Simfoni
Bulan
oleh Feby
Indriani
Penerbit
MediaKita
Desain
Sampul oleh Iksaka Banu
Cetakan
pertama; Januari 2006; 206 hlm
Rate 4 of 5
Setelah lima tahun menjadi jurnalis, Bulan
memutuskan berhenti dan beralih menjadi penulis novel. Terbiasa bekerja dengan
fakta dan data aktual ternyata memandulkan kemampuannya berimaginasi. Ia tak
bisa menulis, jika tak mengalaminya sendiri. Maka ketika hendak menulis sebuah
novel tentang pelacur, persis itulah yang dijalaninya, menjadi pelacur untuk
observasi partisipatoris. Demi sebuah proses mengalami.
***
Bulan menjadi pelacur. Keputusan nekat dan
gila yang di ambil untuk sebuah novel yang sedang ia kerjakan. Ia bersikeras
bahwa ia harus mendalami peran sebagai pelacur, atau isi novelnya hanya akan
berisi teori dan ungkapan tanpa makna. Dan Bulan berusaha meyakinkan diri bahwa
ini hanya “pekerjaan”.
Tenang Bulan, selama ini toh kelakuanmu sudah
mirip pelacur, katanya pada diri sendiri. Kehilangan keperawanan di bangku SMA,
pacaran dengan banyak lelaki, tidur dengan suami orang, apalagi? – hal 2
Ternyata menjadi pelacur tidak mudah. Bulan
tidak bisa memilih dengan siapa dia bisa bercinta atau dengan siapa dia ingin
merasa puas. Setiap laki-laki yang disodorkan kepadanya wajib di layani, suka
atau tidak. Dan tugas pelacur bukan
hanya menjadi pemuas nafsu, tapi juga harus bisa membangkitkan rasa puas (harga
diri) pada laki-laki. Dengan cara memikirkan trik yang special di atas tempat
tidur.
Lebih dari sekedar untuk hubungan seks,
lelaki yang menyewa pelacur sebetulnya membeli konsep diri mereka. Membeli
harga diri mereka sendiri. – hal 9
Bulan bertemu dengan Visya, penulis misterius
yang ia idolakan sejak lama. Penulis “sinting” yang selalu menuai kontrofersi
setiap novelnya, bahkan aksi di dunia nyata tidak luput dari perhatian orang.
Ketika Visya melakukan acara temu untuk membicarakan bukunya, ia bertemu Bulan
yang nekat menaiki mobilnya tanpe permisi.
Bulan mungkin saja tidak pernah melupakan di
mana ia bisa bertemu dengan penulis kesukaannya, tapi ia juga tidak bisa
melupakan malam yang mereka habiskan bersama. Malam yang menentukan jalan hidup
Bulan selanjutnya.
Ketika darah kedua mereka bersatu, Bulan
tidak akan bisa lepas dari jerat Visya selamanya.
“Tidak ada yang memiliki siapa-siapa. Darah
kita sudah menyatu. Kamu tidak akan bisa lepas dariku. Dan aku, aku tidak akan
membiarkanmu tenggelam dalam kubangan comberan!” – hal 152
***
Pertama mau bilang, aku tidak pernah respect dengan tokoh wanita yang memilih
pekerjaan sebagai wanita penghibur, sejenis pelacur. Dan jujur aja aku selalu
benci harus menikmati kisah seperti itu. Karena dengan membaca kisah seperti
itu, seolah-oleh penulis ingin mengajak pembaca untuk tidak menghakimi
pekerjaan tersebut (entah iya pun menjadi pelacur bisa di sebut pekerjaan).
Karena otomatis penulis akan mengajak kita untuk memahami kenapa seorang wanita
memilih jadi pelacur. Dan sekali lagi, aku tidak suka. Cenderung benci
sebenarnya. Termasuk untuk novel ini ....
Tapi rating 4 yang aku sematkan di atas tidak
lain dan tidak bukan untuk alur cerita yang menawan. Membius aku untuk terus
membaca lanjutan kisah ini hingga habis. Bagaimana kehidupan Bulan menjadi
pelacur dan melayani laki-laki yang paling tidak masuk dalam katagori menarik
sekalipun. Dan bagaimana penulis membuat dilema itu dari diri Bulan benar-benar
bisa bikin aku mengernyit.
“Lagian susah amat sih Cuma tinggal ngangkang
terus enak aja! Lo juga doyan, kan?” cibir Steve pedas. – hal 67
konflik
Di dalam novel ini bukan hanya kehidupan
Bulan sebagai pelacur, tapi kita di bawa untuk menelusuri kehidupan Bulan
bersama ibu dan Adit (adik tirinya), ketika Bulan cukup besar untuk mengetahui
bahwa ibunya tidak jauh beda dengan pelacur saat tidur dengan suami orang, dan
melahirkan Adit.
Lalu ada juga Bulan menjadi seorang ibu
angkat dari seorang anak bernama Bayu. Anak seorang pelacur yang ibunya
meninggal saat sedang menjalankan “tugas”. Bayu kerap kali mengatakan kata-kata
porno dan suka memaki dengan bahasa-bahasa kasar yang tidak kalah pornonya.
Membuat Bulan sering bingung menghadapi anak tersebut.
Dan akhirnya kisah Visya, penulis yang
benar-benar sinting. Ini pas aku bilang sinting, emang benar sinting banget
karakternya. Rasanya karakter dia itu paling kuat di antara semua karakter. Aku
bahkan bisa ngebanyin sosok dia yang menawan dengan wajah penuh luka tipis.
Contoh aja kegilaan dia itu dalah hobinya yang suka melihat darah, jadi dia
suka ngelukai tubuhnya sendiri dengan silet dan menaburi dengan garam. Gila?
Banyak kutipan yang menarik dalam novel
ini. Segala yang di tulis dalam novel
ini di ambil dari sudut pandang seorang Bulan. Sudut pandang yang tidak pernah
kita pikirkan sebelumnya, meski kadang-kadang sudut pandang itu melawan cara
berpikir mayorits.
“Omong kosong orang-orang pintar yang bicara
kemiskinan di ruangan-ruangan nyaman berpendingin. Persetan pada para dai yang
ceramah soal moral tanpa pernah tahu betapa iman mungkin hanya seharga mi
instan atau beberapa liter beras. Ini hidup. Bukan ajang verifikasi ayat-ayat
kitab suci.” – hal 4
Ending
Banyak hal yang tidak selesai dalam novel
ini. Dan menurut aku sih wajar aja, karena penulis hanya mengambil sudut
pandang Bulan, jadi kita tidak tahu bagaimana nasib ibu Bulan, bagaimana dengan lelaki yang dicintai Bulan,
dan bagaimana dengan Visya.
Tapi halaman terakhir buku ini benar-benar
sama sekali tidak menuntaskan apa-apa. Justru malah membuat aku jadi
bertanya-tanya, apa novel ini ada
lanjutanya?
Kekurangan yang paling aku sesali adalah, aku
tidak tahu makna apa yang tersembunyi dari balik novel ini. Apa tujuan Bulan
menjadi seorang pelacur sudah membuahkan hasil? Atau apakah ada penyesalan di
hati Bulan atas semua tindakan yang sudah ia lakukan.
Secara keseluruhan, aku menyukai novel ini.
Kecuali bagian Bulan adalah pelacur. Novel ini novel dewasa karena mengandung
konten-konten yang cukup vulgar. Dan aku cukup rekomdasikan novel ini untuk
bacaan yang penyuka kisah yang rada serius.
Manusia, tidak cukup hanya membunuh tapi
memilih cara paling menyakitkan demi kenikmatan sendiri. – 51
Sampai
jumpa di review selanjutnya
Happy
reading All ^^
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam:
Would you like to get 30 bitcoin-related referrals per month, for free?
BalasHapusHere's Exactly How:
1. Claim 3,000 minimum (50,000 max.) free satoshi per 24h from the Mellow Ads Faucet.
2. Start a 24 hours network-wide campaign (fix the budget using all of your claimed satoshi) promoting a bitcoin related referral URL.
3. Upon the campaign's completion, re-claim and re-start.