NYAWA
by Vinca Callista
Penerbit Bentang
Belia
Penyunting: Starin
Sani, Dila Maretihaqsari
Desain &
Ilustrasi: Rony Setiawan
Cetakan Pertama; Mei
2015; 296 hlm
Rate 4 of 5
Suara-suara itu, selalu datang tiap
malam. Melenguh, seakan kesakitan. Tak hanya itu, suara rengekan anak kecil
juga terselip diantara daun pintu kamarku. Belum lagi, nenek kakek yang suka
datang ke rumah kos ini.
Puncaknya, aku merasakan sesak saat
seseorang mencekik leherku di saat tidur. Ini malapetaka. Apa yang tengah
terjadi di rumah kos ini?
Kaatje adalah pemain teater
kubang yang sangat terkenal. Sosoknya yang cantik dan penampilannya yang sangat
memukau berhasil membuat namanya melejit. Ia berpacaran dengan Isvara, sang
pemilik teater Kubang. Tapi, sebuah tragedi terjadi hingga akhirnya Kaatje
meninggal dengan sangat menggenaskan.
Ada Rory, yang dulunya penata
make up untuk Kaatje. Ia meneruskan jejak Kaatje dengan menerima tawaran Isvara
untuk menerima peran yang dulu dibawakan Kaatje ketika meninggal. Rory
menyanggupinya.
Rory tinggal di rumah kos Rumah
Mangga bersama tujuh orang penghuninya. Ada Cangi, Gandes, Aria, Sandre, Mara,
Danu dan terakhir masuk aadalah Lian. Di antara mereka, Rory paling dekat
dengan Lian, alasannya karena Lian anak baru dan butuh teman untuk beradaptasi.
Dan sepertinya Lian pun sangat menyukai Rory.
Kejadian aneh mulai terjadi di
Rumah Mangga, munculnya serbuk tanah di lantai kosan. Kakek nenek yang
tiba-tiba muncul dari kebun belakang, suara anak kecil yang menangis tiap
malam, dan rintihan-rintihan yang menyakitkan terdengar dari Rumah Mangga. Itu
semua tidak menggagu Rory, ia gadis yang berpikir realistis, tapi mimpi
buruknya tentang Kaatje yang terkadang membuatnya resah dan terbangun tengah
malam.
Sampai suatu ketika, Rory
menerima telepon dari seseorang yang terus memanggil-manggil nama Kaatje. Dan
telepon tersebut berasal dari Cangi.
My Review
Ini novel Indonesia dengan genre
Thriller yang cukup keren menurut aku. Banyak kelebihan dari novel ini yang
bisa bikin aku nggak berhenti bacanya. Pertama kali baca tulisan kak Vinca itu
yang judulnya Ratu Callista Sang Panglima Onyx. Ceritanya imut dengan banyak
nama-nama karakter yang unik. Paling nggak lupa itu sama karakter marsmallow dan
jelly-jelly (lupa namanya) dan sama sekali nggak nyangka, kalau novel Nyawa ini
ditulis oleh orang yang sama. Sekilas sih, gaya tulisannnya beda (seingat aku,
karena aku bacanya empat atau enam bulan yang lalu. Pokoknya masih tahun 2016
juga). Tapi tetap aja, ada kesan yang beda pas baca novel Nyawa dengan Ratu Callista.
Kisah ini dibuka dengan kematian
kaatje yang cukup bikin “apa sih? Apa yang terjadi?” lalu kita di bawa kenalan
sama para penghuni kosan Rumah Mangga. Kirain, pas pertama kali baca, apa nggak
salah nie kosan cewek dan cowok campur. Yang nggak campur aja bisa buat
macam-macam, apalagi kalau nyampur gitu hehe. Tapi, setelah baca terus sampai
beberapa halaman selanjutnya, aku berkomentar “Pantes aja lah dibikin nyampur,
kalau nggak, nggak bakalan seru ceritanya". Soalnya Rumah Mangga ini salah satu
setting tempat yang membangun kisah mencekam dalam novel ini.
Aku suka sama karakter Rory.
Cantik, cerdas, populer dan baik hati. Kekuranggannya, ia nggak ingin mengikat
diri sama hubungan, ia mau aja mesra-mesraan sama cowok mana aja tapi nggak mau
mengikat dirinya. Seperti Hubungan Tanpa Status gitu. Dan ada kebiasaan unik
dia yang bikin aku nggak nyangsa sama dia, suka ngobrol sama orang gila di
pinggir jalan. Nilai plus dari Rory lagi, bagian dialog dia itu selalu cerdas
dan tepat apa adanya. Nggak ambil pusing apa kata orang dan nggak peduli sama
urusan orang lain. Pokoknya karakter dia emang paling menonjol di sini.
Dan Cangi dan Gandes yang menjadi
tokoh super nyebelin dalam novel ini. Aku tahu sih, sifat cewek yang suka
ngegosip itu kadang nyebelin. Karena aku juga cewek, tapi kayaknya nggak
separah Cangi dan gandes. Mereka itu udah nyinyir, suka ikut campur urusan
orang, ngejelekin orang dan suka nyalahain orang atas apa yang terjadi sama
mereka.
Ada juga Mara, cewek cemburuan
yang nggak suka Danu dekat sama cewek lain. Walaupun hanya sekedar ngobrol aja.
Suka ngungkit-ngungkit pemberian yang sudah ia kasih ke Danu. Sebaliknya Danu,
cowok pendiam yang keuangannya selalu tergantung pada Mara. Harga dirinya
terluka saat Mara menyebutkan satu persatu pemberian Mara kepadanya.
Aria dan Sandre. Cowok-cowok
incaran Cangi dan Gandes. Banyak usaha yang dilakukan kedua cewek itu supaya
mereka bisa dekat sama Aria dan Sandre. Sayangnya, Aria dan Sandre sudah
mengincar Rory menjadi kekasih mereka.
Dari semua karakter, Lian paling
misterius. Dia digambarin sebagai sosok nggak menarik, padahal BULE lho haha.
Karakter yang beragam dalam satu
novel. Aku sempat mikir, ini untuk ngejebak pembaca supaya nggak ketebak kemana
endingnya. Betul sedikit sih, karena walaupun begitu ternyata fungsi
tokoh-tokoh itu adalah untuk menambah “panas” cerita ini. Banyak kejadian
“mistis” yang ternyata jawabannya dapat kita temui dari para penghuni Rumah
Mangga tersebut. Seperti misteri munculnya kakek nenek dan suara tangisan anak kecil tengah malam.
Di tengah-tengah, diselipkan juga
kisah Kaatje dan keponakannya. Aku langsung nggak suka sama karakter Kaatje.
Jahat cenderung gila. Kebiasaannya yang suka nusuk diri pakai peniti ditularkan
ke keponakannya. Trus cara dia mengajari keponakannya itu, nggak wajar. Dalam
hati, kok tega. Lebih tega lagi kak Vinca, idenya dari mana sih kak? Haha
Dari awal kak Vinca udah ngebawa
aku kalau sosok Lian pantas di curigai. Dandanan yang serba tertutup, makan
nggak mau di lihat orang, timbunan kotak di dalam kamar, dan lain-lain. Udah
curiga, ini pasti dia. Dan ternyata ...
Misteri yang terkuak pun satu
persatu. Cukup pintar menurut aku. Penjelasan realistis, nggak ada unsur
pemaksaan yang malah makin membuat cerita rancu. Dan cara kak Vinca menguak
misteri satu per satu cukup bikin hati ini harus banyak sabar. Justru itulah
yang bikin aku nggak berhenti baca novel ini.
Paling mendebarkan itu pas
mendekati ending. Ada dua bagian yang menurut aku jadi titik klimaks cerita
ini, yaitu sebelum Rory pentas dimana rahasia besar tentang Lian kebuka, terus
pas Rory pentas. Alasan di balik kejadian aneh itu semua. Semuanya dibuka satu
persatu dengan baik sekali.
Secara keseluruhan, novel ini
menarik. Aku suka dari ide cerita yang berpusat pada dunia teater, dan
penggambaran tokoh serta dialog yang kece. Apalagi novel thriller ini bahasanya
cukup ringan untuk di baca remaja. Novel ini aku rekomendasikan buat yang
ngakunya pencinta Thriller.
Sampai jumpa di review
selanjutnya.
Mati. Ya ... kematian adalah caraku
untuk mendatangimu, Kaatje. Kematian adalah jalan untuk menemuimu. – hal 243
***
wahhhh bagus nih reviewnya...sangat menarik,.. jadi pengen baca keseluruhan bukunya...
BalasHapus