Jumat, 08 April 2016

[Review Buku] Simfoni Bulan by Feby Indriani

Simfoni Bulan
oleh Feby Indriani
Penerbit MediaKita
Desain Sampul oleh Iksaka Banu
Cetakan pertama; Januari 2006; 206 hlm
Rate 4 of 5

Setelah lima tahun menjadi jurnalis, Bulan memutuskan berhenti dan beralih menjadi penulis novel. Terbiasa bekerja dengan fakta dan data aktual ternyata memandulkan kemampuannya berimaginasi. Ia tak bisa menulis, jika tak mengalaminya sendiri. Maka ketika hendak menulis sebuah novel tentang pelacur, persis itulah yang dijalaninya, menjadi pelacur untuk observasi partisipatoris. Demi sebuah proses mengalami.
***
Bulan menjadi pelacur. Keputusan nekat dan gila yang di ambil untuk sebuah novel yang sedang ia kerjakan. Ia bersikeras bahwa ia harus mendalami peran sebagai pelacur, atau isi novelnya hanya akan berisi teori dan ungkapan tanpa makna. Dan Bulan berusaha meyakinkan diri bahwa ini hanya “pekerjaan”.
Tenang Bulan, selama ini toh kelakuanmu sudah mirip pelacur, katanya pada diri sendiri. Kehilangan keperawanan di bangku SMA, pacaran dengan banyak lelaki, tidur dengan suami orang, apalagi? – hal 2
Ternyata menjadi pelacur tidak mudah. Bulan tidak bisa memilih dengan siapa dia bisa bercinta atau dengan siapa dia ingin merasa puas. Setiap laki-laki yang disodorkan kepadanya wajib di layani, suka atau tidak.  Dan tugas pelacur bukan hanya menjadi pemuas nafsu, tapi juga harus bisa membangkitkan rasa puas (harga diri) pada laki-laki. Dengan cara memikirkan trik yang special di atas tempat tidur.
Lebih dari sekedar untuk hubungan seks, lelaki yang menyewa pelacur sebetulnya membeli konsep diri mereka. Membeli harga diri mereka sendiri. – hal 9
Bulan bertemu dengan Visya, penulis misterius yang ia idolakan sejak lama. Penulis “sinting” yang selalu menuai kontrofersi setiap novelnya, bahkan aksi di dunia nyata tidak luput dari perhatian orang. Ketika Visya melakukan acara temu untuk membicarakan bukunya, ia bertemu Bulan yang nekat menaiki mobilnya tanpe permisi.

Bulan mungkin saja tidak pernah melupakan di mana ia bisa bertemu dengan penulis kesukaannya, tapi ia juga tidak bisa melupakan malam yang mereka habiskan bersama. Malam yang menentukan jalan hidup Bulan selanjutnya.

Ketika darah kedua mereka bersatu, Bulan tidak akan bisa lepas dari jerat Visya selamanya.
“Tidak ada yang memiliki siapa-siapa. Darah kita sudah menyatu. Kamu tidak akan bisa lepas dariku. Dan aku, aku tidak akan membiarkanmu tenggelam dalam kubangan comberan!” – hal 152

***

Pertama mau bilang, aku tidak pernah respect dengan tokoh wanita yang memilih pekerjaan sebagai wanita penghibur, sejenis pelacur. Dan jujur aja aku selalu benci harus menikmati kisah seperti itu. Karena dengan membaca kisah seperti itu, seolah-oleh penulis ingin mengajak pembaca untuk tidak menghakimi pekerjaan tersebut (entah iya pun menjadi pelacur bisa di sebut pekerjaan). Karena otomatis penulis akan mengajak kita untuk memahami kenapa seorang wanita memilih jadi pelacur. Dan sekali lagi, aku tidak suka. Cenderung benci sebenarnya. Termasuk untuk novel ini ....

Tapi rating 4 yang aku sematkan di atas tidak lain dan tidak bukan untuk alur cerita yang menawan. Membius aku untuk terus membaca lanjutan kisah ini hingga habis. Bagaimana kehidupan Bulan menjadi pelacur dan melayani laki-laki yang paling tidak masuk dalam katagori menarik sekalipun. Dan bagaimana penulis membuat dilema itu dari diri Bulan benar-benar bisa bikin aku mengernyit.
“Lagian susah amat sih Cuma tinggal ngangkang terus enak aja! Lo juga doyan, kan?” cibir Steve pedas. – hal 67

konflik

Di dalam novel ini bukan hanya kehidupan Bulan sebagai pelacur, tapi kita di bawa untuk menelusuri kehidupan Bulan bersama ibu dan Adit (adik tirinya), ketika Bulan cukup besar untuk mengetahui bahwa ibunya tidak jauh beda dengan pelacur saat tidur dengan suami orang, dan melahirkan Adit.

Lalu ada juga Bulan menjadi seorang ibu angkat dari seorang anak bernama Bayu. Anak seorang pelacur yang ibunya meninggal saat sedang menjalankan “tugas”. Bayu kerap kali mengatakan kata-kata porno dan suka memaki dengan bahasa-bahasa kasar yang tidak kalah pornonya. Membuat Bulan sering bingung menghadapi anak tersebut.

Dan akhirnya kisah Visya, penulis yang benar-benar sinting. Ini pas aku bilang sinting, emang benar sinting banget karakternya. Rasanya karakter dia itu paling kuat di antara semua karakter. Aku bahkan bisa ngebanyin sosok dia yang menawan dengan wajah penuh luka tipis. Contoh aja kegilaan dia itu dalah hobinya yang suka melihat darah, jadi dia suka ngelukai tubuhnya sendiri dengan silet dan menaburi dengan garam. Gila?

Banyak kutipan yang menarik dalam novel ini.  Segala yang di tulis dalam novel ini di ambil dari sudut pandang seorang Bulan. Sudut pandang yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya, meski kadang-kadang sudut pandang itu melawan cara berpikir mayorits.
“Omong kosong orang-orang pintar yang bicara kemiskinan di ruangan-ruangan nyaman berpendingin. Persetan pada para dai yang ceramah soal moral tanpa pernah tahu betapa iman mungkin hanya seharga mi instan atau beberapa liter beras. Ini hidup. Bukan ajang verifikasi ayat-ayat kitab suci.” – hal 4

Ending

Banyak hal yang tidak selesai dalam novel ini. Dan menurut aku sih wajar aja, karena penulis hanya mengambil sudut pandang Bulan, jadi kita tidak tahu bagaimana nasib ibu Bulan,  bagaimana dengan lelaki yang dicintai Bulan, dan bagaimana dengan Visya.

Tapi halaman terakhir buku ini benar-benar sama sekali tidak menuntaskan apa-apa. Justru malah membuat aku jadi bertanya-tanya, apa novel ini ada lanjutanya?

Kekurangan yang paling aku sesali adalah, aku tidak tahu makna apa yang tersembunyi dari balik novel ini. Apa tujuan Bulan menjadi seorang pelacur sudah membuahkan hasil? Atau apakah ada penyesalan di hati Bulan atas semua tindakan yang sudah ia lakukan.

Secara keseluruhan, aku menyukai novel ini. Kecuali bagian Bulan adalah pelacur. Novel ini novel dewasa karena mengandung konten-konten yang cukup vulgar. Dan aku cukup rekomdasikan novel ini untuk bacaan yang penyuka kisah yang rada serius.
Manusia, tidak cukup hanya membunuh tapi memilih cara paling menyakitkan demi kenikmatan sendiri. 51
Sampai jumpa di review selanjutnya

Happy reading All ^^

***


Tulisan ini diikutsertakan dalam:


G+

1 komentar:

  1. Would you like to get 30 bitcoin-related referrals per month, for free?

    Here's Exactly How:

    1. Claim 3,000 minimum (50,000 max.) free satoshi per 24h from the Mellow Ads Faucet.

    2. Start a 24 hours network-wide campaign (fix the budget using all of your claimed satoshi) promoting a bitcoin related referral URL.

    3. Upon the campaign's completion, re-claim and re-start.

    BalasHapus

Berikan komentarmu disini

 
;