Senin, 19 Juni 2017

Review Buku: Scarla - Dyah Anita

Judul: Scarla
Penulis: Dyah Anita
Penerbit: Romancious
Penyunting: Fenti Novela
Cetakan pertama; April 2017; 316 halaman
ISBN: 978- 602 – 6922 – 96 – 0

Blurb
Scarla, mahasiswi semester akhir yang memiliki tanggung jawab besar di keluarganya. Ia harus banting tulang demi membiayai kehidupan sehari-hari dan juga pengobatan Zahya, adik tersayangnya.  
Hingga suatu malam, lelaki yang dikenal hangat di kampusnya mengajukan sebuah perjanjian dengannya. Keterbatasan ekonomi pun membuat Scarla menerima perjanjian itu. Sayang, lelaki itu justru berubah dan tak sehangat yang ia kenal. Sedetik membuatnya terbang, detik kemudian menjatuhkannya.  
Lambat laun, Scarla mulai terbiasa dengan sifat lelaki itu, sampai akhirnya perasaan asing itu hadir dan membuatnya merasakan sedikit kebahagiaan.  
Perjalanan Scarla tidak mudah. Di saat kebahagiaan datang di hidupnya, masalah pun mulai datang silih berganti. Akankah Scarla merasakan bahagia setelah sekian lama merasakan luka?

Sinopsis

Scarla seorang mahasiswi yang memiliki pekerjaan ganda setelah orangtua mereka meninggal. Menjadi seorang kakak, seorang mahasiswi dan seorang pelacur. Pekerjaan yang telah ia lakoni setelah sesuatu menimpa adiknya dan butuh biaya yang besar untuk pengobatannya.

Scarla melakukan pekerjaan ini dengan hati-hati. Tapi sayangnya ia tidak terlalu hati-hati, karena Avram teman sekampusnya mengetahui rahasia tersebut dan memanfaatkan kesempatan itu untuk mengikat Scarla dalam sebuah penjanjian.

Perjanjian yang hanya memperbolehkan Scarla melayani Avram.

Kapan pun dan dimana pun



Review

Well, sifat sarkasme aku selalu muncul kalau udah ngomong pekerjaan pelacur.

Tidak terkecuali untuk novel ini. Ini juga pernah terjadi untuk novel Sofi Meloni yang berjudul “Stay With Me Tonight”

 Di halaman 9, tulis “Aku tak boleh menyalahkan takdir yang digariskan Tuhan.”

Sekarang aku tanya? Takdir yang mana? Menjadi pelacur maksudnya ...

Boleh aku beri pendapat?

Menjadi pelacur bukan takdir, melainkan pilihan.

Kenapa?

Sekarang gini,Scarla butuh duit. Di depannya dihadapkan pada pilihan menjadi tukang kue (misalnya) yang pekerjaannya halal, duit sedikit atau menjadi pelacur, pekerjaan haram tapi duitnya banyak.

Scarla memilih menjadi pelacur.

Berarti itu bukan takdir yang diberikan Tuhan dong. Itu PILIHAN

Ingat, PILIHAN yang membuat diri kita menjadi apa. Dan Scarla memilih menjadi PELACUR

Terdengar emosi ya. Tapi daridulu aku paling nggak respect sama pekerjaan satu ini. APAPUN ALASANNYA. Walaupun itu di dalam novel...

Oke sekarang murni review novelnya.

Novel Scarla ini novel dewasa, tapi cita rasa teenlit. Akan aku jelaskan kenapa

Kalau misalnya penulis membuat ini kisah teenlit, aku rasa kisahnya akan menarik, penuh pesan moral dan sangat memotivasi cewek-cewek di luar sana. Bahwa kekuatan cewek itu nggak diragukan lagi. Bahwa mereka bisa menjadi apa aja demi orang tercinta. Bisa mengerjakan apa saja demi sesuap nasi. Dan bisa menanggung penderitaan sekelam apapun.

Itulah Scarla, sosok yang rapuh tapi sangat tegar di dalamnya. Hari-harinya ia habiskan dengan menyusun skripsi dan malamnya ia bekerja melayani laki-laki. Tidak mudah memang, semua itu merenggut masa depan, merenggut waktunya dan merenggut masa mudanya yang masih cemerlang. Dan paling menyakitkan adalah, Scarla menyadari bahwa pantaskah ia jatuh cinta?

Belum lagi ketika ia menyadari jatuh cinta pada Avram dan harus menerima sifat yang berubah-ubah. Terkadang hangat, terkadang kasar, terkadang pemarah, menuntut dan lain-lain. Tapi selebihnya, Scarla jatuh cinta pada pria itu.

Tau kenapa ini rasa teenlit?

Konfliknya nggak sederhana, tapi Penulis membuatnya konflik di dalam novel ini hanya sekedar “ada” untuk menambah “bumbu” citarasa label “dewasa”.

Semuanya terlalu klise dengan alur yang klise.

Muncul masa lalu

Avram cemburu

Avram memutuskan mencintai Scarla

Scarla bingung.

Dan yah .. ending.

Maksud aku, aku nggak lihat dimana sih “dewasa”-nya? Adegan dewasa juga seala kadarnya. Kalau ciuman bisa disebut adegan “dewasa” aku rasa novel YA terjemahan/impor/luar  udah bisa dapat label “Super dewasa”. Misalkan novel ini disebut YA atau Teenlit aku rasa baru cocok.

Aku nggak bilang novel ini jelek.

Novel ini bagus dengan pesan moral yang diselipkan. Tapi apa yah, nggak ada yang baru dalam novel ini. Baca novel ini seperti baca puluhan novel romance lokal yang sudah aku baca sebelumnya. Aku bisa menebak isinya tanpa harus baca novel ini. Deskripsi tempat pun seala kadarnya juga. Dan perubahan sikap Avram yang dari berubah-ubah, jadi manis terlalu cepat. Dan romantisnya itu terlalu lebay.

Secara keseluruhan, novel ini bukan tipe bacaan aku. Tapi buat pecinta romance, aku rasa bakal suka sama novel ini.

Sampai jumpa di review selanjutnya ^^

***
Tulisan ini diikutsertakan dalam:

G+

3 komentar:

  1. Buang duit kalo seandainya beli.

    BalasHapus
  2. Mksh reviewx..ini ni ,yg bener2 dibutuhin ma reader yg dah kluar duit dgn harapan critanya bagus tp pas bukux datang,mengecewakan.
    Blakangan ini byk bgt cerita watty yg naik cetak.dibaca jutaan kali malah..tp dr segi cerita maksa..
    hargax dah lumayan..jd kdng,bingung mo beli..coz beberapa kali po novel yg dibaca jutaan kali diwatty,tp pas datang..ga sampe 50 lembar dah nyerah baca..
    so this is what i really need

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju sih .. saya sendiri mendukung penulis baru. Tapi kan nggak masih "hijau" gini juga diterbitkan. Atau di edit lagi kek sebelum terbit atau apalah biar lebih matang ketika terbit. Belum lagi embel-embel dibaca jutaan kali, rasanya kok tertipu ya ..

      Hapus

Berikan komentarmu disini

 
;