Senin, 25 September 2017

Review Buku: The Day After Tomorrow by Allan Folsom

Judul: Demi Esok Lusa
Judul Asli: The Day Afer Tomorrow
Penulis: Allan Folsom
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Alih bahasa: Hendarto Setiadi
Cetakan ke-2; Juni 1995; 949 halaman
ISBN: 979 – 605 – 212 – 1

Blurb
Sekaranglah saatnya. Di Paris, seorang ahli bedah Amerika bernama Paul Osborn melihat pria pembunuh ayahnya tiga puluh tahun yang lalu.
Di London, seorang detektif terkenal dari Los Angeles ditugaskan Interpol untuk menyelidiku serangkaian pembunuhan yang korban-korbannya mati terpenggal.
Di Jenewa, seorang calon dokter spesialis yang cantik terlibat kisah cinta yang akan mengubah hidupnya selamanya.
Di New Mexico, seorang ahli terapi diminta menemani pasien istimewa ke Swiss.
Dan di Jerman, sekelompok industrialis bersiap-siap menyambut suatu perayaan bersejarah.
Di tempat-tempat terpisah, dalam peristiwa-peristiwa yang seakan tidak berkaitan, Allan Folsom menjalin kisah ini sedemikian rupa, mengajak pembacanya mengikuti langkah Paul Osborn melintasi benua Eropa, mencari jejak sang pembunuh yang akhirnya menuntunnya menguak rahasia sebuah kelompok yang benar-benar mencengangkan.

Sinopsis

Bermula dari pertemuan yang tidak disengaja  antara Osborn dan pembunuh ayahnya tiga puluh tahun lalu. Pembunuhan yang membuat Osborn selalu dihantui masa lalu yang kelam karena kehilangan ayah yang sangat ia puja. Kehilangan ayahnya juga membuat kehidupan sempurna Osborn berantakan. Ia menjadi pendiam, tertutup tapi sekaligus berbakat hingga ia menjadi dokter bedah ternama di Amerika.

Pertemuan itu membangkitkan kemarahan, dendam dan kilasan-kilasan detik demi detik saat ayahnya merenggang nyawa. Dengan sembrono, Osbron menyerang laki-laki itu dan laki-laki itu pun menghilang di jalanan Paris. Akibatnya Osbron ditahan oleh polisi Paris dan pasportnya ditahan sampai Osborn berniat kembali ke Amerika.

Osborn memanfaatkan waktu beberapa hari tersebut untuk menyewa detektif. Mencari tahu tentang laki-laki yang diketahui bernama Albert. Osborn sadar, ia hanyalah seorang dokter biasa. Ia tidak terlibat dengan kekerasan sebelumnya. Tapi ia harus membalas dendam pada pembunuh ayahnya. Sehingga Osborn mengatur rencana cerdik untuk membunuh laki-laki tersebut.

Di sisi lain, Mcvey disibukan oleh kasus-kasus kepala tanpa tubuh dan tubuh tanpa kepala. Forensik menyatakan pembedahan serapi itu hanya bisa dilakukan oleh dokter bedah ternama. Mcvey diterbangkan ke Paris, untuk menangani kasus yang serupa. Sampai akhirnya sebuah kasus mengerikan masuk media massa. Seorang pria dibantai dengan sadis sebelum akhirnya dibunuh. Dan pria tersebut adalah detektif yang disewa oleh Osborn

Mcvey mengalihkan perhatian pada Osborn.

Tidak bisa dipungkiri, dimana Osborn berpijak, mayat pun berjatuhan ...



Review

Pyuh .... gila baca buku ini. Hampir 1000 halaman dan isinya berat sekali euy.


Isinya menarik. Beneran ... ini semacam nonton film aksi yang tokohnya melompat dari satu sisi ke sisi lain. Kalau diibaratkan film seperti Eagle Eyes. Bedanya Osborn di tuntun oleh petunjuk-petunjuk yang ada ditemani oleh detektif kawakan bernama Mcvey. Dan mereka bertandang dari satu negara ke negara lain dengan nyawa sebagai taruhannya.

Aku bilang isinya berat, bukan artinya isinya adalah kata-kata ilmiah. Novel ini tetap pada fokusnya sebagai novel aksi, tapi yang bikin berat adalah konflik dan rumitnya kasus yang terjadi dalam novel ini. Bukan sembarang kasus pembunuhan, tapi kasus ini terkait dengan organisai rahasia Partai Nazi yang beranggotakan tokoh bisnis Jerman yang sangat kaya raya dan berkuasa,baik di dalam maupun luar negeri. Sehingga kasus ini tetap misterius. Pembunuhan terjadi dimana-mana untuk menutupi “proyek ilmiah” yang sedang mereka kerjakan.

Yah, proyek ilmiah yang mereka kerjakan benar-benar bikin merinding. Aku sampai ngilu ngebayanginnya gimana cara mereka ngerjainnya dan proses yang harus dilalui untuk mendapatkan hasilnya semua. Paling mengejutkan adalah tujuan akhir dari proyek ilmiah itu, mereka ingin membangkitkan era Nazi di bawah pimpinan Adolf Hittler. Caranya ya Cuma mereka yang tahu ... dan mereka yang tahu dibungkam.

Buku ini memang hampir mencapai 1000 halaman, tapi isinya benar-benar fokus sama apa yang terjadi. Misalnya pembururan Osborn, ketika Osborn hendak diburu pembunuh bayaran, kisah cinta Osborn yang lagi-lagi tersandung sama kasus ini, belum lagi petualangan Osborn mengikuti jejak petunjuk “kenapa ayahnya dibunuh?” membawa Osborn harus mengetahui alasan menyakitkan kenapa ayahnya harus mati ditangan Albert.

Satu lagi yang paling-paling aku suka dari novel ini adalah, Penulisnya membawa pembaca untuk beranalisis ria. Salah satu kenapa buku ini begitu tebal.

Misalnya gini, ada satu adegan dimana Osborn sedang merencanakan pembunuhan Albert. Nah di bagian ini, penulis menggunakan sudut pandang isi pikiran Osborn. Diuraikan kemungkinan-kemungkinan jika seandainya gagal, apa yang harus Osborn lakukan. Lalu jika Osborn melakukan hal ini, maka ini yang terjadi. Tapi jika ia melakukan hal itu, bisa jadi rencananya gagal.

Analisis-analisis seperti itulah yang membuat aku juga ikut berpikir bersama sang tokoh. Makanya aku bilang berat ...

Itu belum seberapa, ketika tokoh detektif Mcvey masuk, makin banyak bagian-bagian yang mewajibkan pembaca ikut berpikir. Kalau diibaratkan film, seperti nonton film 3D ^^ seru pokoknya ....

Novel aksi tanpa emosi itu pasti hambar.

Ya, banyaknya pembunuhan orang-orang tidak berdosa untuk menutupi proyek ilmiah tersebut bikin aku geram. Segitu pentingkah proyek tersebut hingga nyawa mereka dibuat seolah-olah hanya boneka pajangan yang bisa dibuang, ditendang dan dibakar. Ada lagi bagian-bagian ketika penyerbuan, beberapa polisi yang sudah mulai akrab dengan Osborn dan teman Mcvey di Kepolisian harus merenggang nyawa. Dikhianati oleh orang yang mereka percayai. Dikhianati hanya demi sebuah informasi. Pokoknya emosi dipermainkan.

Ending.

Nah ini. Bisa dibilang klise tapi nggak bisa dibilang biasa juga.

Banyak kejutan tidak terduga. Mulai dari aksi pemusnahan besar-besaran dan tokoh-tokoh misterius yang seolah bangkit entah darimana menjadi tontonan seluruh penguasa.

Awalnya sih aku ngira sempat gantung. Osborn belum dapat jawaban apa-apa kenapa ayahnya juga harus dibunuh.

Tapi ....

Teka-tekinya terkuak di ending.

Paling merinding adalah baris akhir dari ending novel ini.

SUMPAH!!! Gila lu ....

Bagusnya sih tindakan yang diambil oleh salah satu dari mereka udah benar.

Kenapa benar?

Baca sendiri ^^

Banyak dari novel ini yang mau aku ceritakan. Tapi aku cukupkan pada inti-intinya aja. secara keseluruhan, novel ini asik sekali buat dibaca. Asik buat kepala puyeng haha

Iya serius. Puyeng bacanya tapi terasa nikmat ketika membuka lembar per lembar dan mencapai ending.

Buat yang suka aksi, aku rasa ini cocok. Meski sci-fi nya nggak terlalu kentara tapi petualangan yang disajikan cukup memicu adrenalin.

Sampai jumpa di review selanjutnya ^^

***
Tulisan ini diikutserkan dalam:
Read & Review Challenge 2017 – Kategori Brick Books 

G+

4 komentar:

  1. wuih bagus kayaknya. settingnya ok n judulnya kirain romantis gitu, ternyata action. eagle eye bagus tuh filmnya, jadi kebayanglah cerita novelnya dikit2 :)

    BalasHapus
  2. saya kira ini dari movie the day after tomorrow

    klasemen moto gp

    BalasHapus
  3. Keren Review nya, dan Saya sangat sependapat...
    Sayang sekali, bertahun² menunggu, film nya gak pernah dibuat.

    BalasHapus

Berikan komentarmu disini

 
;