Kamis, 29 September 2016

[Review Buku] Nyawa - Vinca Callista


NYAWA

by Vinca Callista

Penerbit Bentang Belia

Penyunting: Starin Sani, Dila Maretihaqsari

Desain & Ilustrasi: Rony Setiawan

Cetakan Pertama; Mei 2015; 296 hlm

Rate 4 of 5



Suara-suara itu, selalu datang tiap malam. Melenguh, seakan kesakitan. Tak hanya itu, suara rengekan anak kecil juga terselip diantara daun pintu kamarku. Belum lagi, nenek kakek yang suka datang ke rumah kos ini.

Puncaknya, aku merasakan sesak saat seseorang mencekik leherku di saat tidur. Ini malapetaka. Apa yang tengah terjadi di rumah kos ini?

Kaatje adalah pemain teater kubang yang sangat terkenal. Sosoknya yang cantik dan penampilannya yang sangat memukau berhasil membuat namanya melejit. Ia berpacaran dengan Isvara, sang pemilik teater Kubang. Tapi, sebuah tragedi terjadi hingga akhirnya Kaatje meninggal dengan sangat menggenaskan.



Ada Rory, yang dulunya penata make up untuk Kaatje. Ia meneruskan jejak Kaatje dengan menerima tawaran Isvara untuk menerima peran yang dulu dibawakan Kaatje ketika meninggal. Rory menyanggupinya.



Rory tinggal di rumah kos Rumah Mangga bersama tujuh orang penghuninya. Ada Cangi, Gandes, Aria, Sandre, Mara, Danu dan terakhir masuk aadalah Lian. Di antara mereka, Rory paling dekat dengan Lian, alasannya karena Lian anak baru dan butuh teman untuk beradaptasi. Dan sepertinya Lian pun sangat menyukai Rory.



Kejadian aneh mulai terjadi di Rumah Mangga, munculnya serbuk tanah di lantai kosan. Kakek nenek yang tiba-tiba muncul dari kebun belakang, suara anak kecil yang menangis tiap malam, dan rintihan-rintihan yang menyakitkan terdengar dari Rumah Mangga. Itu semua tidak menggagu Rory, ia gadis yang berpikir realistis, tapi mimpi buruknya tentang Kaatje yang terkadang membuatnya resah dan terbangun tengah malam.



Sampai suatu ketika, Rory menerima telepon dari seseorang yang terus memanggil-manggil nama Kaatje. Dan telepon tersebut berasal dari Cangi.






My Review



Ini novel Indonesia dengan genre Thriller yang cukup keren menurut aku. Banyak kelebihan dari novel ini yang bisa bikin aku nggak berhenti bacanya. Pertama kali baca tulisan kak Vinca itu yang judulnya Ratu Callista Sang Panglima Onyx. Ceritanya imut dengan banyak nama-nama karakter yang unik. Paling nggak lupa itu sama karakter marsmallow dan jelly-jelly (lupa namanya) dan sama sekali nggak nyangka, kalau novel Nyawa ini ditulis oleh orang yang sama. Sekilas sih, gaya tulisannnya beda (seingat aku, karena aku bacanya empat atau enam bulan yang lalu. Pokoknya masih tahun 2016 juga). Tapi tetap aja, ada kesan yang beda pas baca novel Nyawa dengan Ratu Callista.



Kisah ini dibuka dengan kematian kaatje yang cukup bikin “apa sih? Apa yang terjadi?” lalu kita di bawa kenalan sama para penghuni kosan Rumah Mangga. Kirain, pas pertama kali baca, apa nggak salah nie kosan cewek dan cowok campur. Yang nggak campur aja bisa buat macam-macam, apalagi kalau nyampur gitu hehe. Tapi, setelah baca terus sampai beberapa halaman selanjutnya, aku berkomentar “Pantes aja lah dibikin nyampur, kalau nggak, nggak bakalan seru ceritanya". Soalnya Rumah Mangga ini salah satu setting tempat yang membangun kisah mencekam dalam novel ini.



Aku suka sama karakter Rory. Cantik, cerdas, populer dan baik hati. Kekuranggannya, ia nggak ingin mengikat diri sama hubungan, ia mau aja mesra-mesraan sama cowok mana aja tapi nggak mau mengikat dirinya. Seperti Hubungan Tanpa Status gitu. Dan ada kebiasaan unik dia yang bikin aku nggak nyangsa sama dia, suka ngobrol sama orang gila di pinggir jalan. Nilai plus dari Rory lagi, bagian dialog dia itu selalu cerdas dan tepat apa adanya. Nggak ambil pusing apa kata orang dan nggak peduli sama urusan orang lain. Pokoknya karakter dia emang paling menonjol di sini.



Dan Cangi dan Gandes yang menjadi tokoh super nyebelin dalam novel ini. Aku tahu sih, sifat cewek yang suka ngegosip itu kadang nyebelin. Karena aku juga cewek, tapi kayaknya nggak separah Cangi dan gandes. Mereka itu udah nyinyir, suka ikut campur urusan orang, ngejelekin orang dan suka nyalahain orang atas apa yang terjadi sama mereka.



Ada juga Mara, cewek cemburuan yang nggak suka Danu dekat sama cewek lain. Walaupun hanya sekedar ngobrol aja. Suka ngungkit-ngungkit pemberian yang sudah ia kasih ke Danu. Sebaliknya Danu, cowok pendiam yang keuangannya selalu tergantung pada Mara. Harga dirinya terluka saat Mara menyebutkan satu persatu pemberian Mara kepadanya.



Aria dan Sandre. Cowok-cowok incaran Cangi dan Gandes. Banyak usaha yang dilakukan kedua cewek itu supaya mereka bisa dekat sama Aria dan Sandre. Sayangnya, Aria dan Sandre sudah mengincar Rory menjadi kekasih mereka.



Dari semua karakter, Lian paling misterius. Dia digambarin sebagai sosok nggak menarik, padahal BULE lho haha.



Karakter yang beragam dalam satu novel. Aku sempat mikir, ini untuk ngejebak pembaca supaya nggak ketebak kemana endingnya. Betul sedikit sih, karena walaupun begitu ternyata fungsi tokoh-tokoh itu adalah untuk menambah “panas” cerita ini. Banyak kejadian “mistis” yang ternyata jawabannya dapat kita temui dari para penghuni Rumah Mangga tersebut. Seperti misteri munculnya kakek nenek dan suara tangisan anak kecil tengah malam.



Di tengah-tengah, diselipkan juga kisah Kaatje dan keponakannya. Aku langsung nggak suka sama karakter Kaatje. Jahat cenderung gila. Kebiasaannya yang suka nusuk diri pakai peniti ditularkan ke keponakannya. Trus cara dia mengajari keponakannya itu, nggak wajar. Dalam hati, kok tega. Lebih tega lagi kak Vinca, idenya dari mana sih kak? Haha



Dari awal kak Vinca udah ngebawa aku kalau sosok Lian pantas di curigai. Dandanan yang serba tertutup, makan nggak mau di lihat orang, timbunan kotak di dalam kamar, dan lain-lain. Udah curiga, ini pasti dia. Dan ternyata ...



Misteri yang terkuak pun satu persatu. Cukup pintar menurut aku. Penjelasan realistis, nggak ada unsur pemaksaan yang malah makin membuat cerita rancu. Dan cara kak Vinca menguak misteri satu per satu cukup bikin hati ini harus banyak sabar. Justru itulah yang bikin aku nggak berhenti baca novel ini.



Paling mendebarkan itu pas mendekati ending. Ada dua bagian yang menurut aku jadi titik klimaks cerita ini, yaitu sebelum Rory pentas dimana rahasia besar tentang Lian kebuka, terus pas Rory pentas. Alasan di balik kejadian aneh itu semua. Semuanya dibuka satu persatu dengan baik sekali.



Secara keseluruhan, novel ini menarik. Aku suka dari ide cerita yang berpusat pada dunia teater, dan penggambaran tokoh serta dialog yang kece. Apalagi novel thriller ini bahasanya cukup ringan untuk di baca remaja. Novel ini aku rekomendasikan buat yang ngakunya pencinta Thriller.



Sampai jumpa di review selanjutnya.

Mati. Ya ... kematian adalah caraku untuk mendatangimu, Kaatje. Kematian adalah jalan untuk menemuimu. – hal 243

***



G+

1 komentar:

  1. wahhhh bagus nih reviewnya...sangat menarik,.. jadi pengen baca keseluruhan bukunya...

    BalasHapus

Berikan komentarmu disini

 
;