Kamis, 18 Februari 2016

[Review Buku] Endless Love - Wu Xiao Yue



Endless Love
by Wu Xiao Yue
Penerbit Haru
Penerjemah oleh Jeanni Hidayat
Cover designer oleh Angelina Setiani
Cetakan ke-1; Januari 2015; 278 hlm
Rate 3 of 5

Mereka dipertemukan oleh seutas benang merah.
Bermula dari suatu kejadian yang melibatkan benang merah, kenangan-kenangan manis di antara mereka pun perlahan terukir. Namun seiring dengan berlalunya waktu, salah seorang dari mereka memilih untuk mengubur kenangan itu dalam-dalam.
Siapa yang mengira bahwa Liang Jing Hao, laki-laki dingin perwakilan perusahaan Red Line Soft Tech yang berhati dingin, dulunya adalah pra yang selalu penuh dengan tawa?
Dan siapa juga yang akan menyangka bahwa Song Rui En, pelukis jalanan yang selalu menunggu di depan bandara itu, dulunya adalah wanita yang hidup penuh kemewahan?
Saat mereka bertemu kembali, dapatkah kenangan tentang benang merah itu menghadirkan kebahagian bagi kedua orang tersebut?
Atau... malah sebaliknya?

Ling Jing Hao kembali ke Taiwan setelah tiga tahun lamanya melarikan diri ke Jepang. Meninggalkan semua kenangan, sahabat dan wanita yang ia cintai, Song Rui En. Sebaliknya, Rui En dengan setia menanti kepulangan Jing Hao di Bandara, sambil mencari nafkah dengan melukis wajah-wajah orang yang meminta jasanya.

Jing Hao bertekad tidak ingin menemui Rui En. Karena wanita itulah penyebab semua nasib buruk yang menimpanya selama ini. Meski dengan begitu ia harus mengubur semua rasa cinta untuk wanita itu selamanya.
Pria itu berpikir, andai dirinya tidak jatuh cinta pada Rui En, mungkin ayahnya tidak akan mati. – hal 7

Walaupun Jing Hao bertekad tidak ingin bertemu dengan Rui En, tapi benang merah yang telah mengikat mereka beberapa tahun lalu tidak bisa dipungkiri akan tetap terus mempermainkan perasaan kedua insan tersebut.

Rui En akhirnya bertemu dengan Jing Hao di bandara. Sesuai dugaannya, ia yakin Jing Hao akan muncul dari tempat tersebut. Tapi betapa hancurnya Rui En ketika ia melihat Jing Hao mencium seorang wanita cantik, bernama Xu Xin Jie.
Setiap orang yang sembahyang untuk meminta ketenangan pada Tuhan, kalau bukan kalau bukan ke wihara maka pasti ke gereja. Namun, bagi dirinya bandara ini layaknya sebuah wihara. Tempat dimana ia bisa memohon untuk mendapatkan kembali kebahagiannya. – hal 42
Parahnya, Jing Hao sama sekali tidak ingin menjelaskan apa-apa kepada Rui En yang sedang bersedih.

***

Ini M-Novel kedua yang aku baca setelah The Stolen Years (baca review disini) dan entah kenapa keduanya memiliki persamaan yang, menurut aku unik banget. Kedua tokoh utamanya sama-sama memiliki sifat-sifat yang berlawanan tapi sekaligus cute banget ^^

Beberapa chapter di awalnya bikin penasaran. Sumpah penasaran banget. Walaupun Jing Hao digambarkan sosok dingin yang pelit senyum, tapi ia selalu memikirkan Ruin En. Meski ia sama sekali tidak ingin melihat wanita itu. Membuat aku bertanya-tanya apa sebenarnya yang di lakukan oleh Rui En ini kepada Jing Hao.

Rupanya setelah sampai di chapter yang menceritakan awal pertemuan Jing Hao – Rui En, sampai mereka menjalin hubungan pun, aku malah belum menemukan jawaban sama sekali. Dalam hati udah nanya-nanya, apa sih maunya penulis haha ....

Tapi gak butuh waktu lama untuk mengetahui kebenarannya. Dan ada alasan yang sangat meyedihkan di balik itu semua.
Di jalan sepi dengan sinar yang remang, Tuhan seolah sedang bercanda pada mereka dengan membuat untaian benang merah panjang yang menghubungan mereka berdua....− hal 52
Oke. Ini seharusnya sedihkan? Tapi kok aku gak ngerasa sedih ya. Banyak adegan yang bisa menguras air mata disini, bahkan air mata akibat ketawa mati-matian juga ada. Dan itu pas pertemuan Jing Hao – Rui En pertama kali. Itu asli ngakak kocak. Gak kebayang aku kalau jadi Rui En, mungkin udah aku tempeleng si Jing Hao *ketawa evil*

Hm, menurut aku di novel ini ada beberapa bagian yang terkesan “tergesa-gesa” di buat oleh penulis. Sebenarnya bagus sih, penulis gak bertele-tele dengan adegan yang gak penting untuk di bahas, penulis memang fokus pada kisah cinta Jing Hao-Rui En. Tapi aku tetap ngerasa gak nyaman gimana penulis membuat alur cerita ini terlalu cepat.

Tapi untuk beberapa hal, aku sih sebenarnya pengen lebih banyak showing daripada telling. Apalagi ketika adegan Rui En yang ingin mendapatkan perhatian Jing Hao kembali, itu sama sekali gak ada adegannya, Cuma telling bla bla bla

Ada beberapa hal yang agak aneh menurut aku:

Pertama, ada di bab awal memang dijelaskan kondisi ayah Jing Hao yang agak menyedihkan setelah istrinya meninggal. Tapi di chapter selanjutnya ada di sebut-sebut Jing Hao sering di pukul ayahnya, padahal di chapter pertama gak ada tu disebut-sebut soal pemukulan. Dan alasan ini yang mendekatkan Jing Hao dengan Xin Jie.

Kedua, di chapter pertama Jing Hao melihat pemakaman ayahnya, tapi kok fakta yang terkuak di akhirnya agak janggal. Dan alasan ini pula lah yang membuat Jing Hao memutuskan melupakan Rui En.

Aku jadi berkomentar, cuma gara-gara gitu doang, makanya marahan?

Ketiga, Jing Hao kan begitu khawatir tu sama si Xin Jie, tapi kenapa Jing Hao enteng aja ngelepas dia begitu aja setelah tahu semuanya. Padahal di awal-awal dia gak tega nyakitin hati Xin Jie. Dan ketidakjelasan Xin Jie di dalam novel ini pun bikin bingung, malah dia ilang aja tanpa kabar di tengah-tengah cerita.

Banyak hal yang aku sukai di awal-awal chapter, tapi menjelang ending semuanya terasa di paksakan. Penulis membuat jawaban-jawaban yang ingin aku tanyakan terkesan biasa saja, padahal rasa penasaran ini udah dibangun begitu hebat ketika aku membaca di awalnya.

Secara keseluruhan, aku menyukai buku ini. menyukai kegigihan Rui En yang bertekad untuk membuat Jing Hao mencintainya lagi. Menyukai bagaimana Jing Hao melepas semuanya dan memilih hidup yang ia sukai. Dan pokoknya banyaklah yang aku suka. Terlepas dari beberapa kejanggalan yang ada di dalam novel ini.

Ah setelah membaca dua M-Novel dari Haru, rasanya aku pengen baca lagi yang M-Novel gini. Cuma kendalanya, aku masih gak terbiasa dengan nama-namanya yang suka kebalik antara cewek dan cowok haha. Tapi selebihnya, aku mulai suka dengan M-Novel, meski agak melankolis.

***

Tulisan ini diikutsertakan dalam:



G+

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentarmu disini

 
;