Selasa, 14 November 2017

Blog Tour & Review: Hate List by Jennifer Brown

Judul: Hate List
Penulis: Jennifer Brown
Penerbit: Spring
Penerjemah: Yudith Listiandri
Cetakan ke-1; September 2017; 378 halaman
ISBN: 978 – 602 – 6682 – 01 – 7


Blurb

Lima bulan lalu, pacar Valerie yang bernama Nick melakukan penembakan di kafetaria sekolah. Pemuda itu menembaki orang-orang yang namanya ada di dalam Daftar Kebencian yang Valerie buat; sebuah daftar berisi nama-nama orang yang dia dan Nick benci.
 Sekarang, setelah liburan musim panas usai, Val dipaksa untuk menghadapi rasa bersalahnya ketika dia harus kembali ke sekolah untuk menjalani tahun terakhirnya di SMA. Dihantui rasa sayangnya pada Nick dan Daftar Kebencian yang dia buat, bisakah Val melanjutkan hidupnya di tengah penghakiman teman-teman sekelas dan sahabat-sahabatnya?

Sinopsis

Daftar Kebencian yang terkenal. Dimulai sebagai lelucon. Sebuah cara untuk melampiaskan frustasi. Hanya saja daftar itu tumbuh menjadi hal lain yang tidak pernah kuduga. – hal 122

Pagi itu, Christy Bruter membuat masalah. Ia dengan sengaja menganggu Valerie yang sedang mendengarkan lagu dari pemutar MP3-nya. Karena Valerie mengabaikannya, makin membuat Christy makin nekat dan menarik pemutar MP3 tersebut hingga terjatuh dan rusak. Valerie sangat marah, ia turun dari bus dan berlari ke arah teman-temannya dan menceritakan kejadian yang memuakan tersebut.

Perasaannya membaik, saat melihat Nick turun dari mobil dan menghampirinya. Val menceritakan kejadian yang ia alami dan betapa bencinya ia pada Christy. Nick menanggapinya dengan serius. Ia mengatakan akan memberikan pelajaran pada Christy.

Val merasa bangga pada Nick, yang akan menegur langsung dan menangih maaf dari Chrity.

Namun, Val tidak menyangka, bahwa “memberi pelajaran” yang dimaksudkan Nick adalah menembak Christy disusul penembakan orang-orang yang ada dalam Daftar Kebencian.

Daftar Kebencian miliknya, dan Nick



Review

Pertanyaan yang ada dalam benak saya ketika selesai membaca buku ini adalah, “Apakah situasinya akan lebih membaik seandainya Nick tidak pernah menembak anak-anak tersebut?”

“Kau tahu, tidak apa-apa kalau seseorang kadang mengalah kepadamu. Kita tidak selalu harus menjadi pecundang, Valerie. Mereka mungkin ingin membuat kita merasa seperti itu,tapi kita tidak begitu. Kadang-kadang kita bisa menang juga.” – Nick, Hal 83

Ini sebuah kisah tentang kebencian. Bagaimana bully terkadang masih dipandang sebelah mata oleh pihak sekolah dan beberapa orang tua yang tidak peduli/tidak tahu bahwa anak-anak mereka adalah salah satu dari korban/pelaku bully. Dimana orang-orang unpopular , seperti Val dan Nick, menjadi sasaran kekerasan baik secara fisik dan verbal. Masalahnya tidak semua orang yang unpopular diam diperlakukan seperti itu. Nick misalnya, yang menerjang kebencian tersebut dengan senjata bernama balas dendam.

“Orang-orang jahat adalah mereka yang tidak mau memberimu kesempatan lain.” – hal 100

Ini sepenuhnya kisah Val yang bangkit dan menerima semua tudingan dan tatapan kebencian dari seluruh teman-temannya karena terlibat bersama Nick. Meski beberapa orang yakin Val tidak ikut menembak, tapi Val-lah yang membuat Daftar Kebencian itu. Daftar orang-orang yang dibunuh oleh Nick sebelum akhirnya Nick bunuh diri.

Kalau kata orang bijak, “pasti ada hikmah di balik suatu musibah.” Ya aku mampu melihat itu di dalam cerita ini. Dengan cara yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, penulis menggambarkan apa yang dulu tidak mampu Val lihat sekarang mampu ia lihat. Bagaimana ia dimusuhi oleh teman kecilnya sejak TK tapi didekati oleh musuhnya yang paling ia benci.

Ada empat bagian dalam novel ini dan masing-masing bagian akan menjadi penuntun pembaca untuk memahami hari penembakan, pasca penembakan dan proses pemulihan keadaaan.

Kenapa saya tidak menyebut “pemulihan Val”?

Karena dari kejadian ini bukan hanya Val yang menderita. Semua orang, baik itu korban ataupun yang memiliki hubungan dengan korban/pelaku mendapat dampak serius dari insiden ini.

“Seperti selalu ada waktu untuk kesedihan, akan selalu ada wktu untuk penyembuhan.” – hal 250

Sebagai pembaca saya merasakan berbagai emosi dari setiap tokoh. Kecewa, kemarahan, kesedihan semuanya tercampur menjadi satu dan itu gara-gara Nick. Sosok yang tidak akan pernah muncul di buku ini selain kepingan kenangan yang Val sisakan untuk dirinya.

Lalu melihat proses penyembuhan itu, banyak pertanyaan yang muncul. Salah satunya, apakah insiden penembakan ini telah membawa perubahan besar di SMA Gravin?

Di kehidupan semua orang?

Keluarga yang ditinggal oleh anak-anak mereka yang tidak akan pernah menikmati kelulusannya?

Istri dan anak yang ditinggal oleh ayahnya yang menjadi korban?

Perubahan besar tentu terjadi, semua tidak akan pernah kembali sama. Tapi benarkah perubahannya adalah sesuatu yang buruk?

“Bahkan kalau seluruh dunia membencimu, kau masih punya seseorang yang bisa kau andalkan. Hanya kita berdua menghadapi seluruh dunia. Hanya kita.” – hal 49

Ini sulit!!

Kalau di awal-awal novel ini saya bertahan karena alur dibuat mencekam, terkesan misterius,  di bagian selanjutnya saya bertahan untuk mengenal sosok Val. Sosok yang menjadi peran utama tapi jauh dari kesempurnaan yang juga belajar dari kesalahan. Sosok yang mencoba menerima bahwa orang yang ia cintai, orang yang ia yakini adalah pundak ternyaman di seluruh dunia, adalah orang yang sama merenggut nyawa-nyawa di kantin sekolah mereka. Teman-teman mereka.

Meskipun Mei lalu dia berubah menjadi mosnter di mata dunia, di mataku, dia tetaplah orang yang mengangkatku dari atas tanah, menciumku dan memanggilku Juliet. – hal 23

Hanya saja, penulis menyisakan pertanyaan yang besar sekali. Kenapa Nick melakukannya? Maksud saya, kebencian memang menjadi dasar untuk membunuh seseorang, saya pun terkadang ketika membenci seseorang ingin sekali saya bisa membuatnya menderita, sama seperti ia membuat saya menderita. Tapi membunuh seseorang yang dikenal, dengan tangan sendiri pasti akan berbeda rasanya dengan membayangkannya. Membayangkannya tidak akan pernah menyakiti siapa-siapa, namun membunuh ....

Endingnya menyentuh. Bikin bergetar.

Biasanya aku rada malas membaca ending yang rasa sentimentil dipenuhi air mata, tapi dalam kisah ini ada sesuatu yang buat aku percaya bahwa sebuah maaf punya kekuatan luar biasa. Kekuatan yang mampu mengangkat beban, meski tidak mampu menghilangkan duka.

Secara keseluruhan, baca novel ini bikin aku kehilangan kata. Tema yang diangkat terlalu dekat dengan kehidupan remaja, namun juga terlalu fiksi untuk diabaikan sebelah mata. Bukan hal tidak mungkin kebencian ala remaja itu direalisasikan dengan cara-cara liar yang hanya mampu mereka pahami.

Sampai sekarang pun saya tidak memahami, “Kenapa Nick, kau melakukannya?”

“Kau mungkin tidak menarik pelatuknya, tapi kau membantu menyebabkan tragedi itu terjadi.” – hal 269


Attention

Gimana setelah baca review yang saya buat?

Apakah kamu jadi tertarik membacanya?

Membelinya mungkin?

Atau membacanya secara gratis?

Aha! Saya rasa pilihan terakhir adalah pilihan yang membuat kamu tersenyum, kan? Ayo mengaku haha

Tenang saja, Penerbit Spring akan menghadiahkan 1 (satu) eksemplar novel Hate List ini untuk kamu.

Caranya mudah kok.

  1. Kalian ikuti rangkaian blog tour dari Penerbit Spring ke daftar blog di bawah ini (lihat banner):
  2. Kalian cukup membuat PHOTO  QUOTE dari kutipan-kutipan yang ada di dalam review novel Hate List ini. Kutipannya bisa kalian pilih berdasarkan kutipan yang telah di-share oleh para host blog tour Hate List
  3. Giveaway final hanya berlangsung satu kali di Instagram Penerbit Spring
  4. Pastikan sudah follow akun media sosial Penerbit Spring; Twitter: @penerbitspring IG: @penerbitspring FB: Penerbit Spring
  5. Bagikan info blogtour dan giveaway ini ke teman-teman kalian. Kalian bisa repost banner dari IG-ku @ntarienoverizal, gunakan hastag #HateListQuoteGA #FinalBlogTourSpring_November #PhotoQuote


Caranya mudah, kan? 


Maka dari itu, jangan lupa tanggalnya ya ^^

Selamat membaca 






G+

4 komentar:

  1. Love it! reviewnya bagus, cara memaparkan kelebihan buku bikin tertarik buat baca. :)

    BalasHapus
  2. Suka baca reviewnya, meskipun aku udah baca bukunya tapi review ini bagus mnurutku ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aw .. makasih Athaya Ifran. Tersipu malu jadinya hehehe

      Hapus

Berikan komentarmu disini

 
;