Siever: Guardian of Victory
By Winda Reksa
Penerbit Pionir Jaya
Editor by Anton Siswanto
Cetakan ke-1; 2015; 294 hlm
Perancang Sampul by Winda Reksa
Rate 4 of 5
Vance Peregrine begitu senang saat mendapati dirinya memiliki
kekuatan spesial. Kini dia bisa masuk ke sekolah impiannya. Sebuah kejadian
yang tak terduga menghantarnya menemui Avera Peregrine, kakak kelas bernama
belakang sama dengannya. Tidak perlu waktu lama untuk membuat keduanya akrab.
Avera rupanya ketua Siever, tim elite sekolah. Semua siswa
berlomba-lomba untuk menjadi anggotra mereka. Termasuk Vance. Saat Siever
mengadakan pencarian anggota, Vance dan Lee ikut tanpa pikir panjang.
Sayangnya, pada suatu titik, Vance membuat kesalahan fatal.
***
Vance seorang yatim piatu. Ia tidak punya siapa-siapa lagi
setelah kematian kedua orang tuanya. Saat ia masuk ke sekolah Mircea, ia
berharap banyak bahwa kesedihannya akan terlupakan. Disana ia berjumpa dengan
Lee Edwin yang langsung menjadi sahabat karib. Vance juga mendapat kakak
pembimbing bernama Avera, yang merupakan ketua Siever di Mircea.
Banyak hal yang Vance pelajari dari Avera. Avera pun
menyanyangi Vance dan berusaha untuk melindunginya. Ada kalanya ketika hati
manusia begitu mudah terombang ambing membuat keputusan yang telah mereka ambil
adalah suatu kesalahan. Sama seperti Vance yang menganggap Pneuma yang ia
miliki adalah penyebab kematian orang tuanya. Hingga rasa benci pada dirinya
sendiri melahirkan moster yang begitu kuat.
“Itu bukan soal bisa, tapi mau atau nggak. Nggak semua orang
punya pneuma. Nggak sedikit orang juga yang kehilangannya. Hanya orang-orang
pilihanlah yang bertahan dengan kekuatannya sampai akhir. Jadi kalau kamu
serius mengembangkannya, aku yakin kamu bisa.” – hal 102
Sangking kuatnya,Vance pun tidak mampu melawan. Bahkan Avera
pun kewalahan ....
Ada satu hal yang Vance sadari saat itu. Pneuma yang ia
anggap adalah suatu berkah serta menjadi alasannya untuk sekolah di Mircea,
hilang secara tiba-tiba. Sedangkan Avera sedang dalam bahaya saat melawan
monster ciptaan Vance.
Bagaimana ia bisa menyelamatkan orang-orang di sekitarnya
apabila ia sendiri tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri?
Penyelamat dunia harus hidup dengan benar untuk jadi contoh
bagi yang lain. Itu logika yang masuk akal. – hal 11
***
Di tengah-tengah aku baca novel ini. Aku langsung terbayang
dengan Harry Potter dan X-Men. Bukan bermaksud membandingkan, Cuma yah pengen
bilang gitu aja keke~
Ini buku genre Fantasi karya penulis lokal pertama yang aku
baca. Dan aku cukup menikmati buku ini.
Setiap lembarnya membawa kita berimajinasi di sebuah sekolah khusus yang
mendidik para pemilik Pneuma.
Kita akan dibawa menelusuri kisah Vance yang menjadi murid
baru di tahun kedua Mircea. Lalu kita juga akan disuguhkan persahabatan kental
antara Vance dan Lee. Vance yang terkesan pendiam dan Lee yang aktif dan selalu
ceria. Serta keakraban antara Vance dan Avera yang di hubungkan oleh nama
belakang yang sama. Kejadian-kejadian lucu dan konyol yang di lakukan oleh
murid-murid di Mircea pun mengundang tawa.
Tidak sampai disitu, kita akan dibawa ke sebuah petualangan
dimana Vance dkk bertugas membasmi monster dan mendapat berbagai macam ujian
untuk menguji kelayakan mereka sebagai calon Siever baru.
Aku juga suka kata-kata yang dipilih penulis untuk ungkapan
di dalam novel ini. Seperti Pneuma yang artinya kekuatan, Siever penjaga
keamanan sekolah dll.
Endingnya itu bikin hati lega bacanya. Gak ada ganjelan lah
pokoknya. Pokonya suka lah sama endingnya. Soalnya aku suka greget kalau ada
novel yang endingnya itu bikin aku teriak “Minta SEKUEL!!”
Semuanya di rangkum lengkap dalam buku ini. Hasilnya
benar-benar cukup memuaskan. Untuk novel fantasi penulis lokal, aku ancungi
jempol.
Dari segala kelebihan di atas, pasti juga ada kekurangannya.
Tapi jangan khawatir, kekurangan ini gak menutupi fakta bahwa novel ini
benar-benar bagus. Hanya saja supaya kekurangan ini bisa menjadi motivasi
penulis untuk lebih baik.
Menurut aku alur terlalu cepat. Ada beberapa bagian dari
cerita langsung mengalir cepat gitu aja. Misalnya aja nie pas mereka lagi ujian
pertama untuk menjadi siever. Rasanya kok penulis membuatnya terlihat terlalu
gampang dan cepat selesai.
Karakternya disini kuat. Penulis berhasil membuat karakter
berbeda untuk setiap tokoh. Sayangnya, karakter itu kurang di tonjolkan. Contoh
aja Avera, dia populer, ketua siever, jago berantam dan lain-lain. Tapi disini
penulis lebih banyak telling daripada
showing. Sehingga rasanya aku kurang greget
sama tokoh Avera. Begitu juga Vance yang pendiam, sangking pendiamnya dia, aku
gak akan mengira dia adalah tokoh utama kalau bukan karena cerita ini berpusat
pada Vance.
Selanjutnya aku mau komentarin ketidak konsistenan penulis.
Pertama: di halaman 88, dijelaskan Avera sudah berganti
pakaian dengan pakaian pasien bewarna hijau. TAPI di halaman 89 dijelaskan
Avera belum sempat berganti pakaian.
Avera mulai bangkit dari tempat tidur. Dia merasa dingin. Ah,
pantas saja. Mereka mengganti pakaiannya dengan baju pasien, warnanya hijau
muda dan memiliki tali di bagian depan. – hal 88
Avera mengamati seniornya. Baju Avera robek dan merah karena
bekas darah. Dia belum sempat berganti pakaian. – hal 89
Kedua: di halaman 196 di jelaskan Bu Irene kehilangan anaknya
karena lahir prematur dan suaminya yang terus berlayar. Sedangkan di halaman
204 di jelaskan anak Bu Irene meninggal karena kecelakaan.
Lebih tepatnya, sejak bayinya meninggal karena lahir
prematur. Suaminya pergi berlayar dan hanya pulang beberapa tahun sekali. – hal 196
“Kenapa dia harus mati? Kenapa pelaku kecelakaan itu dibebaskan
begitu saja? Di mana keadilan? Saya ingin keadilan.” (Bu Irene) – hal 204
Ketiga: di halaman 129 di sebutkan kalau Vance bertemu
Delphine di perpustakaan. Tapi di halaman 280 disebutkan Vance belum pernah
bertemu Delphine
“Dilarang menggunakan pneuma di perpustakaan. Kamu nggak
tahu?” tanya Delphine – hal 129
Bahkan mungkin ini bisa dibilang pertama kaliny mereka
bertatap muka. – hal 280
Nah beda kan? Mungkin saran aku, sebaiknya penulis harus
membaca ulang karyanya sebelum di terbitkan ^^
Untuk yang lain gak ada yang perlu di kritik dch. Menurut aku
novel ini udah pantas untuk terbit, terlepas dari kekurangannya. Dan itu wajar
kok. Dari kekuranganlah kita belajar untuk menutupinya di kemudian hari.
Oh ya, novel ini aku rekomendasikan untuk segala usia. Bahkan
kalau kamu punya adik atau anak yang udah bisa membaca, buku ini sangat bagus
untuk dibaca oleh mereka. Aku yakin pasti mereka suka.
Dan untuk ngedapatin novel ini, bisa hubungi penulisnya di
sini (klik disini) Beli yang banyak ya, sekalian buat kado hehe
Setiap orang berjalan di jalan mereka masing-masing.
Sekalipun kelihatannya selama ini bersama-sama, nyatanya rute tiap orang
berbeda. – hal
290
Sampai jumpa
di review selanjutnya ^^
Wah, detail sekali reviewnya. Keren deh. Semangat juga buat penulis novel fantasi biar makin banyak karya anak bangsa :)
BalasHapusHai Alida.. trims sudah berkunjung ^^
HapusSetuju dengan kamu untuk mendukung penulis indonesia, terutama yang muda dan berbakat. So salah satunya dengan membeli karya-karya mereka.
Semoga bisa menjadi referensi untuk bacaan adik2 atau keponakan kamu ya hehe ^^