Kamis, 17 Maret 2016

NGEMIS: Aman Gak Sih Novel Young Adult Terjemahan di Baca Untuk Segala Usia?



Setelah minggu kemarin ngebahas Young Adult Novel Lokal, kali ini aku mau ngomongin tentang Young Adult Novel Terjemahan.

Postingan ini aku buat setelah membaca novel YA dari penerbit Spring, To The Boys I’ve Love Before dan sekuelnya, P.S. I Still Love You. Sebelumnya aku gak pernah baca YA, kecuali seri Fear Street karya R.L. Stineyang entah bisa disebut dengan YA atau gak dan itu pun genre misteri ataupun horor. Selain itu aku tetap berkutat dengan novel bergenre dewasa. Dan jauh dari genre romantisme.

Trus kenapa dengn kedua novel tersebut?


Kedua novel tersebut kan karya Jenny Han dengan genre romantis. Kisah-kisah remaja SMA yang terjebak dengan kisah cinta. Aku akui, aku sangat menikmati karya tersebut, meski emang tetap kurang sreg aja sama romantisme-nya. Sebagai pembaca baru di genre ini, aku memang suka membanding-bandingkan adegan romantis yang ditawarkan oleh penulis.

Aku cukup kaget, saat mengetahui bahwa novel dengan katagori YA ini ada adegan dewasanya. Ingat dong yang dipemandian air panas, terus ciuman yang sambil pegang payudara sampai pembahasan hubungan intim. Malah dapat nasihat dari orang yang lebih tua untuk memulai hubungan intim.

Wow!!

Aku cukup kaget dan gak tau mau ngomong apa. Aku cukup syok pas tau ada anak SMP yang baca novel ini. Soalnya pembaca novel ini tergolong masih jauh dari kata dewasa.

Mungkin karena dia udah terbiasa “aman” dengan bacaan YA novel lokal, sehingga tidak memikirkan kemungkinan adegan yang tidak pantas di baca oleh anak seusia mereka.

Aku gak tau mau nyalahin siapa, tapi yang jelas sebagai seorang ibu aku memiliki perasaan yang lebih peka untuk hal-hal yang kayak gini. Aku pengen menuntut tanggung jawab kenapa bisa bacaan seperti itu di baca oleh anak di bawah umur?

Kenapa?

Apa aku harus nyalahin pembacannya? Udah jelas-jelas katagori YA eh tetap malah di comot.

Nah trus gimana gak di comot, promosi dari penerbit dan reviewer sendiri sangat bagus. Gak munafik, aku malah memberikan rating 5 untuk novel tersebut. Siapa coba yang gak tergoda? Seperti yang kita ketahui, pembelian suatu buku itu tergantung reviewer yang banyak di internet.

Lalu pertanyaannya, siapa yang harus disalahkan?

Mungkin daripada mencari siapa yang patut disalahkan, kenapa gak cari solusi yang tepat untuk masalah ini. Aku punya beberapa solusi yang bisa digunakan untuk melakukan pencegahan terulangnya hal ini.

1. Setiap reviewer, tolong tetapkan target umur pembaca untuk suatu novel. Karena reviewer punya tanggung jawab dalam menentukan hal tersebut. Contohnya aku, aku bisa aja tulis novel A ini super keren dan wajib punya, padahal aku tahu, novel itu ada adegan yang tidak pantas. Jadi di setiap akhir atau awal review, tolong jelaskan target usia berapa novel tersebut. Karena beberapa yang aku lihat, reviewer mengabaikan peringatan seperti itu.

2. Ada baiknya juga, Penerbit yang khusus menerjemahkan novel luar negeri, memberikan batasan umur yang jelas di cover depan, misalnya dengan tanda 18+. Karena seperti yang kita ketahui, standar YA novel lokal dan YA novel luar negeri beda jauh. Belum lagi budaya-budaya mereka yang bertentangan dengan budaya timur seperti Indonesia. Dan pemberian tanda (dengan usia) ini pun sangat membantu orang tua untuk memantau bacaan anak-anaknya. Beberapa orang tua mungkin paham dengan arti Young Adult (YA) nah bagi yang gak paham gimana? Kan sayang, orang tua tersebut secara gak langsung ikut membiarkan anaknya membaca yang belum pantas di bacanya.

3. Dan untuk orang tua sendiri, termasuk aku. Awasi bacaan anak-anak. Kalau perlu kepoin internet, cari tahu buku apa yang sedang dibaca. Kecuali kalau anak udah menginjak remaja dewasa, aku rasa itu gak perlu di awasi lagi. Mereka cukup paham memilah bacaan yang harus mereka baca.


Selain dua novel di atas, novel YA terjemahan yang udah aku baca itu The Lunar Chronicles: Cinder. Dan itu menurut aku cukup aman di baca untuk segala usia. Konflik percintaannya juga aman di konsumsi, dan konflik antar manusianya pun menarik.

Dan aku harap dari pembaca sekalian ada yang bisa memberi masukan untuk solusi atau mengkritik dan memberi saran untuk tulisan ini.

Sampai jumpa di NGEMIS: Ngobrol Manis di Hari Kamis minggu depan ^^
~:o0o:~

G+

6 komentar:

  1. standar memang beda luar negeri sama dalam negeri soal kesesuaian umur, apalagi di bandingin sama jepang hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maka dari itu sih, aku berharap ada perbedaan yang jelas ketika suatu penerbit mempromosikan buku-buku mereka.

      thanks ya udah mampir ^^

      Hapus
  2. makasih informasi reviewnya, kayaknya demen banget sama novel itu kelihatan dari semangat ngereviewnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku memang suka sama novelnya, cuma kurang suka pas baca isinya yang gak cocok sama remaja di Indonesia. Beda standar "Young Adult"-nya ...

      thanks ya udah mampir ^^

      Hapus
  3. Dari pandanganku sendiri, yang mana aku masih SMP kelas 9, novel-novel YA memang jadi favoritku. Meskipun banyak adegan yang kurang pantas, toh, aku baca bukan buat itu dan aku memang masih bisa menyortir adegan mana yang pantas aku tiru mana yang gak pantas. Sayangnya, gak semua pembaca 'muda' yang bisa kayak gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Hai Yuki ...

      Senang banget ada remaja muda seperti kamu. Udah bisa bertanggung jawab sama bacaan yang kamu pilih dan terpenting Bisa memilah-milah yang mana yang baik dan buruk ^^

      Hapus

Berikan komentarmu disini

 
;