Kamis, 01 Desember 2016

[Review Buku] Negeri di Ujung Tanduk by Tere Liye

Negeri di Ujung Tanduk
by Tere Liye
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan ke-2; April 2013; 360 hlm
Rate 3 of 5

Di Negeri di Ujung Tanduk kehidupan semakin rusak, bukan karena orang jahat semakin banyak, tapi semakin banyak orang yang memilih tidak peduli lagi.
Di Negeri di Ujung Tanduk, para penipu menjadi pemimpin, para pengkhianat menjadi pujaan, bukan karena tidak ada lagi yang memiliki teladan, tapi mereka memutuskan menutup mata dan memilih hidup bahagia sendirian. 
Tapi di Negeri di Ujung Tanduk setidaknya, kawan, seorang petarung sejati akan memilih jalan suci, meski habis seluruh darah di badan, menguap segenap air mata, dia akan berdiri paling akhir, demi membela kehormatan. 

Thomas adalah seorang petarung dan konsultan politik ternama. Kemenangan dua kali dalam memenangkan kliennya menjadi gubernur kota jakarta membuat namanya melejit bagaikan roket. Dan dengan klien yang sama pula, Thomas mencoba memenangkan posisi Presiden untuk kliennya. Klien yang ia percayai mampu mengubah sistem hukum di negara mereka. Masalahnya, tidak semua orang senang dengn ide tersebut. Ada pihak-pihak yang dirugikan jika hukum di negara mereka ditegakan secara adil.

Konspirasi besar-besaran pun dilancarkan. Mulai dari fitnah hingga menyingkirkan Thomas di negara asing yang tidak berhak mendapat pengacara untuk membela dirinya. Klien yang dituduh korupsi dan ditangkap sehari menjelang konvensi digelar.

Thomas memutar akalnya. Ia harus menjadi buronan paling dicari dengan tuduhan serius, harus kembali ke Jakarta secepat mungkin dan melancarkan serangan balik.

Masalahnya, Thomas tidak tahu ia sedang berhadapan dengan siapa. Musuh yang bersembunyi di balik kekuatan hukum negara yang sudah di ujung tanduk.




My Review

Ini pertama kali aku baca karya Tere Liye, setelah melihat banyak ulasan bagus tentang buku-buku karya beliau. Dan buku Negeri di Ujung Tanduk ini merupakan sekuel dari Negeri Para Bedebah. Tenang aja, jalan ceritanya  misah kok. Ini hanya kisah Thomas yang berusaha membersihkan nama kliennya yang ia percayai akan membawa perubahan bagi Negaranya. Negara mereka, Indonesia.

Kisah ini berceria tentang bagaimana seseorang berpegang teguh pada kebenaran dan prinsip yang ia pegang. Kepedulian seseorang dari masa lalu telah menjadi penolong di masa sekarang yang sangat berguna bagi orang lain. Kisah ini mengajarkan, tidak ada yang namanya sia-sia melakukan kebaikan, karena cepat atau lambat pasti akan dibalas oleh kebaikan pula. Malah bisa berlipat ganda. Dalam kisah ini Thomas merasakan kepedulian kakek dan kebaikan hati kakeknya yang menyelamatkan orang asing yang tidak lama menjadi sahabatnya, meski hanya sebentar. Butuh 60 tahun Thomas merasakan kebaikan itu Dan ia bersyukur karenanya.

Jujur aja, tema dan alur cerita hampir semua udah ketebak sama aku. Mulai dari cara pelarian Thomas yang ingatin aku sama film Eagle Eyes dan beberapa adegan aksi kejar-kejarannya yang nggak asing dengan fim-film aksi yang aku tonton. Hadiah misterius dari seorang teman pun udah aku tebak fungsinya sebagai apa. Tema tentang politik pun nggak ada yang baru. Yah maksud aku, anak SMP juga udah di ajari kalau sistem pemerintahan kita udah rusak dengan korupsi yang merajalela. Dan kalaupun pelakunya tertangkap, mereka Cuma ditahan sekedar formalitas aja. Padahal mereka masih bebas melakukan apa aja dari dalam penjara. Intinya sih Tere Liye hanya memperjelas gambaran hukum yang lemah di negara kita. Tidak ada yang special di angkat dalam kisah ini. Tentang kebaikan yang melawan kejahatan.

Tapi, untuk tulisan dan bagaimana Tere Liye membawakan cerita ini sangatlah menarik. Aku suka sama gaya tulisannya yang lugas tanpa bertele-tele dan tanpa kata kiasaan namun tetap quoteable banget. Banyak kalimat-kalimat keren yang diucapkan Thomas.

Karakternya pun sangat menarik. Maggie yang hanya peran pembantu tapi sangat khas di dalamnya. Malah Maryam yang hampir ikut sebagian petualangan bersama Thomas terkesan biasa aja.Terkesan seperti gadis wartawan pada umumnya.  Karakter disini memang paling menonjol adalahThomas, selain pov yang digunakan adalah orang pertama, yaitu Thomas sebagai “aku” dalam novel ini.

Ending ... apa ya. Endingnya nggak terlalu special. Seperti aku bilang, aku udah menebak sebagian gimana langkah-langkah Thomas selanjutnya dan bagaimana “bantuan” yang tidak terduga datang dan menyergap. Rasanya seperti nonton film yang sama untuk keseribu kalinya. Dan terlalu mudah ... entah ya, tapi aku ngerasa endingnya nggak sekeren jalan ceritanya. Walaupun tetap menengangkan, karena aksi tembak-tembakannya.

Secara keseluruhan, aku suka novel ini. Tulisan Tere Liye emang kece badai. Kalau ada kesempatan, aku pengen bisa baca buku-buku Tere Liye yang lain. Jujur aja, buku ini udah bikin aku naksir plus penasaran sama kisah Thomas di Negeri Para Bedebah.

Dan buku ini aku rekomendasikan buat pecinta aksi, yang suka ketegangan dan intrik-intrik yang tidak terduga. Cukup cocok kok dibaca anak-anak remaja.

Sampai jumpa di review selanjutnya ^^



***


G+

1 komentar:

  1. Sejujurnya saya baca buku ini, bosan. Mungkin karena ceritanya gak menarik.biasanya kalo soal politik,saya langsung cepat bacanya.ni gak.

    BalasHapus

Berikan komentarmu disini

 
;