Endless Love
by Wu Xiao Yue
Penerbit Haru
Penerjemah oleh Jeanni Hidayat
Cover designer oleh Angelina Setiani
Cetakan ke-1; Januari 2015; 278 hlm
Rate 3 of 5
Mereka
dipertemukan oleh seutas benang merah.
Bermula dari suatu kejadian yang
melibatkan benang merah, kenangan-kenangan manis di antara mereka pun perlahan
terukir. Namun seiring dengan berlalunya waktu, salah seorang dari mereka
memilih untuk mengubur kenangan itu dalam-dalam.
Siapa yang mengira bahwa Liang Jing
Hao, laki-laki dingin perwakilan perusahaan Red Line Soft Tech yang berhati
dingin, dulunya adalah pra yang selalu penuh dengan tawa?
Dan siapa juga yang akan menyangka
bahwa Song Rui En, pelukis jalanan yang selalu menunggu di depan bandara itu,
dulunya adalah wanita yang hidup penuh kemewahan?
Saat mereka bertemu kembali,
dapatkah kenangan tentang benang merah itu menghadirkan kebahagian bagi kedua
orang tersebut?
Atau... malah sebaliknya?
Ling Jing Hao kembali
ke Taiwan setelah tiga tahun lamanya melarikan diri ke Jepang. Meninggalkan semua
kenangan, sahabat dan wanita yang ia cintai, Song Rui En. Sebaliknya, Rui En
dengan setia menanti kepulangan Jing Hao di Bandara, sambil mencari nafkah
dengan melukis wajah-wajah orang yang meminta jasanya.
Jing Hao bertekad
tidak ingin menemui Rui En. Karena wanita itulah penyebab semua nasib buruk
yang menimpanya selama ini. Meski dengan begitu ia harus mengubur semua rasa
cinta untuk wanita itu selamanya.
Pria itu berpikir, andai dirinya
tidak jatuh cinta pada Rui En, mungkin ayahnya tidak akan mati. – hal 7
Walaupun Jing Hao
bertekad tidak ingin bertemu dengan Rui En, tapi benang merah yang telah
mengikat mereka beberapa tahun lalu tidak bisa dipungkiri akan tetap terus
mempermainkan perasaan kedua insan tersebut.
Rui En akhirnya
bertemu dengan Jing Hao di bandara. Sesuai dugaannya, ia yakin Jing Hao akan
muncul dari tempat tersebut. Tapi betapa hancurnya Rui En ketika ia melihat
Jing Hao mencium seorang wanita cantik, bernama Xu Xin Jie.
Setiap orang yang sembahyang untuk
meminta ketenangan pada Tuhan, kalau bukan kalau bukan ke wihara maka pasti ke
gereja. Namun, bagi dirinya bandara ini layaknya sebuah wihara. Tempat dimana
ia bisa memohon untuk mendapatkan kembali kebahagiannya. – hal 42
Parahnya, Jing Hao
sama sekali tidak ingin menjelaskan apa-apa kepada Rui En yang sedang bersedih.
***
Ini M-Novel kedua yang
aku baca setelah The Stolen Years (baca review disini) dan entah kenapa
keduanya memiliki persamaan yang, menurut aku unik banget. Kedua tokoh utamanya
sama-sama memiliki sifat-sifat yang berlawanan tapi sekaligus cute banget ^^
Beberapa chapter di
awalnya bikin penasaran. Sumpah penasaran banget. Walaupun Jing Hao digambarkan
sosok dingin yang pelit senyum, tapi ia selalu memikirkan Ruin En. Meski ia
sama sekali tidak ingin melihat wanita itu. Membuat aku bertanya-tanya apa
sebenarnya yang di lakukan oleh Rui En ini kepada Jing Hao.
Rupanya setelah sampai
di chapter yang menceritakan awal pertemuan Jing Hao – Rui En, sampai mereka
menjalin hubungan pun, aku malah belum menemukan jawaban sama sekali. Dalam
hati udah nanya-nanya, apa sih maunya penulis haha ....
Tapi gak butuh waktu
lama untuk mengetahui kebenarannya. Dan ada alasan yang sangat meyedihkan di
balik itu semua.
Di jalan sepi dengan sinar yang
remang, Tuhan seolah sedang bercanda pada mereka dengan membuat untaian benang
merah panjang yang menghubungan mereka berdua....− hal 52
Oke. Ini seharusnya
sedihkan? Tapi kok aku gak ngerasa sedih ya. Banyak adegan yang bisa menguras
air mata disini, bahkan air mata akibat ketawa mati-matian juga ada. Dan itu
pas pertemuan Jing Hao – Rui En pertama kali. Itu asli ngakak kocak. Gak
kebayang aku kalau jadi Rui En, mungkin udah aku tempeleng si Jing Hao *ketawa
evil*
Hm, menurut aku di
novel ini ada beberapa bagian yang terkesan “tergesa-gesa” di buat oleh
penulis. Sebenarnya bagus sih, penulis gak bertele-tele dengan adegan yang gak
penting untuk di bahas, penulis memang fokus pada kisah cinta Jing Hao-Rui En. Tapi
aku tetap ngerasa gak nyaman gimana penulis membuat alur cerita ini terlalu
cepat.
Tapi untuk beberapa
hal, aku sih sebenarnya pengen lebih banyak showing
daripada telling. Apalagi ketika
adegan Rui En yang ingin mendapatkan perhatian Jing Hao kembali, itu sama
sekali gak ada adegannya, Cuma telling
bla bla bla
Ada beberapa hal yang
agak aneh menurut aku:
Pertama, ada di bab
awal memang dijelaskan kondisi ayah Jing Hao yang agak menyedihkan setelah
istrinya meninggal. Tapi di chapter selanjutnya ada di sebut-sebut Jing Hao
sering di pukul ayahnya, padahal di chapter pertama gak ada tu disebut-sebut
soal pemukulan. Dan alasan ini yang mendekatkan Jing Hao dengan Xin Jie.
Kedua, di chapter
pertama Jing Hao melihat pemakaman ayahnya, tapi kok fakta yang terkuak di
akhirnya agak janggal. Dan alasan ini pula lah yang membuat Jing Hao memutuskan
melupakan Rui En.
Aku jadi berkomentar, cuma gara-gara gitu doang, makanya marahan?
Ketiga, Jing Hao kan
begitu khawatir tu sama si Xin Jie, tapi kenapa Jing Hao enteng aja ngelepas
dia begitu aja setelah tahu semuanya. Padahal di awal-awal dia gak tega
nyakitin hati Xin Jie. Dan ketidakjelasan Xin Jie di dalam novel ini pun bikin
bingung, malah dia ilang aja tanpa kabar di tengah-tengah cerita.
Banyak hal yang aku
sukai di awal-awal chapter, tapi menjelang ending semuanya terasa di paksakan.
Penulis membuat jawaban-jawaban yang ingin aku tanyakan terkesan biasa saja,
padahal rasa penasaran ini udah dibangun begitu hebat ketika aku membaca di
awalnya.
Secara keseluruhan,
aku menyukai buku ini. menyukai kegigihan Rui En yang bertekad untuk membuat
Jing Hao mencintainya lagi. Menyukai bagaimana Jing Hao melepas semuanya dan
memilih hidup yang ia sukai. Dan pokoknya banyaklah yang aku suka. Terlepas
dari beberapa kejanggalan yang ada di dalam novel ini.
Ah setelah membaca dua
M-Novel dari Haru, rasanya aku pengen baca lagi yang M-Novel gini. Cuma
kendalanya, aku masih gak terbiasa dengan nama-namanya yang suka kebalik antara
cewek dan cowok haha. Tapi selebihnya, aku mulai suka dengan M-Novel, meski
agak melankolis.
***
Tulisan ini
diikutsertakan dalam:
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentarmu disini