Memilih mencintainya sungguh sangat berbahaya bagi reputasi Sang Lady
Judul:
Skandal Sang Lady
Judul
Asli: Before the Scandal
Penulis:
Suzanne Enoch
Penerbit:
PT Gramedia Pustaka Utama
Published 19 Desember 2013
Tebal
424 halaman
Blurb
Kolonel
Phineas Bromley adalah legenda di medan perang. Namun kemenangannya di medan
perang tak bisa menyiapkan dirinya untuk kehidupan baru. Ketika mendapati
keluarganya berada dalam bahaya, Phin berlindung di balik topeng dan
berpura-pura menjadi perampok terkenal.
Alyse
Donnely sama sekali tak merasa takut ketika tak sengaja berhadapan dengan pria
bertopeng yang jelas hanya akan membawa masaah. Alyse tak pernah bisa melawan
kata hati,meski itu berarti membahayakan masa depannya
Sinopsis
Meski
harus dengan berbohong, Elizabeth berhasil meyakinkan Kolonel Phineas Bromley
kembali ke rumah. Kembali pada keluarga. Kembali pada tanah kelahirannya,
Quence Park, setelah 10 tahun ia melarikan diri menjadi prajurit sekaligus
menjauhi dosa yang sangat menyakitkan dirinya. Bahkan saat kembali pun, ia
tidak mampu memandang kakaknya, Willian Bromley.
Alyse
Donnely dulunya adalah seorang gadis bangsawan yang sangat dipuja oleh pria.
Populer, cantik, pintar dan separuh laki-laki kota london menginginkan Alyse
menjadi istri mereka, sayangnya sebuah skandal yang ia lakukan di masa lalu
telah membuat kehormatannya jatuh. Ia dikucilkan dan di asingkan dari
bangsawan. Sampai sepupunya Richard bersedia menampungnya dan menjadikan hidup
Alyse tidak lebih baik dari seorang pembantu, yaitu menjadi pendamping ibu
Richard yang sepanjang hari bisa mengeluh untuk hal-hal kecil.
Phin
dan Alyse adalah teman masa kecil. Reputasi Phin yang buruk membuat semua ayah
menyuruh putrinya untuk menjauhi Phin. Alyse yang saat itu masih muda, dan
belia tidak khawatir pada Phin. Karena ia yakin, jika besar nanti seorang
pangeran atau duke pasti akan melamarnya. Phin sadar diri, dirinya bukanlah
kedua orang tersebut. Phin hanya anak cadangan yang dipersiapkan untuk mewarisi
ahli waris. Itu makin membuatnya menjadi anak paling nakal, buruk dan paling
mendekati penjahat untuk usianya yang masih 17 tahun.
Saat
ia kembali, ia telah berubah. Ia menjadi pria dewasa yang bertanggung jawab.
Dan saat itu pula ia tahu alasan Elizabeth memaksa Phin pulang. Semuanya
berhubungan dengan kemalangan-kemalangan yang menimpa Quence Park secara
beruntun. Untuk mengetahui hal tersebut, ia berubah menjadi perampok. Kesana
kemari mencari informasi.
Phin
harus waspada, karena Alyse sama sekali tidak takut pada perampok tersebut.
Review
Setelah
kemarin kita kenalan sama Sullivan James Waring, peternak kuda paling hot seinggris bagian selatan, sekarang
kita di ajak kenalan sama Phineas, anak bangsawan yang super nakal dan
melarikan diri dari dosanya dengan menjadi prajurit. Meninggalkan keluarganya
dan gadis yang ia sukai tanpa kabar sekalipun.
Aku
sangat suka seri ke-2 dari The Notorious
Gentlemen ini
Dari
karakter, plot, tema dan kisah percintaannya pun aku lebih suka ini daripada
yang pertama, tentang Sullivan – Isabel.
Akan
kita bahas satu persatu, oke ^^
“Orang bersalah akan memberikan reaksi berbeda dengan orang yang tidak
bersalah.” – hal 77
Plot
Tema
di dalam novel ini menitikberatkan pada keluarga dan percintaan. Keduanya
dikemas dengan imbang dan sama pentingnya di mata pembaca.
Dimulai
dengan kedatangan Phin, yang masih sedikit kesal karena telah ditipu adiknya,
tapi bersyukur ia pulang untuk melihat keadaan Quence Park yang diambang
kehancuran. Kita diajak untuk melihat hubungan dingin Phin dan William. Di bagian
ini aku udah bisa nebak, kalau William lumpuh, pasti karena Phin dan alasan itu
pula Phin kabur. Tapi bagian kenapa dan alasan Phin kabur, itu menjadi bagian
menarik di pertengahan buku. Cara penyusunan fakta-fakta di seri ke-2 ini pun
bikin aku nggak berhenti baca buku ini.
Nggak
Cuma Phin yang menyimpan masa lalu nggak enak, Alyse pun kurang lebih seperti
itu. Skandal yang dia bikin bikin seluruh kejayaan yang ia pegang sebagai gadis
tercantik, populer dan paling diinginkan, hancur begitu aja. Aku pikir pasti
ada hubungan dengan seks atau apalah, ternyata lebih kejam daripada itu. Dan
aku yang bacanya, memaklumi sikap Alyse. Itu hanya bentuk cinta buta. Dan
apabila aku ada di sana, aku tidak akan ikut menghakimi Alyse.
Pas
Phin-Alyse ketemu lagi, mereka masih saling tertutup. Alyse tidak menceritakan
dirinya begitu pula Phin. Tapi lama-kelamaan mereka kembali dekat dan
kepercayaan itu timbul. Phin mengembalikan rasa hormat kepada Alyse dan membuat
gadis itu beruntung atas kepulangan Phin.
Seperti
aku bilang tadi, nggak hanya percintaan Phin-Alyse, seri ke-2 ini sarat dengan
keluarga. Aku suka sekali bagian Phin keliling-keliling, entah itu sebagai Phin
atau sebagai perampok, demi mencari fakta dan bukti-bukti kenapa ada orang yang
ingin menghancurkan Quence Park. Belum lagi Willian selalu bersikap sinis
sehingga pertengkaran tidak pernah terelakan ketika mereka berada di dalam
ruangan yang sama. Trus bagian menegangkan ketika Phin tertembak juga jadi
bagian yang cukup aku suka, meski nggak seseru adegan tembak-tembakan di film
aksi. Lalu saat Phin berhasil menemukan pelakunya, sayangnya ia tidak punya
bukti. Dan kakaknya, tidak akan percaya sepatah katapun dari dirinya. Dilema
banget kan?
“Kurasa kau sudah memutuskan bahwa satu-satunya cara kau bisa menebus
kesalahanmu pada William adalah dengan menyelamatkan Quence dan mati pasa saat
melakukannya.” - 333
Karakter
Karakter
adalah paling favorit aku disini. Kalau Sullivan-Isabel terkesan menye-menye.
Alyse-Phin lebih terkesan dewasa sekaligus keren. Aku kurang lihai
mendeskripsikan tentang romantisme. Tapi aku suka bagian Phin-Alyse.
Alyse
disini mengingatkan aku sama Harry Potter versi cinderlella. Yatim piatu dan
tidur di loteng, dengan ranjang keras dan menjadi pelayan pribadi bibinya
membuat Alyse yang dulunya manja, sombong dan memandang rendah gadis-gadis di
bawahnya, berubah menjadi Alyse yang berbeda. Alyse berhasil memandang
penderitaan sebagai sebuah kemandirian dan kekuatan baginya untuk bertahan
hidup. Ia juga terima saat tidak ada seorang laki-laki pun yang menatap atau
menawarkan satu dansa untuk dirinya ketika ia hadir ke pesta dansa. Ia bekerja
membanting tulang, untuk menyenangkan bibinya. Karena hanya mereka yang mau
menampungnya saat ini. Alyse juga belajar, bahwa jika ada pria yang
mendekatinya, maka mereka menginginkan sesuatu sebagai balasannya. Makanya ia
belum menikah hingga usianya 25 tahun.
Bagian
paling super aku suka adalah Alyse tidak bermimpi bahwa kehidupannya akan lebih
baik dari ini. Berharap akan ada bangsawan yang menikahinya. Ia malah
mengumpulkan duit dan berencana melarikan diri. Ia sudah menetapkan pekerjaan
apa yang akan ia lakoni ketika ia hidup mandiri nanti. Alyse itu menurut aku,
keren. Apalagi saat Alyse sadar, bahwa Phin, laki-laki yang ia cintai, akan
pergi lagi, kembali lagi ke dunia perang dan meninggalkan dirinya. Menurut aku
disini agak melankolis, tapi tetap aja ada sesuatu dari sikap Alyse yang bikin
aku suka sama ketegaran dia.
Phin
sendiri, tetap keras kepala. Dan lebih bersabar menghadapi ucapan dingin
kakaknya. Ia lebih dewasa untuk menyadari bahwa ucapan kakaknya adalah bagian
dari penderitaan yang ia tanggung akibat kelumpuhannya. Akibat
ketidakberdayaannya. Ia juga mendadak menjadi sangat tersentuh saat melihat
kondisi Quence Park yang jauh dari bayangannya dulu.
Sepuluh tahun yang lalu, seperti itulah dirinya—pemarah, pembangkang, dan
sama sekali tidak memiliki sifat halus. Kalau ia harus terlihat seperti anak
nakal itu lagi demi berada di dekat keluarganya, sementara ia mencari tahu apa
yang sedang terjadi, maka ia akan melakukannya. – hal 164
Ada
tokoh tambahan yang jadi favorit aku. Gordon, pelayan pribadi Phin yang
meninggalkan medan perang dan mengikuti Phin sampai ke rumah. Lucunya sih,dia
ikutin Phin tanpa ngomong-ngomong dulu. Mendadak muncul di rumah, di kamar
tidur Phin dan bikin jengkel Kepala Pelayan di rumah itu karena Gordon sok. Sok
paling paham bagaimana sifat seorang pelayan itu.
Membaca
interaksi Gordon dan Phin jadi hiburan sendiri buat aku. Mereka nggak terlihat
seperti Tuan dan Pelayan, tapi nggak kelihatan juga kayak teman. Tetap ada
batasan dan nampak perbedaan tapi .. nggak tahu bilang gimana. Pokoknya suka
banget sama Gordon. Apalagi kalau dia udah mulai ngejawab semua kata-kata Phin,
yang makin buat Phin jengkel.
Kisah Percintaan
Dilema
yang dihadapi Phin-Alyse adalah Alyse nggak siap mempertaruhkan hatinya jika
Phin kembali ke Quence Park hanya untuk membantu keluarganya, lalu setelah itu
ia akan kembali ke medan perang dan meninggalkan Alyse yang malang. Alyse yang
bukan siapa-siapa lagi di mata para pria.
Sedangkan
dilema Phin adalah, dia nggak sanggup melibatkan Alyse dalam bahaya, karena
Alyse menentang bahaya demi Phin. Ia
tahu rahasia-rahasia Phin. Dan Phin tidak yakin, apakah ia akan selamat dalam
pertempuran melawan penjahat yang sedang mengincar keluarganya. Karena jika ia
tidak selamat, maka ia bukan hanya Alyse yang menjadi incaran sang penjahat,
tapi Alyse akan kembali sendirian.
Sebenarnya
kisah cinta mereka nggak serumit itu. Tapi mungkin genre Historical Romance itu
bikin masalah cinta yang sederhana menjadi ribet kali ya. Banyak aturan dan
banyak yang harus dipikirkan. Interaksi mereka juga cukup manis, nggak
menye-menye kayak Sullivan-Isabel.
Hm,
adegan dewasanya tentu ada. Tapi sama kayak seri ke-1, novel ini juga masih
aman sih dewasanya. 17+ cukup cocok, kalau pengen baca buku ini.
Ending
Akhir
novel ini cukup menggelikan. Tanpa kekerasan dan hanya berbekal ancaman,
penjahatnya kapok. Aku jadi menyimpulkan kalau novel Historical Romance itu
mementingkan harga diri dan martabat di atas segalanya.
Kesimpulan
Dari
Alyse aku belajar banyak hal sebagai cewek. Secantik dan sepopuler apapun,
pasti akan ada akhirnya. Dengan cara seperti apa kepopuleran itu berakhir, kita
nggak pernah tahu. Tapi bagaimana mengatasi situasi diabaikan, dianggap rendah
dan dipandang remeh hingga tidak satupun laki-laki yang mau mendekati, itu yang
susah. Alyse membuktikan ia mampu hidup tanpa laki-laki. Alyse membuktikan ia
bisa mandiri. Alyse membuktikan bahwa hidupnya yang sekarang telah membuka
matanya lebar-lebar, bahwa laki-laki yang pantas mendapatkan dirinya adalah
laki-laki yang mau menerima kekurangannya. Intinya, aku bisa memandang
“musibah”yang menimpa Alyse sebagai suatu pembentukan karakter yang lebih
matang hingga Alyse siap menerima tantangan hidup di kemudian hari.
Dari
Phin aku belajar untuk tidak melarikan diri dari masalah. Karena ketika Phin
melarikan diri, ia tidak membuat siapa-siapa senang dengan kepergiannya. Ia
hanya membuat anggota lainnya sedih dan merasa ditinggalkan. Aku belajar
mementingkan keluarga. Aku belajar bahwa “masa nakal” anak laki-laki itu akan
berlalu menjadi tanggung jawab bagaimana keadaan dan kondisi membentuknya.
“Kau tidak bisa muncul kembali setelah sepuluh tahun dan ikut campur
dalam semuanya.” – hal 129
***
Tulisan
ini diikutsertakan dalam:
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentarmu disini