Judul: Hate
List
Penulis:
Jennifer Brown
Penerbit:
Spring
Penerjemah:
Yudith Listiandri
Cetakan
ke-1; September 2017; 378 halaman
ISBN: 978 –
602 – 6682 – 01 – 7
Blurb
Lima bulan lalu, pacar Valerie yang bernama Nick melakukan penembakan di kafetaria sekolah. Pemuda itu menembaki orang-orang yang namanya ada di dalam Daftar Kebencian yang Valerie buat; sebuah daftar berisi nama-nama orang yang dia dan Nick benci.Sekarang, setelah liburan musim panas usai, Val dipaksa untuk menghadapi rasa bersalahnya ketika dia harus kembali ke sekolah untuk menjalani tahun terakhirnya di SMA. Dihantui rasa sayangnya pada Nick dan Daftar Kebencian yang dia buat, bisakah Val melanjutkan hidupnya di tengah penghakiman teman-teman sekelas dan sahabat-sahabatnya?
Sinopsis
Daftar Kebencian yang terkenal. Dimulai sebagai lelucon. Sebuah cara untuk melampiaskan frustasi. Hanya saja daftar itu tumbuh menjadi hal lain yang tidak pernah kuduga. – hal 122
Pagi itu, Christy Bruter membuat masalah. Ia
dengan sengaja menganggu Valerie yang sedang mendengarkan lagu dari pemutar
MP3-nya. Karena Valerie mengabaikannya, makin membuat Christy makin nekat dan
menarik pemutar MP3 tersebut hingga terjatuh dan rusak. Valerie sangat marah,
ia turun dari bus dan berlari ke arah teman-temannya dan menceritakan kejadian
yang memuakan tersebut.
Perasaannya membaik, saat melihat Nick turun
dari mobil dan menghampirinya. Val menceritakan kejadian yang ia alami dan
betapa bencinya ia pada Christy. Nick menanggapinya dengan serius. Ia
mengatakan akan memberikan pelajaran pada Christy.
Val merasa bangga pada Nick, yang akan
menegur langsung dan menangih maaf dari Chrity.
Namun, Val tidak menyangka, bahwa “memberi
pelajaran” yang dimaksudkan Nick adalah menembak Christy disusul penembakan
orang-orang yang ada dalam Daftar Kebencian.
Daftar Kebencian miliknya, dan Nick
Review
Pertanyaan yang ada dalam benak saya ketika
selesai membaca buku ini adalah, “Apakah situasinya akan lebih membaik
seandainya Nick tidak pernah menembak anak-anak tersebut?”
“Kau tahu, tidak apa-apa kalau seseorang kadang mengalah kepadamu. Kita tidak selalu harus menjadi pecundang, Valerie. Mereka mungkin ingin membuat kita merasa seperti itu,tapi kita tidak begitu. Kadang-kadang kita bisa menang juga.” – Nick, Hal 83
Ini sebuah kisah tentang kebencian. Bagaimana
bully terkadang masih dipandang sebelah mata oleh pihak sekolah dan beberapa
orang tua yang tidak peduli/tidak tahu bahwa anak-anak mereka adalah salah satu
dari korban/pelaku bully. Dimana orang-orang unpopular , seperti Val dan Nick, menjadi sasaran kekerasan baik
secara fisik dan verbal. Masalahnya tidak semua orang yang unpopular diam diperlakukan seperti itu. Nick misalnya, yang
menerjang kebencian tersebut dengan senjata bernama balas dendam.
“Orang-orang jahat adalah mereka yang tidak mau memberimu kesempatan lain.” – hal 100
Ini sepenuhnya kisah Val yang bangkit dan
menerima semua tudingan dan tatapan kebencian dari seluruh teman-temannya
karena terlibat bersama Nick. Meski beberapa orang yakin Val tidak ikut
menembak, tapi Val-lah yang membuat Daftar Kebencian itu. Daftar orang-orang
yang dibunuh oleh Nick sebelum akhirnya Nick bunuh diri.
Kalau kata orang bijak, “pasti ada hikmah di
balik suatu musibah.” Ya aku mampu melihat itu di dalam cerita ini. Dengan cara
yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, penulis menggambarkan apa yang dulu
tidak mampu Val lihat sekarang mampu ia lihat. Bagaimana ia dimusuhi oleh teman
kecilnya sejak TK tapi didekati oleh musuhnya yang paling ia benci.
Ada empat bagian dalam novel ini dan
masing-masing bagian akan menjadi penuntun pembaca untuk memahami hari
penembakan, pasca penembakan dan proses pemulihan keadaaan.
Kenapa saya tidak menyebut “pemulihan Val”?
Karena dari kejadian ini bukan hanya Val yang
menderita. Semua orang, baik itu korban ataupun yang memiliki hubungan dengan
korban/pelaku mendapat dampak serius dari insiden ini.
“Seperti selalu ada waktu untuk kesedihan, akan selalu ada wktu untuk penyembuhan.” – hal 250
Sebagai pembaca saya merasakan berbagai emosi
dari setiap tokoh. Kecewa, kemarahan, kesedihan semuanya tercampur menjadi satu
dan itu gara-gara Nick. Sosok yang tidak akan pernah muncul di buku ini selain
kepingan kenangan yang Val sisakan untuk dirinya.
Lalu melihat proses penyembuhan itu, banyak
pertanyaan yang muncul. Salah satunya, apakah insiden penembakan ini telah
membawa perubahan besar di SMA Gravin?
Di kehidupan semua orang?
Keluarga yang ditinggal oleh anak-anak mereka
yang tidak akan pernah menikmati kelulusannya?
Istri dan anak yang ditinggal oleh ayahnya
yang menjadi korban?
Perubahan besar tentu terjadi, semua tidak
akan pernah kembali sama. Tapi benarkah perubahannya adalah sesuatu yang buruk?
“Bahkan kalau seluruh dunia membencimu, kau masih punya seseorang yang bisa kau andalkan. Hanya kita berdua menghadapi seluruh dunia. Hanya kita.” – hal 49
Ini sulit!!
Kalau di awal-awal novel ini saya bertahan
karena alur dibuat mencekam, terkesan misterius, di bagian selanjutnya saya bertahan untuk
mengenal sosok Val. Sosok yang menjadi peran utama tapi jauh dari kesempurnaan
yang juga belajar dari kesalahan. Sosok yang mencoba menerima bahwa orang yang
ia cintai, orang yang ia yakini adalah pundak ternyaman di seluruh dunia,
adalah orang yang sama merenggut nyawa-nyawa di kantin sekolah mereka.
Teman-teman mereka.
Meskipun Mei lalu dia berubah menjadi mosnter di mata dunia, di mataku, dia tetaplah orang yang mengangkatku dari atas tanah, menciumku dan memanggilku Juliet. – hal 23
Hanya saja, penulis menyisakan pertanyaan
yang besar sekali. Kenapa Nick melakukannya? Maksud saya, kebencian memang
menjadi dasar untuk membunuh seseorang, saya pun terkadang ketika membenci
seseorang ingin sekali saya bisa membuatnya menderita, sama seperti ia membuat
saya menderita. Tapi membunuh seseorang yang dikenal, dengan tangan sendiri
pasti akan berbeda rasanya dengan membayangkannya. Membayangkannya tidak akan
pernah menyakiti siapa-siapa, namun membunuh ....
Endingnya menyentuh. Bikin bergetar.
Biasanya aku rada malas membaca ending yang rasa
sentimentil dipenuhi air mata, tapi dalam kisah ini ada sesuatu yang buat aku
percaya bahwa sebuah maaf punya kekuatan luar biasa. Kekuatan yang mampu
mengangkat beban, meski tidak mampu menghilangkan duka.
Secara keseluruhan, baca novel ini bikin aku
kehilangan kata. Tema yang diangkat terlalu dekat dengan kehidupan remaja,
namun juga terlalu fiksi untuk diabaikan sebelah mata. Bukan hal tidak mungkin
kebencian ala remaja itu direalisasikan dengan cara-cara liar yang hanya mampu
mereka pahami.
Sampai sekarang pun saya tidak memahami,
“Kenapa Nick, kau melakukannya?”
“Kau mungkin tidak menarik pelatuknya, tapi kau membantu menyebabkan tragedi itu terjadi.” – hal 269
Attention
Gimana setelah baca review yang saya buat?
Apakah kamu jadi tertarik membacanya?
Membelinya mungkin?
Atau membacanya secara gratis?
Aha! Saya rasa pilihan terakhir adalah
pilihan yang membuat kamu tersenyum, kan? Ayo mengaku haha
Tenang saja, Penerbit Spring akan menghadiahkan
1 (satu) eksemplar novel Hate List ini untuk kamu.
Caranya mudah kok.
- Kalian ikuti rangkaian blog tour dari Penerbit Spring ke daftar blog di bawah ini (lihat banner):
- Kalian cukup membuat PHOTO QUOTE dari kutipan-kutipan yang ada di dalam review novel Hate List ini. Kutipannya bisa kalian pilih berdasarkan kutipan yang telah di-share oleh para host blog tour Hate List
- Giveaway final hanya berlangsung satu kali di Instagram Penerbit Spring
- Pastikan sudah follow akun media sosial Penerbit Spring; Twitter: @penerbitspring IG: @penerbitspring FB: Penerbit Spring
- Bagikan info blogtour dan giveaway ini ke teman-teman kalian. Kalian bisa repost banner dari IG-ku @ntarienoverizal, gunakan hastag #HateListQuoteGA #FinalBlogTourSpring_November #PhotoQuote
Caranya mudah, kan?
Maka dari itu, jangan lupa tanggalnya ya ^^
Selamat membaca
Love it! reviewnya bagus, cara memaparkan kelebihan buku bikin tertarik buat baca. :)
BalasHapusAw makasih Ratih <3
HapusSuka baca reviewnya, meskipun aku udah baca bukunya tapi review ini bagus mnurutku ;)
BalasHapusAw .. makasih Athaya Ifran. Tersipu malu jadinya hehehe
Hapus