Senin, 18 September 2017

Review Buku: Girls in the Dark by Rikako Akiyoshi

Judul: Girls in the Dark
Judul asli: Ankuko Joshi
Penulis: Rikako Akiyoshi
Penerbit: Haru
Penerjemah: Andry Setiawan
Cetakan ke-9; November 2016; 289 hlm
ISBN: 978 – 602 – 7742 – 31 – 4

Blurb
Apa yang ingin disampaikan oleh gadis itu?
Gadis itu mati
Ketua Klub Sastra, Shiraishi Itsumi, mati.
Di tangannya ada setangkai bunga lily
Pembunuhan? Bunuh diri?
Tidak ada yang tahu
Satu dari enam gadis anggota Klub Sastra digosipkan sebagai pembunuh gadis cantik berkharisma itu
Seminggu sesudahnya, Klub Sastra mengadakan pertemuan. Mereka ingin mengenang mantan ketua mereka dengan sebuah cerita pendek. Namun ternyata, cerita pendek yang mereka buat adalah analisis masing-masing tentang siapa pembunuh yang sebenarnya. Keenam gadis itu bergantian membaca analisis mereka, tapi ....

Sinopsis

Sebagai Ketua Klub Sastra yang baru, Sumikawa Sayuri tetap melanjutkan pertemuan Rutin Klub Sastra.

Kali ini Sayuri mengadakan dengan sedikit berbeda, karena sahabat kecilnya baru saja meninggal, Sayuri ingin para anggota membacakan naskah untuk mengenang Ketua Klub sebelumnya, Shiraishi Itsumi. Tema yang ia ambil adalah Yami-Nabe. Sambil bergilir membaca naskah, mereka diwajibkan memakan hidangan yang telah dibuat oleh mereka bersama.

Ternyata, setiap anggota Klub Sastra bukan hanya menulis untuk mengenang Itsumi. Melainkan juga membuat dugaan siapa pembunuh sebenarnya dari Itsumi, gadis cantik, ceria dan bersahaja.


Review

Pertama-tama mau ngomentarin salon Klub Sastra yang perfect gila!! Itu salon Klub Sastra atau hotel bintang lima sih? Sumpah sepanjang bacanya, aku ngiler dibuat sama kesempurnaan ruang tersebut. Mulai dari perabotnya, buku-buku berkualitas malah limited edition yang ada tanda tangannya, dapur impian para chef, semuanya kualitas nomor 1. Ya Tuhan, emang kaya bener ya Itsumi ini? Pantes aja Klub Sastra jadi idola dan jadi lebih “mahal” karena hal tersebut. Belum lagi hanya orang-orang khusus undangan Itsumi yang boleh menjadi anggota, membuat Klub Sastra terkesan eksklusif.

Belum lagi, anggota yang dipilih Itsumi tidak sembarangan. Ia memilih gadis-gadis yang memiliki pesonanya sendiri. Cantik, cerdas, dan punya ambisi. Bikin Klub Sastra enggan didekati oleh kaum-kaum biasa aja.

Setelah membaca Holy Mother, Girls in the Dark makin menampilkan ciri khas Rikako Akiyoshi. Bagi aku, ciri khas dari RA adalah sederhananya kasus dan detail penjelasan yang hanya seperlunya saja. Pecinta thriller, misteri atau crime pasti paham betul bagaimana kalau novel terjemahan ala barat. Banyaknya tersangka dengan investigasi yang nggak habis-habisnya, lalu rumitnya kasus hingga FBI harus ikut campur tangan.

Berbeda dengan novel ini.

Novel ini begitu memikat dengan “level SMA” dan “level remaja”-nya yang endingnya, mampu membuat pembaca dewasa tercengang.

Ini seperti Goosebumps, yang level bacaan anak SD tapi tetap mampu mengikat pembaca dewasa.

Aku tidak mampu menemukan ungkapan yang tepat, tapi level remaja dan level SMA yang aku sematkan cocok untuk novel ini. 

Sederhana: hanya dengan pembacaan naskah, aku tahu alur,konflik dan karakternya sekaligus. Tanpa perlu investigasi, aku tahu alibi yang diciptakan tersangka, dan tahu bagaimana cara mereka memandang Itsumi.

Novel ini juga bikin tegang.

Ketika aku selesai baca satu per satu naskah yang mereka tulis, entah kenapa aku menarik nafas tertahan. Cara mereka membawakan dan menuduh pelakunya begitu terasa real. Seolah-olah memang benar. Apalagi tuduhan yang terlontar secara terang-terangan antar anggota klub, karena dibacakan di depan anggota yang lain.

Yah, naskah-naskah yang dibacakan oleh anggota Klub Sastra lebih berisi dugaan siapa dan kenapa pelaku membunuh Itsumi. Intinya mereka saling menuduh satu sama lain.

Pujian tidak habis aku sematkan untuk novel super keren ini. Novel ini cerdas, kreatif dam ,menipu

Cerdas: mampu membuat lima naskah berbeda, dengan inti pesan kematian bunga lily.

Kreatif: mampu membuat lima naskah berbeda yang sesuai karakter tokoh. Ini paling aku suka. Bayangkan aja, ada lima tokoh mencurigakan, lima tokoh dengan latar belakang berbeda, dan lima tokoh dengan sudut pandang  yang berbeda. Paling berkesan buat aku itu naskah Koga Sonoko, yang menulis naskah dengan elemen 5W1H. Hal itu disesuaikan dengan karakter Koga yang selalu berpikir ilmiah karena dia anak IPA dan bercita-cita menjadi dokter seperti Alm. Ayahnya.

Menipu: thriller tanpa tipuan rasanya kurang sedap. Apalagi tipuan yang RA masukin disini adalah jenis tipuan yang sama sekali nggak ada benarnya. Apa pun pilihan yang dibuat, akan tetap sama hasilnya.

Ending, aku nggak terkejut. Tapi sempat bikin aku tersentak kaget. Pelakunya pun nggak begitu mengagetkan. Cuma cara dibawakannya itu lho. Seram!! Apalagi motifnya ... huft bikin gregetan. Ditambah lagi semua yang dibangun di awal cerita itu punya tujuan yang khusus.

Alasan salon Klub Sastra yang dibuat begitu mewah

Alasan pemilihan anggota yang cantik, pintar dan berambisi

Alasan kenapa harus membuat naskah untuk mengenang Itsumi

Alasan kenapa pertemuan bertema Yami-Nabe

Semuanya terjawab di ending.

Dan jawaban itulah yang bikin novel ini makin luar biasa.

Jangan lupakan sedikit twist yang dimasukin RA. Kenapa aku sebut “sedikit twist” karena aku pikir nggak ada hubungannya, ternyata ada hahaha ... tertipu saya.

Pecinta misteri dan thriller wajib punya buku ini

Dan buat yang pengen coba-coba genre ini, buku ini aku rekomendasikan. Karena bawaannya nggak bikin mumet apalagi berat di kepala.

Oh ya, aku ngeshare lho reading proggres novel ini di instagram @ntarienovrizal_ Kalau mau tahu lebih detail, bisa di cek aja ^^

Akhir kata, jangan lupa beli bukunya ^^

***

Tulisan ini diikutsertakan dalam:

Read & Review Challenge 2017 – Kategori Young Adult Literature

G+

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentarmu disini

 
;