The
Lunar Chronicles #2: Scarlet
oleh
Marissa Meyer
Penerbit
Spring
Penerjemah
Dewi Sunarni
Cetakan
Pertama; Febuari 2016; 444 hlm
Rate
5 of 5
Nenek Scarlet Benoit
menghilang. Bahkan kepolisian berhenti mencari sang nenek dan menganggap
Michelle Benoit melarikan diri atau bunuh diri.
Marah dengan perlakuan
kepolisian, Scarlet membulatkan tekad untuk mencari neneknya bersama dengan
seorang pemuda petarung jalanan bernama Wolf, yang kelihatannya menyimpan
informasi tentang menghilangnya sang nenek.
Apakah benar Wolf bisa
dipercaya? Rahasia apa yang disimpan neneknya sampai sang nenek harus
menghilang?
Di belahan bumi yang
lain, status Cinder berubah dari mekanik ternama menjadi buronan yang paling
diinginkan diseluruh penjuru Persemakmuran Timur. Dapatkah Cinder sekali lagi
menyelamatkan Pangeran Kai dan bumi dari Levana?
Mau ucapin tengkyu
banget buat Scarlet yang udah nemenin aku saat aku sakit. Percaya nggak, butuh
seminggu lebih ─malah hampir dua minggu─ buat aku menyelesaikan baca novel ini
karena kondisi yang nggak fit. Alhasil, aku Cuma baca beberapa halaman per
hari. Tapi karena ceritanya yang super menarik, membuat kondisi badan nggak menghalangi
untuk tetap baca novel ini. Cius banget lho!! Aku sampai kebawa mimpi karena
nggak selesai-selesai baca novel ini hehe
sinopsis
Scarlet marah besar
kepada semua orang yang menganggap remeh
neneknya, Michelle Benoit, yang telah menghilang seminggu lebih karena beliau
dengan sengaja meninggalkan chip identitasnya di rumah mereka. Sebagian orang
yang menganggap nenek Scarlet gila, menyuruh Scarlet melupakan neneknya dan
meyakinkan gadis itu neneknya akan kembali.
Rahang Scarlet mulai
terasa sakit karena menggertakan giginya. Semua orang membicarakan tentang
kepergian neneknya seolah-oleh dia adalah seekor kucing liar yang akan kembali
ke rumah saat dia sudah lapar. Jangan khawatir. Dia akan kembali. – hal 13
Pertemuan Scarlet
dengan Wolf, pemuda misterius yang membela Scarlet di sebuah kedai makan saat
Scarlet membentak semua orang ketika mereka menuduh secara sepihak tentang
seorang narapida yang berhasil kabur, yaitu Cinder. Saat Scarlet bertatapan
mata dengan Wolf, ada sesuatu dalam pemuda itu.
Inilah mereka berdua,
sama-sama orang terbuang. Tidak diinginkan. Gila. – hal 25
Di sisi lain, Cinder
berhasil kabur dengan gemilang berkat tangan dan kaki baru pemberian Dr. Erland
yang jauh lebih sempurna dari kaki dan tangan besinya yang pertama. Sayangnya,
Cinder harus kabur membawa serta Throne, seorang pria tampan yang sangat
mengagumi dirinya sendiri. Cinder memerlukannya, karena ia memiliki pesawat
yang akan membantu keberhasilan meloloskan diri mereka dari penjara.
“Ini hanya perasaanku,
atau ini adalah momen besar dalam hubungan kita?” – Throne (hal 59)
Kai di hadapkan pada
pilihan yang sulit saat Cinder berhasil lolos. Ia harus menerima ancaman Ratu
Levana seandainya Kai tidak menyerahkan Cinder dalam jangka waktu yang telah di
tentukan. Di dalam hatinya, ia ingin Cinder menghilang dan tidak pernah di
temukan oleh Ratu Levana, tapi di sisi lain, ia harus memikirkan nasib
rakyatnya saat Ratu Levana serius akan membuat perang di bumi.
“Aku menginginkan
gadis ini, bahkan mayatnya sekalipun tidak masalah. Aku akan membakar negerimu
sampai rata untuk mencarinya kalau harus.” – Ratu Levana (hal 144)
Petualangan Scarlet
dan Wolf mencari neneknya, di mulai. Tapi Scarlet harus waspada, karena ia
tidak tahu apa yang sedang di rencakan Wolf.
Sedangkan Cinder, ia
terus mencari jati dirinya sebagai Putri Selene dan menemukan kebenaran di
balik statusnya itu.
Cinder langsung merasa
bersalah. Dia tidak tahu efek seperti apa yang menimpa orang lain, segala
manipulasi otak itu. Dan lebih dari itu, dia tidak ingin menjadi salah satu
dari orang Bulan yang memanfaatkan kekuatannya hanya karena dia bisa. Dia sama sekali tidak ingin menjadi orang
Bulan. – hal 57
Sayangnya, semua tidak
pernah berjalan mulus.
My
Review
WOW
Amazing.
Dengan ingus mengalir
di kedua lobang hidungku *iiih jorok, iya jorok haha* novel ini berhasil
membuat aku meninju udara saking gemesnya. Sebenarnya endingnya nggak gantung,
sama kayak ending Cinder yang jelas, Cuma yah tetap aja bikin aku tetap pengen
baca Cres secepatnya.
Meyer berhasil
menggabungkan dua cerita, Cinder dan Scarlet, hingga keduanya imbang dan
mendapat perhatian penuh dari aku. Awalnya sih aku kurang sreg sama penempatan
Meyer yang sesudah Bab Scarlet, di
lanjutin sama Bab Cinder. Tapi lama kelamaan aku mengikuti alur tersebut dan
paham kenapa Meyer membuat hal seperti itu.
Karakter begitu
berkembang pesat daripada di Cinder. Kemunculan tokoh baru membuat novel ini
terasa jauh lebih matang dan berbeda. Seperti nonton film dengan tokoh-tokoh
kompleks yang melengkapi cerita tersebut. Scarlet, tokoh utama wanita ini
memiliki sifat yang kurang lebih mirip dengan Cinder. Bedanya, Scarlet lebih
pemberani dan berani menempuh bahaya demi menyelamatkan neneknya. Dan ia pun
tidak pernah berpikir panjang sebelum bertindak, membuat segalanya rumit pada
akhirnya. Ada Wolf, cowok misterius yang haus akan darah tapi sekaligus lembut
dan pemalu. Dan Throne, cowok super narsis yang menerima Cinder sebagai cyborg
dan bahkan sekali-kali menggoda Cinder sebagai seorang gadis.
Dan baru kali ini aku
sulit menentukan siapa yang menjadi favorit aku, di tengah munculnya tokoh
dengan karakter yang menawan. Ada Scarlet yang bisa aku jadikan teman
berpetualang. Ada Wolf yang bisa aku jadikan bodyguard. Ada Throne, teman
perjalanan yang sempurna. Dan aku memilih Throne, alasannya karena ia adalah
cowok paling bersahabat dan paling bikin nyaman dalam perjalanan kabur-kaburan
Cinder. Walaupun Cinder membenci setengah mati Throne karena membuat Cinder
harus menggunakan anugerah Bulannya untuk membuat Throne diam hehe. Favorit
banget!!!!!!
Kisah cinta yang
terjalin antara Scarlet-Wolf membuat hati dag dig dug waspada. Soalnya Scarlet
berani jatuh cinta sama Wolf padahal dia nggak tau identitas Wolf sebenarnya
siapa. Dan benar aja, indentitas Wolf bikin kaget setengah mampus.
Kisah Cinder-Throne,
seperti yang udah aku bilang, menjadi favorit dalam novel ini. Tau dong sifat
Cinder itu skeptis, ketus dan sinis banget, nah bayangin aja di temani Throne
yang nggak bisa diam dan super narsis. Kalau di panggil kapten baru dia
mingkem. Di perparah Iko memuji Throne sangat tampan. Tambah besar kepala tu
cowok. Tapi akhirnya mereka saling tolong menolong untuk mencapai tujuan
Cinder. Itu pun setelah tau kalau Cinder naksir Kai, baru dia menyerah godain
Cinder haha. Kalau ngomongin Cinder-Throne, kayaknya aku bisa spoiler dech
dalam review kali ini.
Oh ya, Ini PERINGATAN
KERAS. Kalau belum baca Cinder, gak usah coba-coba baca Scarlet. Soalnya bakal
nggak nyambung banget, yang ada ntar kamu sendiri yang gemes.
Dan aku akhiri aja
dech review kali ini. Susah euy, rasanya pengen jabarin semua aksi-aksi favorit
aku. Bahkan adegan berdarahnya kece gila beuh.
Novel ini aku
rekomendasikan untuk pecinta Dystopia yang penuh petualangan dan minim kisah
cinta-cintaan (sesuai banget sama karakter aku hehe). Tapi jangan lupa baca
Cinder dulu ya ^^
Sampai jumpa di review
selanjutnya
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentarmu disini