Selasa, 03 Mei 2016

[Review Buku] The Hunger Games - Suzanne Collins

The Hunger Games
by Suzanne Collins
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Alih bahasa oleh Hetih Rusli
Cetakan ke-10; Desember 2013; 408 hlm
Rate 5 of 5

Dua puluh empat peserta.
Hanya satu pemenang yang selamat.
Amerika Utara musnah sudah. Kini di bekasnya berdiri negara Panem, dengan Capitol sebagai pusat kota yang dikelilingi dua belas distrik. Katniss, gadis 16 tahun, tinggal bersama adik perempuan dan ibunya di wilayah termiskin di Distrik 12.
Karena pemberontakan di masa lalu terhadap Capitol, setiap tahun masing-masing distrik harus mengirim seorang anak perempuan dan anak lelaki untuk bertarung dan ditayangkan secara langsung di acara televisi The Hunger Games. Hanya ada satu pemenang setiap tahun. Tujuannya adalah : membunuh atau dibunuh.
Ketika adik perempuannya terpilih mengikuti The Hunger Games, Katniss mengajukan diri untuk menggantikannya. Dan dimulailah pertarungan yang takkan pernah dilupakan Capitol.


Gak nyangka akhirnya aku bisa baca juga buku kesatu dari seri The Hunger Games. Setelah masuk daftar wishlist buku yang paling aku inginkan, dan suatu hari bang! Aku dapat voucher buku dari giveaway #BacaBukuPerpus di blog Ira BookLovers. Sumpah senang banget (baca di sini kenapa aku sangat menginginkan buku ini).

Mungkin udah pada tahu kali ya garis besar cerita novel ini seperti apa, karena filmnya sendiri udah beberapa kali tayang di Fox Action Movies. Tapi aku ingin mengulas sedikit tentang The Hunger Games dari versi bukunya. Entar dch suatu hari aku bikin perbedaan mencolok antara The Hunger Games versi novel dan versi film.

Katniss Everdeen gadis berusia 16 tahun yang tinggal di Distrik 12 yang merupakan Distrik penghasil batu bara bagi Capitol. Kehidupan mereka sepenuhnya di atur oleh Capitol yang bahkan berhak mengambil putra dan putri dari setiap distrik untuk di ikutsertakan dalam acara tv The Hunger Games dimana mereka dipertontonkan untuk saling bunuh. Dan pemenangnya, dijanjikan kemewahan yang tidak pernah mereka bayangkan.

Dan tahun ini, untuk pertama kalinya nama Primrose Everdeen masuk dalam calon nominasi peserta The Hunger Games. Katniss berupaya keras agar nama adiknya tidak bertambah banyak di dalam bola-bola kaca dimana mereka akan mengundi nama-nama peserta The Hunger Games. Katniss bersyukur, nama Prim hanya ada satu di dalam bola kaca raksasa itu. sehingga kemungkinan terpilihnya Prim sangatlah kecil. Dan Katniss salah besar, karena Prim lah yang akan maju ke The Hunger Games.
“Aku mengajukan diri!” pekikku. “Aku mengajukan diri sebagai peserta!” – hal 30
Katniss maju menggantikan adiknya, dan ditemani Peeta Mellark sebagai pesaingnya di arena nanti. Peeta Mellark punya arti sendiri bagi kehidupan Katniss, meski mereka terikat dengan kisah roti yang terjadi saat mereka masih anak-anak dulu. Bagi Peeta, terpilihnya dia sebagai peserta The Hunger Games bersama Katniss, adalah cara yang mengejutkan agar dapat mengenal gadis yang ia sukai sejak lama. Mengenal dengan cara yang berbeda.

Persiapan demi persiapan dilakukan. Mereka di ajari untuk bagaimana bertahan hidup dengan mempelajari beberapa trik yang berguna untuk digunakan. Dan saat hari H tiba, Katniss harus merasa siap untuk melalui ini semua. Tidak akan ada yang bisa membantunya saat di arena nanti, bahkan Peeta sekalipun.
Dan itu berarti Peeta mellark yang baik hati, yang memberiku roti, sedang berusaha keras untuk membunuhku. – 71



My Review

Aku gak tahu pandangan aku terhadap novel ini bisa objektif atau tidak. Soalnya untuk alasan tertentu (baca di sini) aku nonton filmnya terlebih dahulu dan aku langsung jatuh cinta sama Peeta. Jadi pas baca novelnya pun, aku tidak bisa tidak mencintai anak tukang roti itu. Dia adalah tokoh utama yang berhasil merebut perhatian aku setelah sekian lama aku menyukai Harry Potter.

Karakter Katniss begitu menonjol disini, bukan hanya karena sudut pandang menggunakan sudut pandangnya, tapi juga karena sifat dan karakternya yang mandiri serta cepat tanggap. Mungkin efek dari seringnya berburu hewan untuk dijadikan makanan, membuat Katnis menjadi pribadi yang sulit di dekati. Ia cenderung mencurigai lawannya. Sering kali Katniss pun salah menilai seseorang. Misalnya aja Haymitch, pemabuk yang menjadi mentor di The Hunger Games dan Peeta, cowok baik-baik yang pandai mengambil simpati orang lain. Pokoknya, Katniss selalu curiga dengan apapun.

Sedangkan Peeta, meski hanya diceritakan oleh Katniss, adalah cowok mellow yang super sweet. Bagi Katniss, Peeta adalah cowok yang sulit ditebak. Di satu sisi Peeta bisa menampilkan wajah sendu dan ramah yang baik hati, tapi di sisi lain terkadang Peete bisa bertindak atau bersikap menyembunyikan sesuatu dari Katniss. Belum lagi sifat Peeta yang sangat pintar mengambil hati dengan kata-kata, sehingga membuat Katniss mencurigai niat-niat Peeta. Dan kesimpulan akhir itu Katniss peroleh ketika di arena, Peete bersekutu dengan Cato, salah satu perserta yang terkenal sadis dan berdarah dingin.

Aksi-aksi kekerasan di sini sangat intes sekali. Inilah salah satu daya pikat novel ini. Biasanya, aksi kekerasan lebih banyak dilakoni oleh tokoh-tokoh lebih dewasa. Tapi ini anak remaja berumur 16 tahun dan mereka harus mempertahankan hidup dari kerasnya pemerintahan Capitol yang begitu kejam. Dan aku rasa target pembaca novel ini harus sedikit lebih dewasa daripada seharusnya. Kehidupan Katniss di arena menjadi hal yang sangat-sangat aku sukai, dan aku gak bisa berhenti buat baca novel ini.

Kisah remaja tentu gak lepas dari kisah percintaan, dan demi apapun aku menyukai kisah cinta mereka yang satu ini. Kayaknya ini adalah kisah cinta pertama yang berhasil mencuri perhatian aku. Aku suka sekali interaksi Katniss-Peeta saat di arena, mereka saling melindungi satu sama lain, dan mereka berakting layaknya pasangan yang jatuh cinta setengah mati. Walaupun Peeta tidak berakting saat mencintai Katniss, dan bayangin betapa kecewanya Peeta saat tahu semua perhatian dan kasih sayang Katniss hanya akting agar bertahan hidup di arena? Ini bagian terbaiknya, Katniss merasa nyaman berdekatan dengan Peeta, tapi pikiraanya tidak pernah lepas dari Gale. *depak Gale jauh-jauh*
Kupegang tangan Peeta, kugenggam erat-erat, aku bersiap-siap menghadapi kamera, dan ngeri membayangkan saat ketika akhirnya aku harus melepaskan genggaman tangan Peeta. – hal 406
Secara keseluruhan, aku sangat menyukai novel ini. Menyukai Katniss dan mencintai Peeta. Buku ini aku rekomendasikan untuk remaja yang ingin mencari tema yang baru. Dan bumbu percintaannya pun tetap asik buat di nikmati.

***

Tulisan ini diikutsertakan dalam:



G+

2 komentar:

  1. Hmm kalau saya sih perasaan udah nonton filmnya. Btw kebanyakan novel yg diadaptasi jadi film gitu banyak kejadian yg di cut di filmnya, jadi gaseru deh. I mean ga seseru kalo pas baca bukunya langsung. hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai jefry ...

      Aku setuju dengab kamu. Pas pertama kali nonton hunger games, ada yang aneh menurut aku. Ternyata setelah baca novelnya, baru sadar banyak adegan yang memang di hilangkan.

      Thanks udah mampir ya ^^

      Hapus

Berikan komentarmu disini

 
;