Jumat, 25 Desember 2015

[Review Buku] SIEVER: Guardian of Vactory by Winda Reksa

Siever: Guardian of Victory
By Winda Reksa
Penerbit Pionir Jaya
Editor by Anton Siswanto
Cetakan ke-1; 2015; 294 hlm
Perancang Sampul by Winda Reksa
Rate 4 of 5

Vance Peregrine begitu senang saat mendapati dirinya memiliki kekuatan spesial. Kini dia bisa masuk ke sekolah impiannya. Sebuah kejadian yang tak terduga menghantarnya menemui Avera Peregrine, kakak kelas bernama belakang sama dengannya. Tidak perlu waktu lama untuk membuat keduanya akrab.
Avera rupanya ketua Siever, tim elite sekolah. Semua siswa berlomba-lomba untuk menjadi anggotra mereka. Termasuk Vance. Saat Siever mengadakan pencarian anggota, Vance dan Lee ikut tanpa pikir panjang. Sayangnya, pada suatu titik, Vance membuat kesalahan fatal.
***

Vance seorang yatim piatu. Ia tidak punya siapa-siapa lagi setelah kematian kedua orang tuanya. Saat ia masuk ke sekolah Mircea, ia berharap banyak bahwa kesedihannya akan terlupakan. Disana ia berjumpa dengan Lee Edwin yang langsung menjadi sahabat karib. Vance juga mendapat kakak pembimbing bernama Avera, yang merupakan ketua Siever di Mircea.

Banyak hal yang Vance pelajari dari Avera. Avera pun menyanyangi Vance dan berusaha untuk melindunginya. Ada kalanya ketika hati manusia begitu mudah terombang ambing membuat keputusan yang telah mereka ambil adalah suatu kesalahan. Sama seperti Vance yang menganggap Pneuma yang ia miliki adalah penyebab kematian orang tuanya. Hingga rasa benci pada dirinya sendiri melahirkan moster yang begitu kuat.
“Itu bukan soal bisa, tapi mau atau nggak. Nggak semua orang punya pneuma. Nggak sedikit orang juga yang kehilangannya. Hanya orang-orang pilihanlah yang bertahan dengan kekuatannya sampai akhir. Jadi kalau kamu serius mengembangkannya, aku yakin kamu bisa.” hal 102
Sangking kuatnya,Vance pun tidak mampu melawan. Bahkan Avera pun kewalahan ....

Ada satu hal yang Vance sadari saat itu. Pneuma yang ia anggap adalah suatu berkah serta menjadi alasannya untuk sekolah di Mircea, hilang secara tiba-tiba. Sedangkan Avera sedang dalam bahaya saat melawan monster ciptaan Vance.

Bagaimana ia bisa menyelamatkan orang-orang di sekitarnya apabila ia sendiri tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri?
Penyelamat dunia harus hidup dengan benar untuk jadi contoh bagi yang lain. Itu logika yang masuk akal. hal 11

***


Di tengah-tengah aku baca novel ini. Aku langsung terbayang dengan Harry Potter dan X-Men. Bukan bermaksud membandingkan, Cuma yah pengen bilang gitu aja keke~

Ini buku genre Fantasi karya penulis lokal pertama yang aku baca.  Dan aku cukup menikmati buku ini. Setiap lembarnya membawa kita berimajinasi di sebuah sekolah khusus yang mendidik para pemilik Pneuma.

Kita akan dibawa menelusuri kisah Vance yang menjadi murid baru di tahun kedua Mircea. Lalu kita juga akan disuguhkan persahabatan kental antara Vance dan Lee. Vance yang terkesan pendiam dan Lee yang aktif dan selalu ceria. Serta keakraban antara Vance dan Avera yang di hubungkan oleh nama belakang yang sama. Kejadian-kejadian lucu dan konyol yang di lakukan oleh murid-murid di Mircea pun mengundang tawa.

Tidak sampai disitu, kita akan dibawa ke sebuah petualangan dimana Vance dkk bertugas membasmi monster dan mendapat berbagai macam ujian untuk menguji kelayakan mereka sebagai calon Siever baru.

Aku juga suka kata-kata yang dipilih penulis untuk ungkapan di dalam novel ini. Seperti Pneuma yang artinya kekuatan, Siever penjaga keamanan sekolah dll.

Endingnya itu bikin hati lega bacanya. Gak ada ganjelan lah pokoknya. Pokonya suka lah sama endingnya. Soalnya aku suka greget kalau ada novel yang endingnya itu bikin aku teriak “Minta SEKUEL!!”

Semuanya di rangkum lengkap dalam buku ini. Hasilnya benar-benar cukup memuaskan. Untuk novel fantasi penulis lokal, aku ancungi jempol.

Dari segala kelebihan di atas, pasti juga ada kekurangannya. Tapi jangan khawatir, kekurangan ini gak menutupi fakta bahwa novel ini benar-benar bagus. Hanya saja supaya kekurangan ini bisa menjadi motivasi penulis untuk lebih baik.

Menurut aku alur terlalu cepat. Ada beberapa bagian dari cerita langsung mengalir cepat gitu aja. Misalnya aja nie pas mereka lagi ujian pertama untuk menjadi siever. Rasanya kok penulis membuatnya terlihat terlalu gampang dan cepat selesai.

Karakternya disini kuat. Penulis berhasil membuat karakter berbeda untuk setiap tokoh. Sayangnya, karakter itu kurang di tonjolkan. Contoh aja Avera, dia populer, ketua siever, jago berantam dan lain-lain. Tapi disini penulis lebih banyak telling daripada showing. Sehingga rasanya aku kurang greget sama tokoh Avera. Begitu juga Vance yang pendiam, sangking pendiamnya dia, aku gak akan mengira dia adalah tokoh utama kalau bukan karena cerita ini berpusat pada Vance.

Selanjutnya aku mau komentarin ketidak konsistenan penulis.

Pertama: di halaman 88, dijelaskan Avera sudah berganti pakaian dengan pakaian pasien bewarna hijau. TAPI di halaman 89 dijelaskan Avera belum sempat berganti pakaian.
Avera mulai bangkit dari tempat tidur. Dia merasa dingin. Ah, pantas saja. Mereka mengganti pakaiannya dengan baju pasien, warnanya hijau muda dan memiliki tali di bagian depan. hal 88
Avera mengamati seniornya. Baju Avera robek dan merah karena bekas darah. Dia belum sempat berganti pakaian.   hal 89
Kedua: di halaman 196 di jelaskan Bu Irene kehilangan anaknya karena lahir prematur dan suaminya yang terus berlayar. Sedangkan di halaman 204 di jelaskan anak Bu Irene meninggal karena kecelakaan.
Lebih tepatnya, sejak bayinya meninggal karena lahir prematur. Suaminya pergi berlayar dan hanya pulang beberapa tahun sekali. hal 196
“Kenapa dia harus mati? Kenapa pelaku kecelakaan itu dibebaskan begitu saja? Di mana keadilan? Saya ingin keadilan.” (Bu Irene) hal 204
Ketiga: di halaman 129 di sebutkan kalau Vance bertemu Delphine di perpustakaan. Tapi di halaman 280 disebutkan Vance belum pernah bertemu Delphine
“Dilarang menggunakan pneuma di perpustakaan. Kamu nggak tahu?” tanya Delphine hal 129
Bahkan mungkin ini bisa dibilang pertama kaliny mereka bertatap muka. hal 280
Nah beda kan? Mungkin saran aku, sebaiknya penulis harus membaca ulang karyanya sebelum di terbitkan ^^

Untuk yang lain gak ada yang perlu di kritik dch. Menurut aku novel ini udah pantas untuk terbit, terlepas dari kekurangannya. Dan itu wajar kok. Dari kekuranganlah kita belajar untuk menutupinya di kemudian hari.

Oh ya, novel ini aku rekomendasikan untuk segala usia. Bahkan kalau kamu punya adik atau anak yang udah bisa membaca, buku ini sangat bagus untuk dibaca oleh mereka. Aku yakin pasti mereka suka.

Dan untuk ngedapatin novel ini, bisa hubungi penulisnya di sini (klik disini) Beli yang banyak ya, sekalian buat kado hehe
Setiap orang berjalan di jalan mereka masing-masing. Sekalipun kelihatannya selama ini bersama-sama, nyatanya rute tiap orang berbeda. hal 290

Sampai jumpa di review selanjutnya ^^

G+

2 komentar:

  1. Wah, detail sekali reviewnya. Keren deh. Semangat juga buat penulis novel fantasi biar makin banyak karya anak bangsa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Alida.. trims sudah berkunjung ^^

      Setuju dengan kamu untuk mendukung penulis indonesia, terutama yang muda dan berbakat. So salah satunya dengan membeli karya-karya mereka.

      Semoga bisa menjadi referensi untuk bacaan adik2 atau keponakan kamu ya hehe ^^

      Hapus

Berikan komentarmu disini

 
;