Kamis, 11 Agustus 2016

[Review Buku] Beautiful Temptation by Indah Hanaco



Beautiful Temptation
by Indah Hanaco
Penerbit Bentang Pustaka
Penyunting, Laurensia Nita
Cetakan Pertama; September 2013; 274 hlm
Rate 4 of 5

“Cinta adalah jalinan timbal balik antara dua hati yang menyimpan rasa senada ….”
Hubungan kami kurang baik akhir-akhir ini. Aku masih saja merasa Nathan tidak serius dengan hubungan kami. Buktinya, Nathan “menyembunyikan” aku dari keluarganya. Namun, Nathan justru menuduhku terlalu menuntut, bahkan mengira aku sedang memaksanya segera melamar.
Tristan namanya. Tampan, romantis, baik hati, dan sangat mencintaiku. Kami bisa bicara banyak hal tentang aneka masakan sembari menatap bintang-bintang. Namun, aku tidak tahu dirinya. Serupa langit malam, masa lalu Tristan hanyalah kerlip gemintang.

Renata merasa hubungannya dengan Nathan hanya lah sekedar main-main belaka. Menginjak dua tahun hubungan mereka, Nathan sama sekali belum pernah mengenalkan Renata pada keluarga besarnya. Setiap kali Renata membahas hal tersebut, keduanya akan berakhir dengan pertikaian. Hingga lama kelamaan, Renata merasa lelah.

Zen, kakak Renata mengambil cuti dan kembali ke Pematang Siantar untuk berkumpul bersama keluarganya. Zen berencana membuat pesta kecil-kecilan untuk merayakan berkumpulnya ia bersama teman-temannya. Dan Tristan adalah salah satu sahabat Zen yang hadir saat itu. Tristan yang jatuh cinta pada masakan Renata langsung melamar Renata di awal pertemuan mereka.
“Menikahlah denganku, Rena...,” – Tristan (hal 19)
Meski Tristan mengaku hanya bercanda saat mengatakan lamaran itu, nyatanya gerak geriknya menandakan sebaliknya. Ia menemani Rena saat Rena kesepian dan mengajak Rena mengalami hal-hal luar biasa yang tidak pernah Rena rasakan dari Nathan. Lama kelamaan

Rena tau ada yang salah dengan dirinya. Hubungannya dengan Nathan tidak makin membaik, di tambah perasaan asing yang makin lama makin dalam merasuki Rena.
Jika aku masih punya akal sehat dan kewarasan. Sudah jelas ada sesuatu yang tidak kumengerti di antara kami berdua. Sesuatu yang berpengaruh pada stabilitas hatiku. – Renata (hal 72)
Saat Rena sedang bingung dengan hatinya, Nathan mengajak Rena bertemu dengan orangtuanya. Sesuatu yang selama ini Rena tunggu.

Sayangnya, kisah bergulir di luar rencana.

 
My Review

Setelah banyak baca tulisan mba Indah Hanaco, baru kali ini emosi sang tokoh utama, Renata, mempengaruhi aku secara nyata. Entah karena sudah terbiasa dengan tulisan mba Indah, atau memang novel ini punya sesuatu yang nggak aku dapatkan dari novel mba indah yang lainnya (bukan karena kebetulan ini adalah hadiah ikutan Reading Challenge yah). Aku bisa ngerasain gimana perasaan Renata saat Nathan enggan memperkenalkan dengan keluarganya. Gimana pertemuan Renata dan orangtua Nathan tidak berjalan mulus dan bagaimana Renata merasa sedih ketika Nathan tidak berusaha sama sekali untuk membela Renata di depan orangtuanya. Paling suka adegan Renata bertengkar dengan Nathan wkwk

Mungkin karena latar belakang Renata yang memperkuat emosi dalam novel ini. Sosok Renata adalah sosok seorang gadis yang tamatan SMA dan meneruskan usaha katering ibunya. Renata membuktikan bahwa dengan ijazah SMA ia berhasil meraih kesuksesan dalam dunia kuliner. Sebagian orang sangat menghormati Rena karena keputusannya itu (Tristan misalnya) dan sebagian lagi mencela seorang gadis tamatan SMA tidak pantas untuk putra kesayangannya (Nathan misalnya).

Yah meskipun begitu, ada beberapa persamaan dengan novel mba Indah yang lain. Karakter cowoknya *ehem* terlalu lebay menurut aku. Renata juga khas banget anak-anaknya. Rasanya nggak cocok kalau dia adalah gadis berusia 25 tahun. Adegan cemburunya pun terlalu... (gak bisa jelasin gimana). Dan seringnya pengulangan informasi, salah satunya jarak kafe de koffie yang bisa di tempuh dengan kaki.

Secara keseluruhan, aku suka cerita ini. Kisah ini menggambarkan perlu atau tidak perlunya gelar sarjana adalah dari diri kita. Kalau memang mampu membangun usaha berbekal ijazah SMA, ayuk lanjutkan. Dan misalnya ingin bekerja di perusahaan yang membuat siapapun hormat sama kita, kuliah lah setinggi mungkin. Cinta itu menerima. Menerima baik dan buruknya. Seperti Tristan yang tidak peduli pada pendidikan Rena.

Sampai jumpa di review selanjutnya ^^

***
Tulisan ini diikutsertakan dalam:

G+

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentarmu disini

 
;