The Body In The
Library
by Agatha Christie
Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama
Alih Bahasa by Joyce K. Isa
Cetakan ke-6;
November 2002; 280 hlm
Desain Sampul by Dwi
Koendoro
Rate 4 of 5
The Body in The
Library
Mayat dalam
Perpustakaan
Kolonel Bantry membentak, “Maksudmu
ada mayat di dalam perpustakaan saya─perpustakaan
saya?” Kepala pelayannya berdeham, “Barangkali Tuan ingin melihatnya sendiri?”
Bagaimanakah sampai mayat seorang
gadis yang tidak dikenal bisa berada di dalam perpustakaannya? Mengapa gadis
ini dibunuh? Siapa pembunuhnya?
Ruby Keene datang ke Danemouth untuk
bekerja sebagai penari di Hotel Majestic dengan penuh harapan akan masa depan
yang lebih baik. Namun harapannya terpotong pendek─demikian pula hidupnya.
Miss Marple tepekur memandang mayat
gadis belia yang tekapar tak bernyawa di kakinya. Sayang─begitulah perasaan yang timbul di hati perempuan tua
yang baik hati ini. Sayang, suatu kehidupan yang sebetulnya mempunyai masa
depan yang lebih panjang kini terbunuh sia-sia.
Apakah Ruby Keene ini gadis tak
berdosa yang dibunuh oleh manusia-manusia kejam ataukah memang dia sendiri yang
mengundang kematiannya? Pada hari yang sama polisi menemukan korban pembunuhan
kedua─juga seorang
gadis remaja. Miss Marple meramalkan pasti bakal ada usaha pembunuhan ketiga.
Kolenel Bantry dan istrinya kaget
bukan kepalang saat salah seorang pelayannya histeris masuk ke kamar mereka dan
mengatakan ada mayat dalam perpustakaan. Tentu saja Nyonya Bantry yang saat itu
sedang tertidur menganggap bahwa itu hanya mimpi. Tapi saat pasangan suami
istri itu turun ke bawah dan melihat semua pelayannya berkumpul di depan ruang
perpustakaan membuat Kolonel Bantry mencoba melihat dengan mata kepalanya
sendiri. Dan betapa terkejutnya dia. Seorang gadis muda dengan rambut pirang
disemir sudah mati di depan perapian dengan wajah sedikit menggembung.
“Aduh, Nyonya, aduh, Nyonya, ada
mayat dalam perpustakaan.” –
hal 11
Miss Marple di undang secara
khusus oleh Nyonya Bantry yang merupakan teman karibnya di dusun St. Mary Mead.
Dalam pengamatan pertama, Miss Marple jadi teringat sosok laki-laki pendatang
baru di dusun mereka yang dikenal dengan nama Basil Blake. Dia adalah orang
yang terlibat dalam pembuatan film dan “menyimpan” gadis berambut pirang di
rumahnya. Mereka meduga bahwa gadis yang meninggal itu adalah gadis milik Basil
Blake.
“Persetan, Melchet. Sudah kukatakan
bahwa aku tidak pernah melihat gadis ini sebelumnya. Seumur hidupku! Aku bukan
tipe manusia begitu.” –
hal 32
“Mereka senang Ruby mati.” – hal 92
Tentu saja kabar itu membuat
tersangka utama menjadi dua orang, yaitu Adelainde Jefferson yang merupakan
istri mendiang putranya, Frank dan Mark Gaskel yang merupakan suami dari mendiang
purtinya, Rosamund. Keadaan keuangan mereka berdua sulit dan dengan wasiat baru
membuat mereka tidka mendapat keuntungan apa-apa. Sayangnya Alibi mereka berdua
sangat akurat dan dapat di pastikan oleh berbagai pihak.
Josie, saudara sepupu Ruby,
mungkin bisa menjadi tersangka, tapi ia sama sekali tidak punya motif untuk
membunuh Ruby Keene. Toh membunuh saudaranya itu tidak membawa keuntungan
apa-apa bagi dirinya secara pribadi.
Belum lagi semua teka-teki
terjawab, kabar kematian seorang gadis terdengar lagi pada hari yang sama.
Tubunya terbakar di dalam sebuah mobil dalam sebuah tambang. Di duga dia adalah
Pamela Reeves gadis belia yang hilang setelah mengikuti rally pramuka.
“Kalau orang sudah melakukan suatu
pembunuhan, ia tidak segan melakukan yang kedua bukan? Atau bahkan yang
ketiga.” – hal 159
Kepolisian yakin, ada hubungan
antara dua kematian ini. Tapi motif, alibi serta triknya membuat mereka seakan
menyerah di seret oleh keadaan.
“Terus terang,” kata Kolenel
Melchett, “Kita tidak bisa mendakwa siapa-siapa.” – hal 181
Tapi mata jeli Miss Marple
menangkap sesuatu dari para tersangka yang sudah di wawancarai. Belum lagi
bekas patahan kuku yang di simpan oleh Peter Carmody di malam Ruby Keene
menghilang.
Hanya satu yang di tunggu Miss
Marple.
Bagaimana membuktikan bahwa “dia”
lah pelaku sebenarnya?
“Terdorong oleh ketakutan itu ─ gara-gara seorang gadis
tolol yang mata duitan ─
Oh! Aku ingin sekali membunuhnya!” –
hal 189
***
Penggemar cerita detektif pasti
sadar dong, kalau tema mayat dalam perpustakaan itu menjadi tema yang sering di
angkat menjadi cerita fiksi-detektif. Di novel Sherlok Holmes pun ada satu
kasus yang terjadi di perpustakaan. Tapi seperti kata Agatha, ia akan membuat
tema ini menjadi tidak biasa dari yang sudah ada sebelumnya.
Dan beliau berhasil membuatnya
menakjubkan.
Kasus kali tetap bermotifkan
uang. Dan uang yang di perebutkan adalah uang milik Tuan Jefferson yang masa
hidupnya tidak bisa di pastikan lebih lama daripada saat ini. Hartanya yang
melimpah telah menarik Ruby Keene untuk mendekati pria tua kesepian itu.
Sehingga keputusan Tuan Jefferson untuk mengadopsi Ruby sebagai anak dan
mewariskan seluruh hartanya kepada Ruby memicu kematian gadis ini.
Kalau untuk penyelidikan tidak
ada yang berbeda dari seri Miss Marple seperti seri Hercule Poirot yang lebih
suka datang langsung mewawancarai para tersangaka. Jadi kita akan dibawa oleh
para penyelidik TKP alias polisi untuk mewawancarai pelaku. Kadang-kadang Miss
Marple hanya ikut nimbrung. Mungkin di bagian ini agak terasa membosankan, karena keadaan menjadi biasa saja. Tidak ada emosi yang terlalu di perlihatkan, kecuali saat kematian Pamela Reeves yang ibunya tidak bisa mengontrol diri.
Kunci penyelesaian kasus justru
ada pada gadis pirang milik Basil Blake yang bernama Dinah Lee. Kata-kata
wanita itu membuka tabir kemungkinan yang terlewatkan oleh Miss Marple. Dan benar
saja, saat terbukti benar, Miss Marple langsung menyusun rencana untuk
menangkap basah pelaku. Maklum, Miss Marple bukan ahli dalam mengumpulkan bukti,
jadi ia harus mengambil jalan dimana pelakunya sendiri yang menunjukan
belangnya.
Hal yang luar biasa dari kasus
ini adalah fakta bahwa mayat yang ada di perpustakaan, seharusnya bukan disana
ia berada. Itulah yang menjadi pemicu kasus ini menjadi sulit. Maka pelaku
selalu mengait-ngaitkan antara kematian Pamela Reeves dan Ruby Keene dengan
Basil Blake.
Untuk pelakunya sendiri, silahkan
tebak sendiri haha.
Overall, aku menikmati sekali
buku ini. Pemecahan yang sederhana seperti penampilan Miss Marple yang
sederhana.
Dan ini dia petunjuk untuk
memecahkan kasus tersebut:
“Letak kesalahan dalam kasus ini
adalah setiap orang terlalu mudah menerima dan cepat percaya. Orang sama sekali
tidak boleh mempercayai segala sesuatu yang dikatakan orang.” – hal 219
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentarmu disini