Selasa, 06 Oktober 2015

[Review Buku] The Body in the Library by Agatha Christie

The Body In The Library
by Agatha Christie
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa by  Joyce K. Isa
Cetakan ke-6; November 2002; 280 hlm
Desain Sampul by Dwi Koendoro
Rate 4 of 5

The Body in The Library
Mayat dalam Perpustakaan
Kolonel Bantry membentak, “Maksudmu ada mayat di dalam perpustakaan sayaperpustakaan saya?” Kepala pelayannya berdeham, “Barangkali Tuan ingin melihatnya sendiri?”
Bagaimanakah sampai mayat seorang gadis yang tidak dikenal bisa berada di dalam perpustakaannya? Mengapa gadis ini dibunuh? Siapa pembunuhnya?
Ruby Keene datang ke Danemouth untuk bekerja sebagai penari di Hotel Majestic dengan penuh harapan akan masa depan yang lebih baik. Namun harapannya terpotong pendekdemikian pula hidupnya.
Miss Marple tepekur memandang mayat gadis belia yang tekapar tak bernyawa di kakinya. Sayangbegitulah perasaan yang timbul di hati perempuan tua yang baik hati ini. Sayang, suatu kehidupan yang sebetulnya mempunyai masa depan yang lebih panjang kini terbunuh sia-sia.
Apakah Ruby Keene ini gadis tak berdosa yang dibunuh oleh manusia-manusia kejam ataukah memang dia sendiri yang mengundang kematiannya? Pada hari yang sama polisi menemukan korban pembunuhan keduajuga seorang gadis remaja. Miss Marple meramalkan pasti bakal ada usaha pembunuhan ketiga.
Kolenel Bantry dan istrinya kaget bukan kepalang saat salah seorang pelayannya histeris masuk ke kamar mereka dan mengatakan ada mayat dalam perpustakaan. Tentu saja Nyonya Bantry yang saat itu sedang tertidur menganggap bahwa itu hanya mimpi. Tapi saat pasangan suami istri itu turun ke bawah dan melihat semua pelayannya berkumpul di depan ruang perpustakaan membuat Kolonel Bantry mencoba melihat dengan mata kepalanya sendiri. Dan betapa terkejutnya dia. Seorang gadis muda dengan rambut pirang disemir sudah mati di depan perapian dengan wajah sedikit menggembung.
“Aduh, Nyonya, aduh, Nyonya, ada mayat dalam perpustakaan.” hal 11
Miss Marple di undang secara khusus oleh Nyonya Bantry yang merupakan teman karibnya di dusun St. Mary Mead. Dalam pengamatan pertama, Miss Marple jadi teringat sosok laki-laki pendatang baru di dusun mereka yang dikenal dengan nama Basil Blake. Dia adalah orang yang terlibat dalam pembuatan film dan “menyimpan” gadis berambut pirang di rumahnya. Mereka meduga bahwa gadis yang meninggal itu adalah gadis milik Basil Blake.
“Persetan, Melchet. Sudah kukatakan bahwa aku tidak pernah melihat gadis ini sebelumnya. Seumur hidupku! Aku bukan tipe manusia begitu.” hal 32
Desas desus tidak enak terus beredar, membuat Kolonel Bantry tertekan dan pergi menjauh. Sebaliknya, istrinya, di bantu oleh Miss Marple sangat semangat untuk memecahkan kasus menarik ini. Dan mula-mula mereka akan menemui pria yang melaporkan kehilangan gadis itu. Ruby Keene adalah nama gadis itu. Ia pribadi yang polos dan lugu serta ceria, membuat hidup Conway Jefferson menjadi lebih semangat semenjak meninggalnya anak-anak kesayanganya serta cucu-cucunya. Fakta mengejutkan Ruby Keene akan menjadi pewaris tunggal dari harta kekayaan Tuan Jefferson yang melimpah.
“Mereka senang Ruby mati.” hal 92
Tentu saja kabar itu membuat tersangka utama menjadi dua orang, yaitu Adelainde Jefferson yang merupakan istri mendiang putranya, Frank dan Mark Gaskel yang merupakan suami dari mendiang purtinya, Rosamund. Keadaan keuangan mereka berdua sulit dan dengan wasiat baru membuat mereka tidka mendapat keuntungan apa-apa. Sayangnya Alibi mereka berdua sangat akurat dan dapat di pastikan oleh berbagai pihak.

Josie, saudara sepupu Ruby, mungkin bisa menjadi tersangka, tapi ia sama sekali tidak punya motif untuk membunuh Ruby Keene. Toh membunuh saudaranya itu tidak membawa keuntungan apa-apa bagi dirinya secara pribadi.

Belum lagi semua teka-teki terjawab, kabar kematian seorang gadis terdengar lagi pada hari yang sama. Tubunya terbakar di dalam sebuah mobil dalam sebuah tambang. Di duga dia adalah Pamela Reeves gadis belia yang hilang setelah mengikuti rally pramuka.
“Kalau orang sudah melakukan suatu pembunuhan, ia tidak segan melakukan yang kedua bukan? Atau bahkan yang ketiga.” hal 159
Kepolisian yakin, ada hubungan antara dua kematian ini. Tapi motif, alibi serta triknya membuat mereka seakan menyerah di seret oleh keadaan.
“Terus terang,” kata Kolenel Melchett, “Kita tidak bisa mendakwa siapa-siapa.” hal 181
Tapi mata jeli Miss Marple menangkap sesuatu dari para tersangka yang sudah di wawancarai. Belum lagi bekas patahan kuku yang di simpan oleh Peter Carmody di malam Ruby Keene menghilang.

Hanya satu yang di tunggu Miss Marple.

Bagaimana membuktikan bahwa “dia” lah pelaku sebenarnya?
“Terdorong oleh ketakutan itu gara-gara seorang gadis tolol yang mata duitan Oh! Aku ingin sekali membunuhnya!” hal 189
***

Penggemar cerita detektif pasti sadar dong, kalau tema mayat dalam perpustakaan itu menjadi tema yang sering di angkat menjadi cerita fiksi-detektif. Di novel Sherlok Holmes pun ada satu kasus yang terjadi di perpustakaan. Tapi seperti kata Agatha, ia akan membuat tema ini menjadi tidak biasa dari yang sudah ada sebelumnya.

Dan beliau berhasil membuatnya menakjubkan.

Kasus kali tetap bermotifkan uang. Dan uang yang di perebutkan adalah uang milik Tuan Jefferson yang masa hidupnya tidak bisa di pastikan lebih lama daripada saat ini. Hartanya yang melimpah telah menarik Ruby Keene untuk mendekati pria tua kesepian itu. Sehingga keputusan Tuan Jefferson untuk mengadopsi Ruby sebagai anak dan mewariskan seluruh hartanya kepada Ruby memicu kematian gadis ini.

Kalau untuk penyelidikan tidak ada yang berbeda dari seri Miss Marple seperti seri Hercule Poirot yang lebih suka datang langsung mewawancarai para tersangaka. Jadi kita akan dibawa oleh para penyelidik TKP alias polisi untuk mewawancarai pelaku. Kadang-kadang Miss Marple hanya ikut nimbrung. Mungkin di bagian ini agak terasa membosankan, karena keadaan menjadi biasa saja. Tidak ada emosi yang terlalu di perlihatkan, kecuali saat kematian Pamela Reeves yang ibunya tidak bisa mengontrol diri.

Kunci penyelesaian kasus justru ada pada gadis pirang milik Basil Blake yang bernama Dinah Lee. Kata-kata wanita itu membuka tabir kemungkinan yang terlewatkan oleh Miss Marple. Dan benar saja, saat terbukti benar, Miss Marple langsung menyusun rencana untuk menangkap basah pelaku. Maklum, Miss Marple bukan ahli dalam mengumpulkan bukti, jadi ia harus mengambil jalan dimana pelakunya sendiri yang menunjukan belangnya.

Hal yang luar biasa dari kasus ini adalah fakta bahwa mayat yang ada di perpustakaan, seharusnya bukan disana ia berada. Itulah yang menjadi pemicu kasus ini menjadi sulit. Maka pelaku selalu mengait-ngaitkan antara kematian Pamela Reeves dan Ruby Keene dengan Basil Blake.

Untuk pelakunya sendiri, silahkan tebak sendiri haha.

Overall, aku menikmati sekali buku ini. Pemecahan yang sederhana seperti penampilan Miss Marple yang sederhana.

Dan ini dia petunjuk untuk memecahkan kasus tersebut:
“Letak kesalahan dalam kasus ini adalah setiap orang terlalu mudah menerima dan cepat percaya. Orang sama sekali tidak boleh mempercayai segala sesuatu yang dikatakan orang.” hal 219

G+

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentarmu disini

 
;