Mamma Mia! Just
Married
by Indah Hanaco
Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama
Perwajahan Sampul
Mila Hidajat
Perwajahan isi Shinzy
& Fajarianto
Format ebook (via
iJak)
Rate 3 of 5
Menikah adalah saat manusia berhenti
berpura-pura. Semua topeng terurai, menunjukkan wajah asli di baliknya.
Tahun-tahun awal mungkin menjadi masa terberat untuk melakukan kompromi.
Mengenal pasangan dalam arti sesungguhnya, kadang jadi titik balik yang sangat
menentukan.
Mamma Mia! Just Married hadir untuk
membagikan cinta, kesabaran, dan kekuatan kepada semua pasangan atau calon
mempelai melalui 10 kisah nyata kehidupan perkawinan yang beragam. Yang bahagia
dan dipenuhi cinta, ada. Yang dibangun di atas perbedaan dan harus dijalani
dengan perjuangan, juga ada. Pernikahan indah yang kemudian dicemari penindasan
dan penyiksaan pun ada.
Seperti apa pun kondisi pernikahan
yang terbentang di hadapan, satu yang harus teguh diyakini: Kebahagiaan, kita
sendiri yang menentukan. Tiada yang berhak merendahkan meski atas nama cinta.
Segala momen manis perlu diusahakan dan disyukuri, namun kala mimpi buruk
terjadi kita juga harus berani menyuarakan isi hati.
Nikmati semua kisah menyentuh dalam buku ini, dapatkan banyak hikmah yang menginspirasi.
Nikmati semua kisah menyentuh dalam buku ini, dapatkan banyak hikmah yang menginspirasi.
Cukup antusias banget baca
tulisan Mba Indah yang satu ini. Karena, kalau biasanya aku hanya mengenal Mba
Indah adalah penulis novel bergenre romantis, maka kesempatan ini aku akan
mengenal mba Indah melalui tulisan non-fiksi karya beliau. Dan setahu aku, ini
seri kedua dari Mamma Mia! Mungkin setelah ini, aku akan cari tahu karya
lainnya ^^
Yuk jalan-jalan ke sepuluh cerita
non-fiksi karya Mba Indah yang berkaitan konflik rumah tangga pasca menikah.
1. Setelah Bulan Madu: Nina dan Attar menikah dengan dasar cinta. Memiliki pekerjaan yang mapan dan memutuskan untuk membina kehidupan rumah tangga yang kokoh dengan memulai hidup mandiri. Awalnya Nina menikmati cuti bulan madu mereka yang diberikan oleh kantor, sampai akhirnya Nina dibuat pusing oleh sifat-sifat jelek Attar yang selama ini tidak pernah Nina ketahui. Attar pun mendadak bingung dengan kecerewetan Nina. Mula-mula kesalahan itu bisa di maklumi, tapi makin lama kesalahan kecil itu menumpuk dan tumpah ruah kepermukaan.
2. Antara Aku, Kamu, dan Mamamu: Sabrina bahagia menikah dengan Andaru kekasihnya. Kehidupan rumah tangga kecil mereka bahagia, tapi itu tidak bertahan lama. Karena kunjungan mama Andaru ke rumah mereka, membuat perbedaan yang sangat berarti dalam kehidupan Sabrina. Semua hal tentang Sabrina di ktitik. Semua hal tentang Sabrina adalah salah. Sabrina resah. Saat ia bercerita hal itu kepada suaminya, Andaru malah membela mamanya.
3. Bahasa Kejujuran, Bahasa Cinta: Sita dan Irwin menikah dengan nama cinta. Sejak awal Sita sudah menetapkan kalau Irwin-lah yang akan menjadi suaminya. Pernikahan mereka sempurna, pertengkaran kecil menghiasi kedua insan tersebut. Tapi suatu hari, Sita menemukan bukti tranfer dengan nomial begitu besar ke seorang wanita yang tidak ia kenal. Sita menunggu Irwin sendiri berkata jujur, tapi sayangnya selama apapun Sita menunggu, Irwin tidka pernah mau mengakuinya.
4. Menikahi Monster: Ina dan Allan cukup bangga awal-awal pernikahan mereka jauh dari konflik khas yang biasa di alami pengantin baru. Ina bersyukur memiliki suami seperti Allan. Tapi prasangka itu berubah ketika Ina menemukan banyak video mesum dengan aksi kekerasan di dalamnya. Allan marah merasa privasinya di ganggu, Ina marah karena video tidak pantas itu tersimpan dalam laptop suaminya. Dari kegemarannya menonton video porno yang penuh adegan kekerasan, Allan pun memaksan Ina untuk mempraktekannya. Ia merasa jijik dan merasa terpukul. Hingga akhirnya ia mengambil keputusan yang terbaik.
5. Thanks to Mr. Gere: Andini merasa mertuanya, tidak menyukainya. Setiap kali ia datang sambil membawa makanan, beliau hanya mengucapkan terima kasih dan tersenyum. Andini tidak pernah tahu, apa yang di rasakan oleh mertuanya. Apakah mertuanya menyukainya, atau apakah mertuanya membencinya. Berbagai upaya yang dilakukan oleh Andini untuk mendekatkan diri pada mertuanya, selalu gagal. Upaya terakhir, malah berakhir dengan situasi yang tidak enak. Pada suatu hari, Andini mengetahui bahwa mertuanya sangat menyukai aktor Hollywod Richad Gere. Dan Andini memiliki ide yang cemerlang. Ia tahu bagaimana menarik perhatian mertuanya.
6. Menikah dan Skala Prioritas: Edo dan Gita sudah membuat kesepatakan sebelum pernikahan, Edo tidak ingin ia di larang-larang untuk bertemu dengan teman-temannya setelah menikah. Gita menerima hal itu. Toh, mana mungkin ia melarang suaminya bergaul dengan teman-teman lamanya. Sayangnya, Gita keliru. Kebebasan Edo bertemu dengan teman-temannya, membuat Gita merasa kesepian. Hampir tidak pernah ada waktu Edo untuk di rumah. Ia lebih sering menghabiskan waktu di luar bersama sahabat-sahabatnya. Gita mencoba memberi pengertian, bahwa mereka sudah menikah dan ada prioritas yang harus di utamakan. Gita pikir saat ia mengandung, hal itu akan mengubah kebiasaan suaminya. Lagi-lagi Gita keliru, Edo malah makin sering meninggalkan Gita sendirian di rumah saat malam hari. Edo tidak pernah tahu, bahwa ada harga yang harus Edo bayar untuk itu semua.
7. Sihir dari Mata Beningnya: Vivi tidak ingin
punya anak setelah menikah. Ambisinya dalam dunia karir begitu besar. Ia ingin
meraih semua impiannya dulu. Dan anak adalah penghalang baginya. Untuk mencegah
kehamilan, Vivi selalu memakai alat kontrasepsi. Betapa kagetnya ia saat
mengetahui ia hamil. Vivi marah dan benci pada dirinya sendiri. Ia menangis dan
terus menangis. Padahal kondisinya itu tidka baik bagi janin. Dan ajaibnya,
kondisi itu tidak menghalangi putra kecil mereka lahir ke dunia. Sayangnya,
ketika anak itu lahir Vivi menolak kehadiran anak itu. Menolak menggedongnya,
dan selalu menggerutu bila memberikan Asi. Hingga Taufan mengambil keputusan
untuk menjauhkan putra kecil mereka dari ibu kandungnya.
8. Sudahlah, Mereka Tidak Akan Mengerti: Robin memilih pindah keyakinan sesuai keyakinan Marsha. Dan akibatnya, seluruh keluarga besar Robin mencerca Marsha sebagai pengaruh buruk bagi Robin. Masrha kuat menghadapi cobaan itu, berkat dukungan Robin di sisinya. Tapi lama kelamaan, Marsha kehilangan kesabarannya. Ia memutuskan tidak ingin terlibat lagi dengan keluarga Robin.
9. Menundukan Orang Ketiga: Lulu menyukai Viktor
karena ia sangat mencintai keluarganya. Bagi Lulu itu sosok yang selalu ia
idam-idamkan. Oleh karena itu, Lulu tidak keberatan saat Sandra, adik Vikto,
memutuskan kuliah di jakarta. Malah Lulu sangat bahagia akhirnya memiliki teman
di rumah. Awal mulanya, Sandra berkelakuan baik. Rajin membantu dan menuruti perkataan
Lulu. Tapi makin lama, Sandra makin kelewatan. Ia malas-malasan, pulang kuliah
selalu malam dan banyak hal lain yang tidak Lulu sukai. Saat Lulu
memberitahukan kepada suaminya, Viktor malah membela adiknya. Hingga lama
kelamaan menyebabkan pertengkaran di antara mereka.
10. Manusia, Misteri Terbesar Sejarah Semesta: Melly merasa sifat cemburu Ferrel adalah hal yang menggemaskan. Makanya, melly tidak pernah ambil pusing dengan sifat itu. Tapi makin lama, sikap Ferrel makin menyakitkan Melly. Sering sekali Ferrel mengkritiknya secara tajam. Itu belum seberapa, saat tangan Ferrel melayang dan mulai memukuli Melly hanya karena cemburu.
My Review:
Aku suka buku ini...
Buku ini karya non-fiksi yang di
ambil berdasarkan kisah nyata. Kalau baca pendahuluannya, jelas banget
disebutkan, Mba Indah berterima kasih kepada narasumbernya yang sudah
mempercayakan kisah pahit itu kepada mba Indah. Menurutku itu special banget.
Bayangkan aja, ketika aku harus menceritakan kisah pahit di keluargaku, lalu
aku membaca ulang kisah tersebut di dalam bentuk buku, dengan nama yang
berbeda, rasanya pasti akan malu sekaligus takut. Takut kalau akan ada orang
yang sadar, bahwa itu adalah ceritaku. Bahwa itu adalah aib yang coba aku
sembunyikan. Begitulah kira-kira perasaanku seandainya menjadi salah satu
narasumber.
Selain menarik karena kisah
nyata, buku ini menarik karena menceritakan tentang konflik pasca pernikahan.
Biasanya di alami oleh pengantin baru. Ini benar terjadi. Mengingatkan aku pada
sebuah buku mungil yang isinya sangat “tepat sasaran” (baca review di sini).
Dan harus aku akui, beberapa kasus di atas, pernah aku alami juga.
Allhamdullah, masalahnya nggak sampai seberat cerita di atas. Sampai berteriak
atau mengatakan hal-hal buruk kepada pasangan, ujung-ujungnya sakit hati dan
kecewa. Cukup bertengkar dan saling diam, terus baikan lagi.
Hal menarik dari buku ini, mba
Indah berhasil membuat sepuluh kisah nyata itu seperti membaca karya fiksi mba
indah. Kalau nggak baca pendahuluan yang mengatakan ini adalah kisah nyata, aku
pasti bakal berpikir ini adalah sepuluh cerpen karya mba indah tentang
pernikahan. Yang udah kenal sama mba indah tau dong, gimana cara nulis beliau
yang indah. Nah bayangkan kepiawaian itu untuk menceritakan ulang kisah-kisah
pahit itu.
Kekuatan dari cerita ini adalah,
karena kisahnya pendek-pendek, sepuluh kisah itu berhasil menarik perhatian
penuh untuk baca halaman demi halaman sampai buku tersebut habis. Tidak ada
persamaan dalam sepuluh kisah tersebut, sekali lagi menunjukan kerja keras mba
indah.
Banyak hal yang memang aku
pelajari dari buku ini. Bagaimana setiap pasangan harus menerima kekurangan dan
kelebihan masing-masing. Oke, ini bukan ungkapan klise yang sering di jumpai
saat masih pacaran. Tapi ini nyata. Saat menikah, hal yang paling nampak di
mata kita adalah kekurangan pasangan. Sedangkan kelebihannya itu akan tertutupi
dengan ketidaksabaran kita menghadapi kekurangan tersebut. Dan masalah kecil
akan terus membesar apabila kekurangan tersebut di ungkit-ungkit. Heran, kenapa
pas bertengkar mereka nggak pernah menyebut kelebihan pasangannya? Kenapa harus
terus kelebihannya? Ini masih tanda tanya, karena aku pun juga begitu
Hal lain lagi yang aku pelajari
untuk diriku sendiri, adalah jangan ikut campur urusan anak-anak kita yang udah
dewasa. Aku yang notabene tinggal sama Mama paling ngerasain yang satu ini. Aku
paling benci kalau mama udah ikut campur masalah aku dan suamiku. Di mata mama,
suamiku yang selalu betul, sedangkan aku selalu salah. Sehingga kulimpahkan
semua kekesalanku pada suamiku. Yang awalnya aku nggak niat marahin suami, tapi
karena udah dimarahi sama mama, maka pelampiasanku sama siapa kalau bukan sama
suami? Gara-gara dia aku kena marah. Padahal bukan itu yang terjadi. Seandainya
mama memberi kami waktu untuk berbenah (walaupun akhirnya kami bertengkar juga)
setidaknya, kami bisa menyelesaikan masalah kami dengan cara kami. Setidaknya
ini akan menjadi pelajaran beharga buatku, kalau anakku sudah dewasa nanti,
biarkan anak-anak kita menyelesaikan dengan caranya sendiri. Peran orangtua,
hanya sebagai pendukung ketika ia membuthkan tempat mengadu atau tempat mencari
nasihat.
Untuk cerita yang lainnya aku
nggak terlalu memahami, mungkin karena aku belum pernah ngerasain (dan aku
harap juga tidak) sehingga kisah-kisah itu aku jadikan pembelajaran aja. Tapi
satu kisah yang paling aku suka adalah “Sihir Dari Mata Beningnya” perasaanku
campur aduk waktu baca itu. Di satu sisi aku paham betul perasaan Vivi, tapi di
sisi lain, aku merasakan sedih ketika
Vivi menolak anak pertamanya tersebut. Ngebayangin bayi kecil mungil
tidak berdosa itu menangis karena haus susu, sedangkan ibunya tidak mau di
ganggu oleh tangisannya.
Secara keseluruhan, aku suka buku
ini. Buku ini aku rekomendasikan para wanita dan pria yang akan memutuskan
untuk menikah. Pahami dan resapi cerita-cerita tersebut. Jangan anggap sepele
kisah-kisah seperti itu. Memang terdengar klise dan umum banget. Tapi jangan
pernah.
Jangan terlalu yakin, bahwa
pasangan kita sudah memahami luar dalam diri kita. Karena mereka tidak akan
pernah paham. Masih ingat kan pepatah, “dalamnya lautan bisa di ukur, tapi
dalamnya hati siapa yang tau.” Begitulah juga dengan pernikahan. Berapa puluh
tahun pun kita hidup berpasangan, mereka tidak akan mengerti isi hati terdalam
kita. Lalu bagaimana caranya awet? Dengan cara mau berkomunikasi, utarakan apa
yang tidak disukai dan di sukai. Sehingga pasangan tidak menebak-nebak apa yang
ada dalam pikiran kita. Sehingga psangan kita tidak akan salah langkah saat
mencoba menyelesaikan masalah. Apa terdengar klise juga? Kalau begitu, silahkan
buktikan nasihat yang klise tersebut.
Ah aku baca baca review yang aku
tulis ini jadi terkesan curhat. Gak apa-apa lah sekali-kali hehe
Sampai jumpa di review
selanjutnya ^^
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam:
review yang sangat bagus mbak..
BalasHapusbtw, saya malah jadi penasaran dengan isi bukunya :D