata seadanya serta perkiraan mereka tentang tingkah laku manusia yang terinfeksi, membuat mereka yakin bisa mengatasinya. Mereka hanya berharap akan menemukan manusia lain di luar sana. Betapa mengejutkannya ketika yang mereka jumpai adalah puluhan, bahkan ratusan manusia terinfeksi berjalan-jalan di tengah kota mencari mangsa.

Ketika harapan itu timbul, mereka dihadapkan pada satu masalah. Mereka harus berpencar, dan rela kehilangan sahabat demi sebuah misi yang mereka yakini akan menyembuhkan dunia.

Berhasilkah mereka?



Review

Nggak nyangka aku bakal setegang ini baca novel zombie dengan “rasa” Indonesia yang khas. Aku memang pecinta film zombie, bahkan beberapa film zombie kacangan pun nggak luput dari tontonan wajib aku. Aku juga tidak melewatkan series Walking Dead hingga season 5, season 6 enggak nonton karena masa berlangganan HBO-nya habis hehe. Komiknya juga nggak ketinggalan aku baca. Jadi pas baca novel ini, aku rasanya menemukan bahwa ini cerita Zombie yang masuk  dalam favorit aku.

Plot-nya nggak jauh beda dengan beberapa film Zombie pada umumnya. Tapi aku mengambil kesan paling dekat, plot-nya lebih mirip ke Walking Dead. Terus misi penyelamatannya agak mirip Resident Evil.

Ada dua bagian dalam novel ini

Bagian satu: isinya perkenalan beberapa tokoh yang nantinya akan menjadi tokoh utama hingga akhir cerita. Latar belakang mereka serta bagaimana awalnya mereka menerima serangan mendadak dari manusia terinfeksi tersebut. Lalu setelah enam bulan status gawat darurat, mereka bertemu dan mempunyai misi menyelamatkan Prof. Emil yang terjebak di Depkes.

Bagian dua: mereka membuat rencana. Ada harapan bahwa Prof. Emil mampu membuat antivirus asalkan memiliki sample asli obat nyamuk Retron yang menjadi akar masalah ini semua. Masalahnya sample asli tersebut berbeda dengan sample yang ada di BPOM. Sehingga mereka harus menyusuri kota Bandung untuk mengambil sample asli di pusat penelitian Amerika yang ada di Indonsia. Sayangnya mereka harus berpencar. Satu tim mengambil PLTS dan tim satu lagi menemani Prof. Emil mengambil beberapa peralatan canggih serta data-data penelitian di Singapura. 

Bagian satu dan kedua ini sama-sama seru. Berbeda dengan film-film barat yang sering menampilkan konflik perbedaan pendapat antara anggota, bahkan bisa saling bunuh,  di novel ini lebih menitik beratkan pada konflik ketika mereka harus berhadapan dengan manusia terinfeksi, lalu memilih di antara mereka yang masih bisa disembuhkan dan yang mana tidak, lalu amunisi mereka yang terbatas juga persediaan bahan makanan mereka yang makin menipis. Aku suka sih, di sini ditekankan bahwa kerjasama tim itu penting. Percekcokan tidak ada gunanya di saat mereka sama-sama merasa terancam bahaya.

Aku suka sekali cara penulis menyampaikan gambaran ketegangan yang berlangsung. Pokoknya ikut deg deg kan dibuat sama kisah ini. Mulai dari pertengkaran dengan anak-anak punk yang ingin merebut wilayah serta menghadapi kematian teman-teman mereka. Penjelasan ilmiah kenapa Zombie-zombie ini tercipta pun masuk akal. Mengingatkan aku sama film zombie lawas yang kurang aku sukai padahal temanya cukup bagus. Judulnya, House of the Dead 2

Ada satu tokoh di sini yang mengingatkan aku sama film komedi zombie, yang mainnya Emma Stone, kalau nggak salah nie ya, judulnya Zombieland (pernah dengar nggak?) Kalau disini ada cowok yang doyan banget Beng Beng, dan di film si Zombieland, si tokoh cowok doyan makan kue bewarna pink. Padahal nggak cocok sama bodynya yang gede hehe

Cuma satu hal yang pengen aku protes di sini.

Cewek yang selamat dalam kisah ini ada dua orang. Kenapa mereka nggak kebagian jatah ikut bertempur? Mereka seolah-olah Cuma berlindung di balik punggung laki-laki yang mendampingi mereka. Padahal di film-film, meskipun cewek, mereka tetap punya pengaruh penting. Bukan hanya sebagai “alat” penerus generasi. Aku suka cewek yang ikut bertempur.

Ah nggak sabar baca buku keduanya. Kira-kira ada di iJak nggak ya hehe ... cari gratisan mulu XD

Tapi aku nggak keberatan juga buat beli buku ini. Hitung-hitung ngoleksi buku bagus karya penulis lokal. Bisa jadi motivasi buat nulis.

Buat kamu yang suka zombie, coba baca ini. Atau suka aksi-aski yang membangkitkan adrenalin, aku rasa cocok juga. Rekomendasikan sekali pokoknya

Sampai jumpa di review selanjutnya ^^

***
Tulisan ini diikutsertakan dalam:
Proyek Baca Buku Perpustakaan 2017
Read & Review Challenge 2017 – Kategori Thriller and Crime Fiction


G+

2 komentar:

  1. novelnya emang seru abis. bikin deg-degan dan nggak mau berhenti baca ampe bagian akhir. nagih banget.

    dan pas baca review ini, jadi kembali inget sama Rudi si Beng-Beng boy. nyiahahaha :v

    BalasHapus

Berikan komentarmu disini

 
;