The Lunar Chronicles
#4 : Winter
By Marissa Meyer
Penerbit Spring
Penerjemah Yudith
Listiandri
Design Cover
@hanheebin
Cetakan pertama;
Agustus 2016; 900 hlm
Rate 5 of 5
Putri Winter dikagumi oleh penduduk Bulan karena kebaikan hatinya. Meskipun ada luka di wajahnya, banyak orang Bulan yang mengatakan bahwa Sang Putri lebih cantik daripada Ratu Levana.Iri dengan Sang Putri yang dianggapnya lemah dan gila, Levana memerintahkan Jacin Clay, pengawalnya, untuk mengawasi Winter agar tidak mempermalukan sang Ratu dan kerajaannya. Namun Winter menyukai Jacin, hal itu justru membuatnya semakin terlihat lemah.Hanya saja, Winter tidak selemah yang Levana kira. Bersama dengan Cinder, Sang Mekanik, dan para sekutunya, mereka bahkan mungkin bisa membangkitkan sebuah revolusi dan memenangkan perang yang sudah berkecamuk terlalu lama.Dapatkah Cinder, Scarlet, Cress, dan Winter mengalahkan Levana dan mendapatkan kebahagiaan mereka selamanya?
Flashback di Lunar Chronicles #3
Cress: Kai berhasil diculik. Jacin berkhianat dan kembali ke pangkuan Levana.
Scarlet belum bebas dari cengkraman Ratu Levana.
Levana dalam kondisi getar getir
karena disebabkan oleh Cinder. Setelah pernikahan mereka di Persemakmuran
dibatalkan, serangan mutan Manusia Serigala di belahan bumi menjadi merajalela.
Para Tentara Khusus Levana sengaja memakan dan meninggalkan “makanan” mereka
untuk membuktikan seberapa kejam dan seberapa berkuasanya Levana. Dan serangan
itu tidak berhenti sampai Levana mendapatkan keinginannnya.
Kai, Cinder dan kawan-kawan di
Rampion, merencanakan untuk mengembalikan Kai ke Persemakmuran dan melakukan
kesepakatan agar pernikahan tetap dilanjutkan. Mereka sudah mantap dengan ide
untuk terbang menyusup ke Bulan dan melakukan Revolusi. Kedengarannya sangat
mudah, dengan adanya Cress yang bisa membantu mereka dalam hal teknologi,
Throne yang ahli mengemudi, Wolf yang sangat ahli berkelahi dan Cinder yang
memimpin di antara mereka.
Ketika awalnya terdengar
baik-baik saja, Cinder dan kawan-kawan berhasil tiba di Bulan. Kai juga sangat
senang dengan kemulusan rencana mereka yang ini. Tapi siapa disangka, Levana
mencium sesuatu yang salah ketika salah satu pesawat asing terparkir di
lintasan Bulan. Membuat Levana dengan tba-tiba menggeledah pesawat Kai dan
menjadikan seluruh tamu dari Bumi, terutama Kai menjadi tahanan di Bulan.
Belum sampai di situ saja. Levana
yang sangat merasa terancam dengan cinta seluruh rakyatnya untuk Winter membuat
ia merasa memiliki saingan. Ia memikirkan cara untuk menyingkirkan gadis itu.
Yang mendapat kehormatan tersebut adalah Jacin Clay. Laki-laki yang sangat
mencintai dan cintai Winter.
Di belahan Bulan yang lain,
Cinder dan kawan-kawan siap melakukan revolusi.
Sayangnya, harga nyawa yang harus
dibayar untuk Revolusi yang belum dimulai ini membuat Cinder menciut.
Berhasilkan dia meyakinkan warga
Bulan bahwa dia adalah Ratu Sejati Bulan?
My Review
Ketika buku Winter ini sampai di
tangan aku, aku nggak baca novel ini sampai seminggu lebih. Aku nunggu momen
yang pas. Nunggu suasana hati yang benar-benar baik untuk baca novel kece ini.
Beberapa kali sempat tergoda sih untuk baca novel ini, tapi aku abaikan dulu.
Karena nggak akan seru kalau aku baca Winter sambil diselingi novel yang wajib
aku review dalam minggu itu juga. Dan parahnya, ada dua novel yang harus aku
review sehingga Winter ini ketunda sampai seminggu lebih.
Semua itu setimpal dengan alur
dan plot novel Winter yang keren. Semuanya terasa begitu mendebarkan. Sampai
aku bingung gimana cara review novel ini tanpa spoiler sana sini.
Alurnya di sini maju. Dan pov lompat lompat dari satu scene ke scene lain. Ini menurut aku wajar sih, karena
tokoh utama selain Cinder sangat banyak dalam novel ini dan semuanya punya
bagian masing-masing. Dan menurut aku sangat pas sekali, antara kekosongan yang
ada dengan scene sebelumnya
Menariknya, settingnya ini FULL
di Bulan. Dan cara Marissa Meyer mendeskripsikan tempat itu sangat keren.
Sangat indah sekaligus tidak terjamah. Pokoknya novel Winter ini adalah emang
puncaknya. Puncak dari seri The Lunar Chronicles.
Aku mulai dari ketegangan pas
Cinder dan kawan-kawan ketahuan nyelinap. Ini awalnya aku pikir bakal
mulus-mulus aja, eh nggak tahunya Cinder harus kehilangan salah satu anggotanya
yang paling beharga. Dan sangat berdampak pada rencana revolusi yang sedang
mereka kerjakan. Mereka sampai terombang ambing nggak jelas di Bulan untuk
menghindari pengawal Levana dan kamera pengawas mereka yang bergerak 24 jam
penuh.
Lalu ada Levana yang mulai
marah-marah nggak jelas sama Winter dan pengen ngebunuh dia. Yang parahnya
Jacin lah yang dapat tugas itu dan cowok itu mengiyakannya. Yah karena ini
adaptasi dari dongeng Putri Tidur dan 7 Kurcaci pasti tahu lah gimana. Nah tapi
Jacin ini lebih cerdik. Cerdik banget malah. Levana aja sampe ketipu sama
Jacin. Dan pasti tahu dong ada adegan dimana sang pangeran harus mencium sang
putri agar ia terbangun. Ini kurang lebih sama, tapi berbeda. Sedikit lebih
banyak berbeda dari yang aku bayangkan.
Scarlet dan wolf harus di uji
kesetian dan cinta mereka. Salut sama Wolf yang tetap berdiri di samping Cinder
meski Cinder sendiri udah mau nyerah ketika banyak warga Bulan mati karena dia.
Terutama ibu kandung Wolf.
Banyak adegan-adegan lucu yang
mewarnai Winter. Iko tetap seperti biasa, android luar biasa yang sangat
manusiawi. Aku suka sekali gimana dia bertengkar sama salah satu pengawal bulan
yang sangat, sangat tampan. Bahkan Iko mengakui pengawal tersebut lebih tampan
dari Kai. Aku sempat menduga kalau Iko bakal jadian sama pengawal tampan itu.
Dan ada sesuatu yang nggak terduga sama pengawal tampan itu. Sayangnya, porsi
cowok kece nan tampan ini sedikit. Dan lumayan kecewa dia Cuma nyempil aja di
Winter ini.
Adegan Throne dan Cress pun ah
bikin geli. Dan aku nggak akan cerita di sini. Intinya kan Throne itu orang
Bumi dan gimana dia berkali-kali kena daya pikat para cewe-cewe Bulan. Emanglah
ya Throne, pesonanya itu nggak Cuma untuk di dunia fiksi aja. Aku aja terpikat
banget sama dia.
Ending ....
Banyak yang harus Cinder bayar
untuk revolusi ini. Bagaimana rakyat Bulan mempercayakan nyawanya pada Cinder
dan mereka pasrah ketika nyawa mereka harus membayar untuk kenaikan takhta
Cinder. Di sini emosi aku ikut main. Marrisa Meyer berhasil membuat aku sendiri
bimbang, apa keputusan dan ide cetek remaja kayak Cinder berhasil melawan
Levana dan ahli sihirnya yang sangat kuat dalam hal manipulasi pikiran. Belum
lagi Cinder harus mengalami kegagalan sama “bagian robot”-nya sehingga tidak
berfungsi sebagian.
Nasib tragis yang terjadi sama
Winter pun sangat menggemaskan, tapi kurang menarik perhatian. Entah kenapa
meski judul novel ini Winter, tapi Cinder tetap bintang utama di novel ini.
Keberanian Winter (terutama di kandang mutan tentara serigala yang haus daging
dan darah) yang membuat Scarlet ikut terseret pada kematian yang sangat
menyakitkan.
Wolf yang dimodifikasi lagi
hingga berubah bentuk menjadi mengerikan.
Dan masih banyak yang harus
diceritakan kalau aku mau. Tapi nggak akan seru jadinya kalau aku ceritakan.
Terjemahan novel ini masih sama
keren dan kecenya dengan ketiga novel sebelumnya. Dan aku sangat-sangat
berterima kasih pada Penerbit Spring yang udah ngenalin seri The Lunar
Chronicles dalam hidup aku. Aku nggak nyesal koleksi buku ini dan harus
keluarin dana lebih untuk novel ini. Semuanya setimpal dengan kepuasan yang aku
dapat.
Ah, aku nggak akan ngebahas hal
lain. Yang udah baca Cinder, Scarlet dan Cress pasti tahu gimana Marissa Meyer
membuat novel ini terlihat apik. Dan novel ini aku rekomendasikan banget buat
pecinta genre dystopia.
Dan akhir kata, selamat membaca
Sampai jumpa di review
selanjutnya ^^
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam:
Aku teringat buku ini masih ada dalam timbunan. Menunggu waktu yang tepat untuk menyelesaikannya :)
BalasHapusHaha benar-benar. soalnya buku ini tebal bingitz, harus punya waktu yang pas supaya bacanya nggak dalam keadaan mood naik turun ...
HapusKak, ijin share tulisannya di web www.bursabukuberkualitas.com ya.. trims :)
BalasHapusSilahkan ^^
Hapus