Judul: Being Henry David
Penulis: Cal Armistead
Penerbit: Spring
Penerjemah: Dewi Sunarni
Cetakan ke-1; September 2016; 256 halaman
ISBN 978 – 602 – 71505 – 7 – 7
Blurb
‘Hank' tersadar di Stasiun Penn, New York tanpa
ingatan. Pemuda berumur tujuh belas tahun itu tidak tahu namanya, siapa
dirinya, dan dari mana ia berasal. Satu-satunya petunjuk yang ia miliki adalah
sebuah buku berjudul 'Walden' karya Henry David Thoreau yang ada di tangannya.
Menggunakan buku itu, ia mencoba mencari jati dirinya. Dapatkah ia mengingat
kembali siapa dirinya?
Atau lebih baik ia tidak mengingatnya sama
sekali?
Sinopsis
Hank berusaha keras
mengingat siapa dirinya dan apa yang sedang ia lakukan di New York. Bertemu
dengan Jack dan Nessa yang ternyata terlibat masalah dengan seorang pengedar
narkoba. Setelah masalah pelik yang timbul, Hank melarikan diri. Berbekal buku
Walden karya Henry David Thoreau, Hank berpetualang ke kota kecil tempat Henry
dilahirkan dan dibesarkan.
Sedikit demi sedikit
kilasan ingatannya muncul.
Sayangnya, monster di
dalam dirinya mencegah hal itu terjadi.
Review
“Aku hanyalah seorang anak hilang yang telah
berbuat sesuatu yang terlalu mengerikan untuk diingat, penyusup dalam dunia
bukan tempatku.” – hal 125
Sinopsis yang singkat ya
...
Sengaja sih, karena
seluruh bagian novel ini udah pas dijelaskan oleh blurb. Dan sinopsis yang aku
buat Cuma formalitas aja.
Menurut aku ini bukan
sekedar buku fiksi. Ini adalah gambaran hidup remaja yang ketakutan dan mencoba
menyelesaikan masalahnya seorang diri.
Henry atau begitulah
nama yang ia pinjam untuk sementara, lahir dengan ingatan yang hilang. Uniknya
sih, ingatan yang hilang disini hilang seluruhnya. Nggak seperti di novel
romance atau seperti di sinetron. Henry benar-benar seperti kosong. Ia bahkan
sama sekali nggak tahu wajahnya seperti apa (sebelum ia bercermin) atau ia tidak
meyadari bahwa ia bisa menguasai beberapa keahlian.
Alurnya sih menurut aku
agak lambat ya. Tapi cocok sih sama keadaan dimana Henry harus menapaki
beberapa kegiatan atau kehidupan yang baru ia mulai.Misalnya aja saat bersama
Jack, ia menyadari bahwa ia sangat suka berlari. Jack menyimpulkan Henry pasti
seorang pelari. Terus tampang Henry juga tampang anak orang yang berkecukupan.
Walaupun itu hanya dugaan, tapi kesimpulan-kesimpulan itu bikin Henry tenang,
bahwa ia punya ‘sesuatu’ yang ia ketahui dari dirinya. Lalu Henry yang
terlanjur jatuh cinta sama cewek di kota Concord (kota Henry David Thoreau di
lahirkan) dan ia juga terlibat konflik dengan cewek itu. Bagian ini agak bikin
baper dan aku suka bagaimana cara Penulis menceritakan bagaimana konflik batin Henry
yang merasa bersalah tidak mengatakan kebenaran bahwa ia hilang ingatan pada
cewek yang dia suka. Puncaknya sih ketika Henry bertemu Thomas, dan Henry
menemukan semua kebenarannya.
Karakter Henry disini
sangat misterius. Dia bisa menghapal isi buku Walden yang ada ditemukan
bersamanya. Dan itu membuat Thomas terbengong-bengong karena ada yang menghapal
isi buku Wladen setiap kata dengan tepat. Buku itulah yang membawa Henry ke
kota Concord dan bertemu dengan tokoh-tokoh lainnya.
“Musik menciptakan ikatan di antara kami,
sebuah keintiman. Seolah-olah menyentuh gadis itu dengan musik ketimbang jari.”
– hal 146
Kesimpulan
Aku suka novel ini.
Seperti yang udah aku bilang disini bukan hanya sekedar fiksi tentang remaja
yang hilang ingatan, tapi tentang tanggung jawab, kasih sayang dan menerima
kesalahan. Endingnya bikin aku menyentuh, apalagi kenyataan yang mengerikan di
balik hilang ingatan Henry. Rasanya pengen kasih pelukan buat Henry dan bilang
bahwa itu bukan salah dia. Dan cara keluarganya memandang masalah Henry sungguh
bijaksana.
Di novel ini kalian
nggak akan nemuin drama yang saling menyalahkan ala-ala sinetron atau film-film
romance. Ini terasa kayak kisah nyata, begitu real buat di jadikan fiksi.
Konflik sederhana dan bagaimana penyelesaiannya memang nggak bikin kamu cengo
atau terbengong-bengong, tapi percaya lah pas kamu nyelesaikan novel ini, kamu
seperti menarik nafas lega bahwa inilah endingnya.
Aku suka dan sangat suka
novel ini.
Novel ini aku
rekomendasikan untuk ada di setiap perpustakaan sekolah karena nilah-nilai
kehidupan dan persahabatan yang begitu kental dan paling penting sangat bagus
dibaca oleh remaja.
“Memilih
hidup berarti menghadapi rasa sakit dan aku tidak akan cukup kuat.” Hal 272
Sampai jumpa di review
selanjutnya ^^
***
Tulisan ini
diikutsertakan dalam:
Read & Review Challenge 2017 – Kategori Name In
A Book
Hebat orang yang suka bedah buku. Bukan hanya isi, namun gaya bahasanya pun dicermati. Buku setebal apapun dijabanin untuk dibaca. Review buku sangat membantu mereka yang pengin memiliki buku untuk lebih tahu previewnya terlebih dahulu. Reviewer seperti admin blog ini memang esensial banget Salam kenal ya, namaku walidin dan jangan sungkan main ke blogku
BalasHapus