Lagi diskon lho di bukabuku.com |
The Girl On The Train
by Paula Hawkins
Penerbit Noura Books
Penerjemah Ingrid
Nimpoeno
Perancang sampul Wida
Sartika
Cetakan ke-8; April
2016; 430 hlm
Rate 2 of 5
Rachel menaiki kereta komuter yang
sama setiap pagi. Setiap hari dia terguncang-guncang di dalamnya, melintasi
sederetan rumah-rumah di pinggiran kota yang nyaman, kemudian berhenti di
perlintasan yang memungkinkannya melihat sepasangan suami istri menikmati
sarapan mereka di teras setiap harinya. Dia bahkan mulai merasa seolah-olah
mengenal mereka secara pribadi. “Jess dan Jason,” begitu dia menyebut mereka.
Kehidupan mereka-seperti yang dilihatnya-begitu sempurna. Tak jauh berbeda
dengan kehidupannya sendiri yang baru saja hilang.
Namun kemudian, dia menyaksikan
sesuatu yang mengejutkan. Hanya semenit sebelum kereta mulai bergerak, tapi itu
pun sudah cukup. Kini segalanya berubah. Tak mampu merahasiakannya, Rachel
melaporkan yang dia lihat kepada polisi dan menjadi terlibat sepenuhnya dengan
kejadian-kejadian selanjutnya, juga dengan semua orang yang terkait. Apakah dia
telah melakukan kejahatan alih-alih kebaikan?
Rachel seorang wanita yang
kehidupannya hancur gara-gara alkohol. Ia kehilangan suami, yang ternyata
berselingkuh, kehilangan pekerjaan dan parahnya dari itu semua Rachel tetap
tidak bisa berhenti untuk menegak minuman itu. Hingga orang-orang memandang
Rachel denan sebelah mata. Tidak ada lagi rasa simpati di mata-mata orang yang
memandangnya. Hanya jijik saat melihat Rachel mabuk lalu muntah tidak
terkendali.
Rachel diberi tumpangan tempat
tinggal oleh teman kuliahnya, Cathy. Wanita itu tidak mengetahui kalau Rachel
sudah dipecat dari pekerjaannya, hingga untuk menutupi kebohongan itu, Rachel
tetap bepergian ke London, seolah-seolah ia masih bekerja, menggunakan kereta
api. Lalu pulang di saat jam kerja berakhir dengan menggunakan kereta api pula.
Aktivitas naik kereta api adalah hal yang paling Rachel senangi, karena setiap
kali kereta api berhenti di sinyal berlampu merah, ia bisa melihat sebuah rumah
bernomor dua puluh tiga favoritnya. Ia selalu melihat kebahagian yang terdapat
pada pasangan suami istri Jason dan Jess (nama imaginasi yang di berikan Rachel
untuk pasangan tersebut).
Aku mengenali mereka dan mereka
mungkin mengenaliku. Tapi aku tidak tahu apakah mereka melihatku sebagaimana
adanya diriku. – hal 6
Tapi pandangan Rachel berubah,
saat melihat Jess sedang mencium seorang pria asing yang bukanlah Jason,
suaminya. Rachel geram. Ia merasa dirinya di jungkirbalikan ke mesin waktu saat
menghadapi kenyataan suaminya juga pernah berselingkuh. Sejak saat itu, Rachel
tidak pernah menyukai sosok Jess lagi. ia kembali minum-minum hingga mabuk dan
tidak sadarkan diri.
Saat Rachel terbangun, tubuh
Rachel merasa sakit. Kepalanya berdarah. Bibirnya robek dan segala macam luka
memar yang tidak ia ketahui dari mana asalnya. Karena Rachel tidak mengingat
apa-apa pasca ia mabuk semalaman, akhirnya Rachel berobat ke rumah sakit. Tapi
betapa kagetnya dia, saat mendapat berita bahwa Megan Hipwell atau yang Rachel
kenal sebagai Jess, mengilang dari rumah sejak semalam.
Rachel bingung dan begitu
ketakutan.
Karena menghilangnya Megan,
adalah malam dimana Rachel mabuk berat dan tidak mengingat kejadian apa-apa.
Dan Rachel mencoba mencari tahu.
Aku tidak mengerti betapa orang bisa
dengan entengnya mengabaikan kerusakan yang mereka timbulkan gara-gara
mengikuti kata hati mereka. Siapa bilang mengikuti kata hatimu adalah sesuatu
yang baik? Itu egoisme murni, keegoisan tertinggi. – hal 40
My Review
Aku nggak tahu kenapa novel ini
bisa begitu menghebohkan dunia perbukuan dan bahkan di filmkan. Secara teknis,
buku ini berhasil bikin aku nguap-nguap nggak jelas sampai keluar air mata dan
tetap (berusaha keras) mencoba menghabiskan buku ini untuk mengetahui ending
yang di ciptakan oleh penulis. Apalagi aku cukup ketat menentukan standar
thriller yang aku baca. Dan novel ini entah bagian mana yang thrillernya? Aku
nggak tegang sama sekali, dan pelakunya udah ketebak sekitar di halaman 200an
(menjelang halaman 300an)
Hasilnya?
Aku nggak suka.
Aku nggak suka pemakaian sudut
pandang orang pertama yang bikin cerita ini bertele-tele. Di ceritakan dari
sudut pandang Rachel, Megan dan Anna dalam rentang waktu yang berbeda. Aku
bosan harus di paksa menikmati hari-hari mereka bertiga tanpa ada sesuatu yang
bisa aku hubungkan dengan kasus ini. Aku pikir, nanti ada petunjuk-petunjuk
yang di sisipkan penulis dalam keseharian Rachel, Megan dan Anna yang begitu
membosankan. SERIUS!!! Aku bosaaan.
Rachel dengan hobi mabuknya.
Megan yang asik berselingkuh. Dan Anna yang sibuk memproteksi diri serta
keluarganya dari Rachel yang sering menganggu Tom, mantan suami Rachel. Dan
tidak ada tokoh favorit dalam novel ini. semuanya bermasalah dan tidak bisa di
bilang menarik minat aku buat mengidolakan mereka.
Aku nggak suka dengan kasus
sederhana yang dibuat rumit, apalagi di panjang-panjangin sampai mencapai 400
halaman. Kasus ini simple. Teka-tekinya hampir nggak ada. Nggak ada twist
ending atau pun hal yang bisa buat aku wow.
Aku nggak suka dengan pengulangan
infomasi secara terus menerus tentang bagian dimana Rachel kehilangan
ingatannya di malam menghilangnya Megan. Karena ia sedang berkeliaran di tempat
itu saat Megan menghilang.
Dan aku nggak suka cara
penyelesaian kasus ini. Rasanya terlalu dibuat-buat. Nggak menarik sama sekali.
Pas Rachel berhadapan dengan penjahatnya pun adegan klise seperti dalam
film-film. Dimana saksi di tahan oleh penjahatnya dan di ajak ngobrol panjang
lebar, menjadi hal yang tidak aku katakan sukses.
Dan aku masih nggak habis pikir
kenapa novel ini mendapat respon yang luar biasa.
Secara keseluruhan, aku tidak
menemukan jiwa thriller-ku dalam novel ini. Aku juga nggak bisa rekomendasikan
untuk baca novel ini. Tapi yah kalau mau coba-coba untuk membaca, aku rasa
nggak ada salahnya. Tapi rasanya rugi aja menghabiskan waktu untuk duduk
menghabiskan novel dengan jumlah 430 halaman dan tidak menemukan apa-apa.
Sampai jumpa di review
selanjutnya ^^
***
review bukunya sangat bagus ya dan saya suka :)
BalasHapusbtw, saya jadi penasaran dengan isi bukunya, kira2 harga bukunya berapa ya mbak?
coba cek di olshop bukabuku.com .. link-nya ada di bawah gambar buku di postingan ini.
HapusPadahal dulu aku penasaran banget pengen baca buku ini mbak. Habisnya dri judul dan covernya seperti ada jiwa thrillernya.
BalasHapusgenre buku ini memang thriller, tapi aku kurang ngerasa thriller-nya. Kurang pas, kurang mantap dan kurang nendang *ini apaah? haha ...
Hapusuntungnya buku ini adalah hadiah, kalau saya beli sendiri, aduh nyesal kayaknya XD
Good news book lovers, The Girl On The Train Audiobook is available on AudioBooksNow.
BalasHapus