Kamis, 02 Maret 2017

[Review Buku] The Notorious Gentlemen #2: Before The Scandal - Suzanne Enoch

Memilih mencintainya sungguh sangat berbahaya bagi reputasi Sang Lady


Judul: Skandal Sang Lady
Judul Asli: Before the Scandal
Penulis: Suzanne Enoch
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Published 19 Desember 2013
Tebal 424 halaman


Blurb

Kolonel Phineas Bromley adalah legenda di medan perang. Namun kemenangannya di medan perang tak bisa menyiapkan dirinya untuk kehidupan baru. Ketika mendapati keluarganya berada dalam bahaya, Phin berlindung di balik topeng dan berpura-pura menjadi perampok terkenal.

Alyse Donnely sama sekali tak merasa takut ketika tak sengaja berhadapan dengan pria bertopeng yang jelas hanya akan membawa masaah. Alyse tak pernah bisa melawan kata hati,meski itu berarti membahayakan masa depannya

Sinopsis

Meski harus dengan berbohong, Elizabeth berhasil meyakinkan Kolonel Phineas Bromley kembali ke rumah. Kembali pada keluarga. Kembali pada tanah kelahirannya, Quence Park, setelah 10 tahun ia melarikan diri menjadi prajurit sekaligus menjauhi dosa yang sangat menyakitkan dirinya. Bahkan saat kembali pun, ia tidak mampu memandang kakaknya, Willian Bromley.

Alyse Donnely dulunya adalah seorang gadis bangsawan yang sangat dipuja oleh pria. Populer, cantik, pintar dan separuh laki-laki kota london menginginkan Alyse menjadi istri mereka, sayangnya sebuah skandal yang ia lakukan di masa lalu telah membuat kehormatannya jatuh. Ia dikucilkan dan di asingkan dari bangsawan. Sampai sepupunya Richard bersedia menampungnya dan menjadikan hidup Alyse tidak lebih baik dari seorang pembantu, yaitu menjadi pendamping ibu Richard yang sepanjang hari bisa mengeluh untuk hal-hal kecil.

Phin dan Alyse adalah teman masa kecil. Reputasi Phin yang buruk membuat semua ayah menyuruh putrinya untuk menjauhi Phin. Alyse yang saat itu masih muda, dan belia tidak khawatir pada Phin. Karena ia yakin, jika besar nanti seorang pangeran atau duke pasti akan melamarnya. Phin sadar diri, dirinya bukanlah kedua orang tersebut. Phin hanya anak cadangan yang dipersiapkan untuk mewarisi ahli waris. Itu makin membuatnya menjadi anak paling nakal, buruk dan paling mendekati penjahat untuk usianya yang masih 17 tahun.

Saat ia kembali, ia telah berubah. Ia menjadi pria dewasa yang bertanggung jawab. Dan saat itu pula ia tahu alasan Elizabeth memaksa Phin pulang. Semuanya berhubungan dengan kemalangan-kemalangan yang menimpa Quence Park secara beruntun. Untuk mengetahui hal tersebut, ia berubah menjadi perampok. Kesana kemari mencari informasi.

Phin harus waspada, karena Alyse sama sekali tidak takut pada perampok tersebut.



Review

Setelah kemarin kita kenalan sama Sullivan James Waring, peternak kuda paling hot seinggris bagian selatan, sekarang kita di ajak kenalan sama Phineas, anak bangsawan yang super nakal dan melarikan diri dari dosanya dengan menjadi prajurit. Meninggalkan keluarganya dan gadis yang ia sukai tanpa kabar sekalipun.

Aku sangat suka seri ke-2 dari The Notorious Gentlemen ini

Dari karakter, plot, tema dan kisah percintaannya pun aku lebih suka ini daripada yang pertama, tentang Sullivan – Isabel.

Akan kita bahas satu persatu, oke ^^

“Orang bersalah akan memberikan reaksi berbeda dengan orang yang tidak bersalah.” – hal 77


Plot

Tema di dalam novel ini menitikberatkan pada keluarga dan percintaan. Keduanya dikemas dengan imbang dan sama pentingnya di mata pembaca.

Dimulai dengan kedatangan Phin, yang masih sedikit kesal karena telah ditipu adiknya, tapi bersyukur ia pulang untuk melihat keadaan Quence Park yang diambang kehancuran. Kita diajak untuk melihat hubungan dingin Phin dan William. Di bagian ini aku udah bisa nebak, kalau William lumpuh, pasti karena Phin dan alasan itu pula Phin kabur. Tapi bagian kenapa dan alasan Phin kabur, itu menjadi bagian menarik di pertengahan buku. Cara penyusunan fakta-fakta di seri ke-2 ini pun bikin aku nggak berhenti baca buku ini.

Nggak Cuma Phin yang menyimpan masa lalu nggak enak, Alyse pun kurang lebih seperti itu. Skandal yang dia bikin bikin seluruh kejayaan yang ia pegang sebagai gadis tercantik, populer dan paling diinginkan, hancur begitu aja. Aku pikir pasti ada hubungan dengan seks atau apalah, ternyata lebih kejam daripada itu. Dan aku yang bacanya, memaklumi sikap Alyse. Itu hanya bentuk cinta buta. Dan apabila aku ada di sana, aku tidak akan ikut menghakimi Alyse.

Pas Phin-Alyse ketemu lagi, mereka masih saling tertutup. Alyse tidak menceritakan dirinya begitu pula Phin. Tapi lama-kelamaan mereka kembali dekat dan kepercayaan itu timbul. Phin mengembalikan rasa hormat kepada Alyse dan membuat gadis itu beruntung atas kepulangan Phin.

Seperti aku bilang tadi, nggak hanya percintaan Phin-Alyse, seri ke-2 ini sarat dengan keluarga. Aku suka sekali bagian Phin keliling-keliling, entah itu sebagai Phin atau sebagai perampok, demi mencari fakta dan bukti-bukti kenapa ada orang yang ingin menghancurkan Quence Park. Belum lagi Willian selalu bersikap sinis sehingga pertengkaran tidak pernah terelakan ketika mereka berada di dalam ruangan yang sama. Trus bagian menegangkan ketika Phin tertembak juga jadi bagian yang cukup aku suka, meski nggak seseru adegan tembak-tembakan di film aksi. Lalu saat Phin berhasil menemukan pelakunya, sayangnya ia tidak punya bukti. Dan kakaknya, tidak akan percaya sepatah katapun dari dirinya. Dilema banget kan?

“Kurasa kau sudah memutuskan bahwa satu-satunya cara kau bisa menebus kesalahanmu pada William adalah dengan menyelamatkan Quence dan mati pasa saat melakukannya.” - 333


Karakter

Karakter adalah paling favorit aku disini. Kalau Sullivan-Isabel terkesan menye-menye. Alyse-Phin lebih terkesan dewasa sekaligus keren. Aku kurang lihai mendeskripsikan tentang romantisme. Tapi aku suka bagian Phin-Alyse.

Alyse disini mengingatkan aku sama Harry Potter versi cinderlella. Yatim piatu dan tidur di loteng, dengan ranjang keras dan menjadi pelayan pribadi bibinya membuat Alyse yang dulunya manja, sombong dan memandang rendah gadis-gadis di bawahnya, berubah menjadi Alyse yang berbeda. Alyse berhasil memandang penderitaan sebagai sebuah kemandirian dan kekuatan baginya untuk bertahan hidup. Ia juga terima saat tidak ada seorang laki-laki pun yang menatap atau menawarkan satu dansa untuk dirinya ketika ia hadir ke pesta dansa. Ia bekerja membanting tulang, untuk menyenangkan bibinya. Karena hanya mereka yang mau menampungnya saat ini. Alyse juga belajar, bahwa jika ada pria yang mendekatinya, maka mereka menginginkan sesuatu sebagai balasannya. Makanya ia belum menikah hingga usianya 25 tahun.

Bagian paling super aku suka adalah Alyse tidak bermimpi bahwa kehidupannya akan lebih baik dari ini. Berharap akan ada bangsawan yang menikahinya. Ia malah mengumpulkan duit dan berencana melarikan diri. Ia sudah menetapkan pekerjaan apa yang akan ia lakoni ketika ia hidup mandiri nanti. Alyse itu menurut aku, keren. Apalagi saat Alyse sadar, bahwa Phin, laki-laki yang ia cintai, akan pergi lagi, kembali lagi ke dunia perang dan meninggalkan dirinya. Menurut aku disini agak melankolis, tapi tetap aja ada sesuatu dari sikap Alyse yang bikin aku suka sama ketegaran dia.

Phin sendiri, tetap keras kepala. Dan lebih bersabar menghadapi ucapan dingin kakaknya. Ia lebih dewasa untuk menyadari bahwa ucapan kakaknya adalah bagian dari penderitaan yang ia tanggung akibat kelumpuhannya. Akibat ketidakberdayaannya. Ia juga mendadak menjadi sangat tersentuh saat melihat kondisi Quence Park yang jauh dari bayangannya dulu.

Sepuluh tahun yang lalu, seperti itulah dirinya—pemarah, pembangkang, dan sama sekali tidak memiliki sifat halus. Kalau ia harus terlihat seperti anak nakal itu lagi demi berada di dekat keluarganya, sementara ia mencari tahu apa yang sedang terjadi, maka ia akan melakukannya. – hal 164

Ada tokoh tambahan yang jadi favorit aku. Gordon, pelayan pribadi Phin yang meninggalkan medan perang dan mengikuti Phin sampai ke rumah. Lucunya sih,dia ikutin Phin tanpa ngomong-ngomong dulu. Mendadak muncul di rumah, di kamar tidur Phin dan bikin jengkel Kepala Pelayan di rumah itu karena Gordon sok. Sok paling paham bagaimana sifat seorang pelayan itu.

Membaca interaksi Gordon dan Phin jadi hiburan sendiri buat aku. Mereka nggak terlihat seperti Tuan dan Pelayan, tapi nggak kelihatan juga kayak teman. Tetap ada batasan dan nampak perbedaan tapi .. nggak tahu bilang gimana. Pokoknya suka banget sama Gordon. Apalagi kalau dia udah mulai ngejawab semua kata-kata Phin, yang makin buat Phin jengkel.


Kisah Percintaan

Dilema yang dihadapi Phin-Alyse adalah Alyse nggak siap mempertaruhkan hatinya jika Phin kembali ke Quence Park hanya untuk membantu keluarganya, lalu setelah itu ia akan kembali ke medan perang dan meninggalkan Alyse yang malang. Alyse yang bukan siapa-siapa lagi di mata para pria.

Sedangkan dilema Phin adalah, dia nggak sanggup melibatkan Alyse dalam bahaya, karena Alyse menentang bahaya demi  Phin. Ia tahu rahasia-rahasia Phin. Dan Phin tidak yakin, apakah ia akan selamat dalam pertempuran melawan penjahat yang sedang mengincar keluarganya. Karena jika ia tidak selamat, maka ia bukan hanya Alyse yang menjadi incaran sang penjahat, tapi Alyse akan kembali sendirian.

Sebenarnya kisah cinta mereka nggak serumit itu. Tapi mungkin genre Historical Romance itu bikin masalah cinta yang sederhana menjadi ribet kali ya. Banyak aturan dan banyak yang harus dipikirkan. Interaksi mereka juga cukup manis, nggak menye-menye kayak Sullivan-Isabel.

Hm, adegan dewasanya tentu ada. Tapi sama kayak seri ke-1, novel ini juga masih aman sih dewasanya. 17+ cukup cocok, kalau pengen baca buku ini.

Ending

Akhir novel ini cukup menggelikan. Tanpa kekerasan dan hanya berbekal ancaman, penjahatnya kapok. Aku jadi menyimpulkan kalau novel Historical Romance itu mementingkan harga diri dan martabat di atas segalanya.

Kesimpulan

Dari Alyse aku belajar banyak hal sebagai cewek. Secantik dan sepopuler apapun, pasti akan ada akhirnya. Dengan cara seperti apa kepopuleran itu berakhir, kita nggak pernah tahu. Tapi bagaimana mengatasi situasi diabaikan, dianggap rendah dan dipandang remeh hingga tidak satupun laki-laki yang mau mendekati, itu yang susah. Alyse membuktikan ia mampu hidup tanpa laki-laki. Alyse membuktikan ia bisa mandiri. Alyse membuktikan bahwa hidupnya yang sekarang telah membuka matanya lebar-lebar, bahwa laki-laki yang pantas mendapatkan dirinya adalah laki-laki yang mau menerima kekurangannya. Intinya, aku bisa memandang “musibah”yang menimpa Alyse sebagai suatu pembentukan karakter yang lebih matang hingga Alyse siap menerima tantangan hidup di kemudian hari.

Dari Phin aku belajar untuk tidak melarikan diri dari masalah. Karena ketika Phin melarikan diri, ia tidak membuat siapa-siapa senang dengan kepergiannya. Ia hanya membuat anggota lainnya sedih dan merasa ditinggalkan. Aku belajar mementingkan keluarga. Aku belajar bahwa “masa nakal” anak laki-laki itu akan berlalu menjadi tanggung jawab bagaimana keadaan dan kondisi membentuknya.

“Kau tidak bisa muncul kembali setelah sepuluh tahun dan ikut campur dalam semuanya.” – hal 129

***

Tulisan ini diikutsertakan dalam:


G+

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentarmu disini

 
;