Judul:
Scheduled Suicide Day
Judul Asli:
Jisatsu Yoteibi
Penulis:
Rikako Akiyoshi
Penerbit:
Haru
Penerjemah:
Andry Setiawan
Cetakan
pertama; April 2017; 280 halaman
ISBN: 978 –
602 – 6383 – 19 – 8
Blurb
Ruri yakin ibu tirinya telah
membunuh ayahnya.
Tak sanggup hidup bersama ibu
tirinya, Ruri bertekad bunuh diri untuk menyusul ayahnya.
Ruri akhirnya pergi ke desa yang
terkenal sebagai tempat bunuh diri, tapi dia malah bertemu dengan hantu seorang
pemuda yang menghentikan niatnya. Hantu itu berjanji akan membantu Ruri
menemukan bukti yang disembunyikan oleh ibu tirinya, dengan janji dia akan
membiarkan Ruri mencabut nyawanya seminggu kemudian jika bukti tersebut tidak
ditemukan.
Itulah jadwal bunuh diri Ruri: satu
minggu, terhitung dari hari itu.
Sinopsis
Ruri remaja enam belas tahun yang mencurigai
Reiko, ibu tirinya sebagai pembunuh ayahnya.
Dugaan yang bermula dari keanehan saat mayat
ayahnya ditemukan, serta jurnal pribadi ayahnya yang menghilang dan botol
bening yang disembunyikan Reiko. Belum lagi Restoran ayah Ruri yang dijalankan
Reiko bertentangan dengan prinsip-prinsip yang telah dibangun ayah dan ibu
kandung Ruri. Ruri juga curiga, uang asuransi ayahnya digunakan foya-foya oleh
Reiko. Ruri mencoba melaporkan kecurigaannya pada polisi. Polisi tidak bisa
bergerak jika tidak ada bukti. Ruri mendatangi dokter pribadi sekaligus teman
ayahnya. Kematian ayahnya murni karena penyakit. Akhirnya Ruri menyerah dan
tidak sanggup hidup menderita dengan kebencian yang tanamkan untuk Reiko.
Ruri memutuskan bunuh diri, dengan
meninggalkan surat wasiat yang menuduh Reiko membunuh ayahnya. Usaha bunuh diri
gagal ketika ada remaja cowok yang mengagalkannya. Ia berjanji akan membantu
Ruri menemukan bukti, dan jika dalam tujuh hari tidak ditemukan, anak laki-laki
tersebut tidak boleh menghalangi Ruri yang ingin bunuh diri.
Review
Setelah baca Girls in the Dark (GITD) dan
Holy Mother (HM) yang endingnya bikin pembaca suram dan pengen nimpuk
seseorang, selesai baca novel ini bikin hati lega. Bisa ikut tersenyum lega
merasakan sukacita Ruri. Sama seperti perasaan Ruri ketika mandi di pemandian
air panas di penginapan Desa Sagamino.
Plot yang diciptakan Rikako Akiyoshi tetap
sesederhana dua novel yang telah aku baca. Kemisteriusan cerita tetap berpusat
pada sang tokoh Ruri. Apalagi Ruri digambarkan sebagai sosok yang mirip dengan
hantu terkenal yang bunuh diri. Rambut indah panjang yang menjuntai menutup
separuh wajahnya. Namun twist-nya nggak mampu menipu. Di novel kali ini, aku
dengan gampang menebak sebenarnya apa yang terjadi.
Beberapa kali aku baca review di instagram
yang menyebutkan novel ini beralur lambat. Aku akui iya. Tapi aku sangat-sangat
menikmati semua itu. Aku menikmati hubungan yang terjalin antara Ruri dan
Hiroaki yang kocak, Ruri dan Master yang menemukan sosok ayahnya di dalam diri
Master, Ruri dan induk semang yang menimbulkan simpati karena penginapan
tersebut diambang gulung tikar. Entahlah tapi aku suka semua adegan yang
terjadi di desa Sagamino. Kedamaian dan rasa kekeluargaan serta kasih sayang
yang ada di situ tercipta begitu alami, sampai-sampai aku pengen ada di sana.
Serius!!!
Seperti yang udah aku sebutkan di atas, twist
di novel ini memang mudah ditebak. Itu bisa jadi karena di dua novel sebelumnya
yang udah aku baca, Penulis menciptakan twist yang super menipu. Sampai-sampai
napas tercekat ketika fakta dibeberkan. Sehingga ketika di novel keempat ini, pecinta
karya Rikako Akiyoshi sudah berhasil menebak kemana ceritanya. Namun Rikako
Akiyoshi tetap berhasil mengecoh pembaca dengan trik-trik yang digunakan pelaku
dalam kisah ini. Memasukan unsur fengshui di dalamnya hingga agak rumit bagi
Ruri.
Tapi jangan lupakan khas Rikako Akiyoshi.
Meski twist-nya tidak mampu menipu, ada satu bagian yang tidak akan kamu duga.
Aku sampai tercengang, tapi ketawa pada akhirnya. Benar-benar khas Rikako
Akiyoshi.
Banyak hal menarik dari novel ini.
Fengshui yang bisa mengubah suasana hati dan
bisa membuat keberuntungan datang kepada kita.
Tentang Rokuyo, hari dalam kalender Jepang
yang memuat hari sial dan hari baik, atau jam berapa penuh keberuntungan dan
kesialan.
Olahan masakan baru yang bikin ngiler. Aduh
sampai keruyukan pas bacanya.
Paling menarik dan utama adalah isu bunuh
diri. Disini Rikako Akiyoshi menekankan sekali bahwa bunuh diri itu hanya
merugikan orang lain. Dan melalui Hiroaki, kita di ajak untuk memahami bahwa
orang yang bunuh diri itu arwahnya menderita. Menurut aku sih Rikako Akiyoshi
adalah salah satu orang yang menentang bunuh diri tersebut. Melihat cara
tulisan beliau yang berusaha mencegah Ruri untuk bunuh diri.
Paling suka adalah endingnya. Sedih, getir
dan lucu menjadikan aku tetap menyukai karya Rikako Akiyoshi.
Begitu banyak yang diajarkan dalam novel ini.
Tentang kasih sayang, hubungan antar sesama, kepekaan bahwa hidup itu nggak
selalu mudah, dan bagaimana seseorang memandang masalah dari sudut pandang
berbeda. Percaya fengshui boleh, tapi ada kalanya fengshui itu sebagai alat
bantu ketika kita putus asa, bukan sebaliknya.
Aku nggak mau cerita lebih lanjut. Tapi novel
ini tetap dengan kesan gelap ala RA tapi mendadak cerah saat Ruri makin
mengenal Desa Sagamino
Novel ini aku rekomendasikan untuk segala
usia. Buat pecinta Rikako Akiyoshi, wajib punya novel ini.
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam:
Read & Review Challenge 2017 –
Kategori Young Adult Literature
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentarmu disini