Kamis, 17 September 2015

[Review Buku] a Little Agreement by Jenny Thalia Faurine


a Little Agreement

by Jenny Thalia Faurine

Penerbit Diandra Creative

Editor by Sarah Suryaningsih

Sampul by Jenny Thalia Faurine

Cetakan ke-2; April 2015; 188 Hlm

Rate 4 of 5



BERJANJILAH UNTUK TETAP BERSAMAKU

Kau ingatkan aku lagi tentang perjanjian kita. Aku tepati janji itu. Lalu kau terikat kepadaku untuk selamanya.

Kini aku yang memintamu untuk berjanji. Bisakah kau berjanji untuk tidak meninggalkanku?

Sekalipun masa lalumu datang kembali .....

Ketika sosok dari masa lalumu datang kembali, apakah aku tetap jadi satu-satunya pilihanmu?



Jennar dan Azel menikah karena perjanjian yang mereka buat beberapa tahun lalu. Mereka sempat kehilangan kontak sama sekali, lalu dipertemukan lagi dalam satu gedung tempat mereka bekerja. Jennar yang memulai mengingatkan Azel tentang janji itu. Azel pun langsung melamar Jennar dan menikah. Tidak ada rasa cinta di antara keduanya. Mereka hanya terikat oleh status teman sejak SMA dan partner in crime. Untuk suatu pernikahan, mereka memiliki landasan yang aneh untuk memulai sebuah hubungan.

Tenang, aku punya seumur hidupku untuk mengenal lebih jauh tentang teman SMA, partner in crime sekaligus istriku itu. Aku punya seumur hidupku untuk mengenal lebih jauh mengenai Jennar. Hlm 18

“Ayo kita pergi, sebagai suami lo, kayaknya lo bisa make kartu kredit gue untuk beli buku sepuas lo.” Hlm 25

Jennar memiliki laki-laki yang ia cintai. Laki-laki yang menjadi alasan untuk Jennar menolak pria yang mencoba mendekatinya, yaitu Rendra. Pertemuan yang tidak terduga dengan Rendra membuat Jennar sedih. Perasaan hatinya tidak menentu dan setelah pertemuan itu ia menangis semalaman dan Azel membiarkannya, agar istrinya merasa lebih tenang. Perasaan Jennar makin tidak menentu saat Rendra memberinya sebuah surat pengakuan bahwa selama ini ia mencintai Jennar. Saat itu Jennar kehilangan kata-kata. Ternyata laki-laki yang ia cintai, balik mencintainya. Hanya saja kini status Jennar sudah menjadi istri Azel.

Ya Tuhan, bagaimana bisa aku menikah dengan perempuan yang masih menangisi laki-laki lain? Hlm 33

Ada jenis cinta yang mampu membuat seseorang tersakiti, sesakit yang pernah ia rasakan.

Cinta yang tak terbalas. Hlm 40

Bukan Azel namanya kalau ia tidak berhasil membuat Jennar kembali bangkit dari keterpurukannya. Sikap manis Azel dan pengertiannya mampu membuat jantung Jennar berdetak cepat saat berada di dekatnya.

Sebodoh apa pun aku di matanya, aku tetap suka melihatnya tertawa. Hlm 57

Tapi seakan masa lalu tidak berhenti mengusik kehidupan mereka, Desi wanita yang dicintai Azel di masa lalu kembali ke Tanah Air dan hendak bercerai dengan suaminya. Itu bukan kabar baik bagi Jennar. Hatinya mendadak tidak tenang. Dan pertengkaran mereka pun di mulai sejak Azel bertemu dengan Desy tanpa memberi kabar kepada Jennar, berlanjut dengan Azel pulang sambil mabuk dan menyebut nama Desi ketika sedang mencium Jennar. Ia marah sekali. Jennar memulai aksi mendiamkan Azel berharap Azel tahu kesalahannya.

“Aku? Cemburu? Kalau aku udah nggak punya otak kayaknya baru aku cemburu!” Hlm 120

Sikap diam Jennar tidak membuat keadaan membaik. Azel bingung dan mendadak ikut marah. Keduanya sama-sama dalam keadaan emosi. Sama-sama tidak terima perlakukan pasangannya. Sikap rahasia Azel yang bertemu Desi, sikap Jennar yang tidak mau jujur membuat keduanya tidak makin membaik. 


Lalu secara diam-diam, Azel kembali bertemu dengan Desi di apartemennya.


***


Ini karya pertama Mba Jenny yang aku baca, setelah mengetahui profilnya aku mengacungkan jempol buat penulis. Benar-benar bikin greget. Aku suka bahasanya dan cara Mba Jen menulisnya. Asik ^^



Benar kata orang yang sudah baca karya Mba Jenny, karya dia memang mengalir saja enak di baca. Tanpa sadar aja kita udah terbawa dalam emosi parah tokoh dan tanpa aku sadar, eh udah habis aja ceritanya hehe ...



Konfilknya seputar masa lalu masing-masing dari tokoh, Jennar dan Azel. Kalau Jennar mempunyai masa lalu bersama Rendra, sedangkan Azel dengan Desi. Dua-duanya memiliki arti bagi Jennar dan Azel, sehingga kehadiran mereka setelah pernikahan Jennar-Azel membuat pernikahan yang mereka awalnya adem ayem berubah menjadi kacau. Kacau dalam artian, perasaan hati mereka yang kacau keke~



Tokoh favorit saya itu Azel. Dia baik, perhatian, dan sabar. Romantisnya berlebihan sih, tapi aku suka Azel. Cowok idaman banget. Tapi yang kesalnya pas dia ke apartemen Desi. Itu rasanya pengen kuremuk si Azel. *GERAM



Tapi aku punya dua persamaan dengan Jennar. Pertama,  Jennar suka banget menyangka pujian itu sebagai dua arti, yaitu pujian atau hinaan. Persis sama kayak aku waktu zaman SMP dan SMA. Kesan juteknya itu kelihatan banget. Wajah pun ikut mendukung hehe...  Tapi sekarang gak pernah lagi, udah ingat umur. Gak pantas jutek-jutekan lagi wkwkwk. Makanya ketika membaca tokoh Jennar, jadi senyum sendiri.



Kedua, kalimat  “Aku? Cemburu? Kalau aku udah nggak punya otak kayaknya baru aku cemburu!” percaya gak percaya aku pernah ngucapin hal yang sama untuk cowok yang kepedean banget nyangka aku suka sama dia. Dan itu dullluuu banget haha .... baca tentang Jennar kok makin terasa mirip, maka dari itu aku gak milih Jennar sebagai tokoh favorit.



Penulis menggunakan dua sudut pandang, yaitu Jennar dan Azel secara bergantian. Kalau untuk Jennarnya sih menurut aku udah oke. Juteknya dapat, sifat ceweknya juga dapat, dan cemburunya juga dapat. Cuma pas memakai sudut pandang Azel, agak kurang dapat sebagai cowok. Gak tau dimana kurangnya, tapi pokoknya kurang aja.



Ada sedikit saran untuk buku ini. Sedikiitt banget, gak banyak-banyak XD

Aku sudah janji sama orangtua kamu, diriku dan juga Tuhan untuk selalu ngejaga kamu (hal 155)

Mungkin susunan kalimat di atas bisa ditukar. Dimulai dari Tuhan, orang tua baru diriku. Soalnya gak etis aja kan Tuhan diletakan di posisi ketiga, seakan-akan Tuhan itu hanya pelengkap ^^



Secara keseluruhan aku suka dengan buku ini. Endingnya juga kayak dongeng-dongeng, hidup bahagia *Horreee Hidup Jennar-Azel hehe* Jennar-Azel akhirnya bisa menerima masa lalu sebagai masa lalu. dan akhirnya Rendra serta Desi menemukan kehidupan mereka masing-masing.



Dan ini dia kalimat favorit aku yang selanjutnya \^^/

 Aku meronta. Enak aja main peluk-peluk! Nggak ada pelukan saat marahan! hlm 122

G+

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentarmu disini

 
;