Jumat, 05 Agustus 2016

[Review Buku] Mama Mia! Just Married - Indah Hanaco


Mamma Mia! Just Married

by Indah Hanaco

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

Perwajahan Sampul Mila Hidajat

Perwajahan isi Shinzy & Fajarianto

Format ebook (via iJak)

Rate 3 of 5

Menikah adalah saat manusia berhenti berpura-pura. Semua topeng terurai, menunjukkan wajah asli di baliknya. Tahun-tahun awal mungkin menjadi masa terberat untuk melakukan kompromi. Mengenal pasangan dalam arti sesungguhnya, kadang jadi titik balik yang sangat menentukan.
Mamma Mia! Just Married hadir untuk membagikan cinta, kesabaran, dan kekuatan kepada semua pasangan atau calon mempelai melalui 10 kisah nyata kehidupan perkawinan yang beragam. Yang bahagia dan dipenuhi cinta, ada. Yang dibangun di atas perbedaan dan harus dijalani dengan perjuangan, juga ada. Pernikahan indah yang kemudian dicemari penindasan dan penyiksaan pun ada.
Seperti apa pun kondisi pernikahan yang terbentang di hadapan, satu yang harus teguh diyakini: Kebahagiaan, kita sendiri yang menentukan. Tiada yang berhak merendahkan meski atas nama cinta. Segala momen manis perlu diusahakan dan disyukuri, namun kala mimpi buruk terjadi kita juga harus berani menyuarakan isi hati.
Nikmati semua kisah menyentuh dalam buku ini, dapatkan banyak hikmah yang menginspirasi.

Cukup antusias banget baca tulisan Mba Indah yang satu ini. Karena, kalau biasanya aku hanya mengenal Mba Indah adalah penulis novel bergenre romantis, maka kesempatan ini aku akan mengenal mba Indah melalui tulisan non-fiksi karya beliau. Dan setahu aku, ini seri kedua dari Mamma Mia! Mungkin setelah ini, aku akan cari tahu karya lainnya ^^



Yuk jalan-jalan ke sepuluh cerita non-fiksi karya Mba Indah yang berkaitan konflik rumah tangga pasca menikah.



1. Setelah Bulan Madu: Nina dan Attar menikah dengan dasar cinta. Memiliki pekerjaan yang mapan dan memutuskan untuk membina kehidupan rumah tangga yang kokoh dengan memulai hidup mandiri. Awalnya Nina menikmati cuti bulan madu mereka yang diberikan oleh kantor, sampai akhirnya Nina dibuat pusing oleh sifat-sifat jelek Attar yang selama ini tidak pernah Nina ketahui. Attar pun mendadak bingung dengan kecerewetan Nina. Mula-mula kesalahan itu bisa di maklumi, tapi makin lama kesalahan kecil itu menumpuk dan tumpah ruah kepermukaan.


2. Antara Aku, Kamu, dan Mamamu: Sabrina bahagia menikah dengan Andaru kekasihnya. Kehidupan rumah tangga kecil mereka bahagia, tapi itu tidak bertahan lama. Karena kunjungan mama Andaru ke rumah mereka, membuat perbedaan yang sangat berarti dalam kehidupan Sabrina. Semua hal tentang Sabrina di ktitik. Semua hal tentang Sabrina adalah salah. Sabrina resah. Saat ia bercerita hal itu kepada suaminya, Andaru malah membela mamanya.




3. Bahasa Kejujuran, Bahasa Cinta: Sita dan Irwin menikah dengan nama cinta. Sejak awal Sita sudah menetapkan kalau Irwin-lah yang akan menjadi suaminya. Pernikahan mereka sempurna, pertengkaran kecil menghiasi kedua insan tersebut. Tapi suatu hari, Sita menemukan bukti tranfer dengan nomial begitu besar ke seorang wanita yang tidak ia kenal. Sita menunggu Irwin sendiri berkata jujur, tapi sayangnya selama apapun Sita menunggu, Irwin tidka pernah mau mengakuinya.


4. Menikahi Monster: Ina dan Allan cukup bangga awal-awal pernikahan mereka jauh dari konflik khas yang biasa di alami pengantin baru. Ina bersyukur memiliki suami seperti Allan. Tapi prasangka itu berubah ketika Ina menemukan banyak video mesum dengan aksi kekerasan di dalamnya. Allan marah merasa privasinya di ganggu, Ina marah karena video tidak pantas itu tersimpan dalam laptop suaminya. Dari kegemarannya menonton video porno yang penuh adegan kekerasan, Allan pun memaksan Ina untuk mempraktekannya. Ia merasa jijik dan merasa terpukul. Hingga akhirnya ia mengambil keputusan yang terbaik.  




5. Thanks to Mr. Gere: Andini merasa mertuanya, tidak menyukainya. Setiap kali ia datang sambil membawa makanan, beliau hanya mengucapkan terima kasih dan tersenyum. Andini tidak pernah tahu, apa yang di rasakan oleh mertuanya. Apakah mertuanya menyukainya, atau apakah mertuanya membencinya. Berbagai upaya yang dilakukan oleh Andini untuk mendekatkan diri pada mertuanya, selalu gagal. Upaya terakhir, malah berakhir dengan situasi yang tidak enak. Pada suatu hari, Andini mengetahui bahwa mertuanya sangat menyukai aktor Hollywod Richad Gere. Dan Andini memiliki ide yang cemerlang. Ia tahu bagaimana menarik perhatian mertuanya.


6. Menikah dan Skala Prioritas: Edo dan Gita sudah membuat kesepatakan sebelum pernikahan, Edo tidak ingin ia di larang-larang untuk bertemu dengan teman-temannya setelah menikah. Gita menerima hal itu. Toh, mana mungkin ia melarang suaminya bergaul dengan teman-teman lamanya. Sayangnya, Gita keliru. Kebebasan Edo bertemu dengan teman-temannya, membuat Gita merasa kesepian. Hampir tidak pernah ada waktu Edo untuk di rumah. Ia lebih sering menghabiskan waktu di luar bersama sahabat-sahabatnya. Gita mencoba memberi pengertian, bahwa mereka sudah menikah dan ada prioritas yang harus di utamakan. Gita pikir saat ia mengandung, hal itu akan mengubah kebiasaan suaminya. Lagi-lagi Gita keliru, Edo malah makin sering meninggalkan Gita sendirian di rumah saat malam hari. Edo tidak pernah tahu, bahwa ada harga yang harus Edo bayar untuk itu semua.



7. Sihir dari Mata Beningnya: Vivi tidak ingin punya anak setelah menikah. Ambisinya dalam dunia karir begitu besar. Ia ingin meraih semua impiannya dulu. Dan anak adalah penghalang baginya. Untuk mencegah kehamilan, Vivi selalu memakai alat kontrasepsi. Betapa kagetnya ia saat mengetahui ia hamil. Vivi marah dan benci pada dirinya sendiri. Ia menangis dan terus menangis. Padahal kondisinya itu tidka baik bagi janin. Dan ajaibnya, kondisi itu tidak menghalangi putra kecil mereka lahir ke dunia. Sayangnya, ketika anak itu lahir Vivi menolak kehadiran anak itu. Menolak menggedongnya, dan selalu menggerutu bila memberikan Asi. Hingga Taufan mengambil keputusan untuk menjauhkan putra kecil mereka dari ibu kandungnya.


8. Sudahlah, Mereka Tidak Akan Mengerti: Robin memilih pindah keyakinan sesuai keyakinan Marsha. Dan akibatnya, seluruh keluarga besar Robin mencerca Marsha sebagai pengaruh buruk bagi Robin. Masrha kuat menghadapi cobaan itu, berkat dukungan Robin di sisinya. Tapi lama kelamaan, Marsha kehilangan kesabarannya. Ia memutuskan tidak ingin terlibat lagi dengan keluarga Robin.



9. Menundukan Orang Ketiga: Lulu menyukai Viktor karena ia sangat mencintai keluarganya. Bagi Lulu itu sosok yang selalu ia idam-idamkan. Oleh karena itu, Lulu tidak keberatan saat Sandra, adik Vikto, memutuskan kuliah di jakarta. Malah Lulu sangat bahagia akhirnya memiliki teman di rumah. Awal mulanya, Sandra berkelakuan baik. Rajin membantu dan menuruti perkataan Lulu. Tapi makin lama, Sandra makin kelewatan. Ia malas-malasan, pulang kuliah selalu malam dan banyak hal lain yang tidak Lulu sukai. Saat Lulu memberitahukan kepada suaminya, Viktor malah membela adiknya. Hingga lama kelamaan menyebabkan pertengkaran di antara mereka.


10. Manusia, Misteri Terbesar Sejarah Semesta: Melly merasa sifat cemburu Ferrel adalah hal yang menggemaskan. Makanya, melly tidak pernah ambil pusing dengan sifat itu. Tapi makin lama, sikap Ferrel makin menyakitkan Melly. Sering sekali Ferrel mengkritiknya secara tajam. Itu belum seberapa, saat tangan Ferrel melayang dan mulai memukuli Melly hanya karena cemburu.





My Review:



Aku suka buku ini...



Buku ini karya non-fiksi yang di ambil berdasarkan kisah nyata. Kalau baca pendahuluannya, jelas banget disebutkan, Mba Indah berterima kasih kepada narasumbernya yang sudah mempercayakan kisah pahit itu kepada mba Indah. Menurutku itu special banget. Bayangkan aja, ketika aku harus menceritakan kisah pahit di keluargaku, lalu aku membaca ulang kisah tersebut di dalam bentuk buku, dengan nama yang berbeda, rasanya pasti akan malu sekaligus takut. Takut kalau akan ada orang yang sadar, bahwa itu adalah ceritaku. Bahwa itu adalah aib yang coba aku sembunyikan. Begitulah kira-kira perasaanku seandainya menjadi salah satu narasumber.



Selain menarik karena kisah nyata, buku ini menarik karena menceritakan tentang konflik pasca pernikahan. Biasanya di alami oleh pengantin baru. Ini benar terjadi. Mengingatkan aku pada sebuah buku mungil yang isinya sangat “tepat sasaran” (baca review di sini). Dan harus aku akui, beberapa kasus di atas, pernah aku alami juga. Allhamdullah, masalahnya nggak sampai seberat cerita di atas. Sampai berteriak atau mengatakan hal-hal buruk kepada pasangan, ujung-ujungnya sakit hati dan kecewa. Cukup bertengkar dan saling diam, terus baikan lagi.



Hal menarik dari buku ini, mba Indah berhasil membuat sepuluh kisah nyata itu seperti membaca karya fiksi mba indah. Kalau nggak baca pendahuluan yang mengatakan ini adalah kisah nyata, aku pasti bakal berpikir ini adalah sepuluh cerpen karya mba indah tentang pernikahan. Yang udah kenal sama mba indah tau dong, gimana cara nulis beliau yang indah. Nah bayangkan kepiawaian itu untuk menceritakan ulang kisah-kisah pahit itu.



Kekuatan dari cerita ini adalah, karena kisahnya pendek-pendek, sepuluh kisah itu berhasil menarik perhatian penuh untuk baca halaman demi halaman sampai buku tersebut habis. Tidak ada persamaan dalam sepuluh kisah tersebut, sekali lagi menunjukan kerja keras mba indah.



Banyak hal yang memang aku pelajari dari buku ini. Bagaimana setiap pasangan harus menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Oke, ini bukan ungkapan klise yang sering di jumpai saat masih pacaran. Tapi ini nyata. Saat menikah, hal yang paling nampak di mata kita adalah kekurangan pasangan. Sedangkan kelebihannya itu akan tertutupi dengan ketidaksabaran kita menghadapi kekurangan tersebut. Dan masalah kecil akan terus membesar apabila kekurangan tersebut di ungkit-ungkit. Heran, kenapa pas bertengkar mereka nggak pernah menyebut kelebihan pasangannya? Kenapa harus terus kelebihannya? Ini masih tanda tanya, karena aku pun juga begitu



Hal lain lagi yang aku pelajari untuk diriku sendiri, adalah jangan ikut campur urusan anak-anak kita yang udah dewasa. Aku yang notabene tinggal sama Mama paling ngerasain yang satu ini. Aku paling benci kalau mama udah ikut campur masalah aku dan suamiku. Di mata mama, suamiku yang selalu betul, sedangkan aku selalu salah. Sehingga kulimpahkan semua kekesalanku pada suamiku. Yang awalnya aku nggak niat marahin suami, tapi karena udah dimarahi sama mama, maka pelampiasanku sama siapa kalau bukan sama suami? Gara-gara dia aku kena marah. Padahal bukan itu yang terjadi. Seandainya mama memberi kami waktu untuk berbenah (walaupun akhirnya kami bertengkar juga) setidaknya, kami bisa menyelesaikan masalah kami dengan cara kami. Setidaknya ini akan menjadi pelajaran beharga buatku, kalau anakku sudah dewasa nanti, biarkan anak-anak kita menyelesaikan dengan caranya sendiri. Peran orangtua, hanya sebagai pendukung ketika ia membuthkan tempat mengadu atau tempat mencari nasihat.



Untuk cerita yang lainnya aku nggak terlalu memahami, mungkin karena aku belum pernah ngerasain (dan aku harap juga tidak) sehingga kisah-kisah itu aku jadikan pembelajaran aja. Tapi satu kisah yang paling aku suka adalah “Sihir Dari Mata Beningnya” perasaanku campur aduk waktu baca itu. Di satu sisi aku paham betul perasaan Vivi, tapi di sisi lain, aku merasakan sedih ketika  Vivi menolak anak pertamanya tersebut. Ngebayangin bayi kecil mungil tidak berdosa itu menangis karena haus susu, sedangkan ibunya tidak mau di ganggu oleh tangisannya.



Secara keseluruhan, aku suka buku ini. Buku ini aku rekomendasikan para wanita dan pria yang akan memutuskan untuk menikah. Pahami dan resapi cerita-cerita tersebut. Jangan anggap sepele kisah-kisah seperti itu. Memang terdengar klise dan umum banget. Tapi jangan pernah.



Jangan terlalu yakin, bahwa pasangan kita sudah memahami luar dalam diri kita. Karena mereka tidak akan pernah paham. Masih ingat kan pepatah, “dalamnya lautan bisa di ukur, tapi dalamnya hati siapa yang tau.” Begitulah juga dengan pernikahan. Berapa puluh tahun pun kita hidup berpasangan, mereka tidak akan mengerti isi hati terdalam kita. Lalu bagaimana caranya awet? Dengan cara mau berkomunikasi, utarakan apa yang tidak disukai dan di sukai. Sehingga pasangan tidak menebak-nebak apa yang ada dalam pikiran kita. Sehingga psangan kita tidak akan salah langkah saat mencoba menyelesaikan masalah. Apa terdengar klise juga? Kalau begitu, silahkan buktikan nasihat yang klise tersebut.



Ah aku baca baca review yang aku tulis ini jadi terkesan curhat. Gak apa-apa lah sekali-kali hehe



Sampai jumpa di review selanjutnya ^^



***

Tulisan ini diikutsertakan dalam:




G+

1 komentar:

  1. review yang sangat bagus mbak..
    btw, saya malah jadi penasaran dengan isi bukunya :D

    BalasHapus

Berikan komentarmu disini

 
;