a Little Agreement
by Jenny Thalia
Faurine
Penerbit Diandra
Creative
Editor by Sarah
Suryaningsih
Sampul by Jenny
Thalia Faurine
Cetakan ke-2; April
2015; 188 Hlm
Rate 4 of 5
BERJANJILAH UNTUK
TETAP BERSAMAKU
Kau ingatkan aku lagi tentang
perjanjian kita. Aku tepati janji itu. Lalu kau terikat kepadaku untuk
selamanya.
Kini aku yang memintamu untuk
berjanji. Bisakah kau berjanji untuk tidak meninggalkanku?
Sekalipun masa lalumu datang kembali
.....
Ketika sosok dari masa lalumu datang
kembali, apakah aku tetap jadi satu-satunya pilihanmu?
Jennar dan Azel menikah karena
perjanjian yang mereka buat beberapa tahun lalu. Mereka sempat kehilangan
kontak sama sekali, lalu dipertemukan lagi dalam satu gedung tempat mereka
bekerja. Jennar yang memulai mengingatkan Azel tentang janji itu. Azel pun
langsung melamar Jennar dan menikah. Tidak ada rasa cinta di antara keduanya.
Mereka hanya terikat oleh status teman sejak SMA dan partner in crime. Untuk suatu pernikahan, mereka memiliki landasan
yang aneh untuk memulai sebuah hubungan.
Tenang, aku punya seumur hidupku
untuk mengenal lebih jauh tentang teman SMA, partner in crime sekaligus istriku
itu. Aku punya seumur hidupku untuk mengenal lebih jauh mengenai Jennar. – Hlm 18
“Ayo kita pergi, sebagai suami lo,
kayaknya lo bisa make kartu kredit gue untuk beli buku sepuas lo.” – Hlm 25
Jennar memiliki laki-laki yang ia
cintai. Laki-laki yang menjadi alasan untuk Jennar menolak pria yang mencoba
mendekatinya, yaitu Rendra. Pertemuan yang tidak terduga dengan Rendra membuat
Jennar sedih. Perasaan hatinya tidak menentu dan setelah pertemuan itu ia
menangis semalaman dan Azel membiarkannya, agar istrinya merasa lebih tenang.
Perasaan Jennar makin tidak menentu saat Rendra memberinya sebuah surat
pengakuan bahwa selama ini ia mencintai Jennar. Saat itu Jennar kehilangan
kata-kata. Ternyata laki-laki yang ia cintai, balik mencintainya. Hanya saja
kini status Jennar sudah menjadi istri Azel.
Ya Tuhan, bagaimana bisa aku menikah
dengan perempuan yang masih menangisi laki-laki lain? – Hlm 33
Ada jenis cinta
yang mampu membuat seseorang tersakiti, sesakit yang pernah ia rasakan.
Cinta yang tak
terbalas. – Hlm 40
Sebodoh apa pun aku di matanya, aku
tetap suka melihatnya tertawa. –
Hlm 57
Tapi seakan masa lalu tidak
berhenti mengusik kehidupan mereka, Desi wanita yang dicintai Azel di masa lalu
kembali ke Tanah Air dan hendak bercerai dengan suaminya. Itu bukan kabar baik
bagi Jennar. Hatinya mendadak tidak tenang. Dan pertengkaran mereka pun di
mulai sejak Azel bertemu dengan Desy tanpa memberi kabar kepada Jennar,
berlanjut dengan Azel pulang sambil mabuk dan menyebut nama Desi ketika sedang
mencium Jennar. Ia marah sekali. Jennar memulai aksi mendiamkan Azel berharap
Azel tahu kesalahannya.
“Aku? Cemburu? Kalau aku udah nggak
punya otak kayaknya baru aku cemburu!” –
Hlm 120
Sikap diam Jennar tidak membuat
keadaan membaik. Azel bingung dan mendadak ikut marah. Keduanya sama-sama dalam
keadaan emosi. Sama-sama tidak terima perlakukan pasangannya. Sikap rahasia
Azel yang bertemu Desi, sikap Jennar yang tidak mau jujur membuat keduanya
tidak makin membaik.
Lalu secara diam-diam, Azel
kembali bertemu dengan Desi di apartemennya.
***
Ini karya pertama Mba Jenny yang
aku baca, setelah mengetahui profilnya aku mengacungkan jempol buat penulis. Benar-benar
bikin greget. Aku suka bahasanya dan cara Mba Jen menulisnya. Asik ^^
Benar kata orang yang sudah baca
karya Mba Jenny, karya dia memang mengalir saja enak di baca. Tanpa sadar aja
kita udah terbawa dalam emosi parah tokoh dan tanpa aku sadar, eh udah habis
aja ceritanya hehe ...
Konfilknya seputar masa lalu
masing-masing dari tokoh, Jennar dan Azel. Kalau Jennar mempunyai masa lalu
bersama Rendra, sedangkan Azel dengan Desi. Dua-duanya memiliki arti bagi
Jennar dan Azel, sehingga kehadiran mereka setelah pernikahan Jennar-Azel
membuat pernikahan yang mereka awalnya adem ayem berubah menjadi kacau. Kacau
dalam artian, perasaan hati mereka yang kacau keke~
Tokoh favorit saya itu Azel. Dia
baik, perhatian, dan sabar. Romantisnya berlebihan sih, tapi aku suka Azel.
Cowok idaman banget. Tapi yang kesalnya pas dia ke apartemen Desi. Itu rasanya
pengen kuremuk si Azel. *GERAM
Tapi aku punya dua persamaan
dengan Jennar. Pertama, Jennar suka
banget menyangka pujian itu sebagai dua arti, yaitu pujian atau hinaan. Persis
sama kayak aku waktu zaman SMP dan SMA. Kesan juteknya itu kelihatan banget.
Wajah pun ikut mendukung hehe... Tapi
sekarang gak pernah lagi, udah ingat umur. Gak pantas jutek-jutekan lagi
wkwkwk. Makanya ketika membaca tokoh Jennar, jadi senyum sendiri.
Kedua, kalimat “Aku?
Cemburu? Kalau aku udah nggak punya otak kayaknya baru aku cemburu!”
percaya gak percaya aku pernah ngucapin hal yang sama untuk cowok yang kepedean
banget nyangka aku suka sama dia. Dan itu dullluuu banget haha .... baca
tentang Jennar kok makin terasa mirip, maka dari itu aku gak milih Jennar
sebagai tokoh favorit.
Penulis menggunakan dua sudut pandang,
yaitu Jennar dan Azel secara bergantian. Kalau untuk Jennarnya sih menurut aku
udah oke. Juteknya dapat, sifat ceweknya juga dapat, dan cemburunya juga dapat.
Cuma pas memakai sudut pandang Azel, agak kurang dapat sebagai cowok. Gak tau
dimana kurangnya, tapi pokoknya kurang aja.
Ada sedikit saran untuk buku ini.
Sedikiitt banget, gak banyak-banyak XD
Aku sudah janji sama orangtua kamu, diriku dan juga Tuhan untuk selalu ngejaga kamu (hal 155)
Mungkin susunan kalimat di atas
bisa ditukar. Dimulai dari Tuhan, orang tua baru diriku. Soalnya gak etis aja kan Tuhan diletakan di posisi ketiga,
seakan-akan Tuhan itu hanya pelengkap ^^
Secara keseluruhan aku suka
dengan buku ini. Endingnya juga kayak dongeng-dongeng, hidup bahagia *Horreee
Hidup Jennar-Azel hehe* Jennar-Azel akhirnya bisa menerima masa lalu sebagai
masa lalu. dan akhirnya Rendra serta Desi menemukan kehidupan mereka
masing-masing.
Dan ini dia kalimat favorit aku
yang selanjutnya \^^/
Aku meronta. Enak aja main peluk-peluk! Nggak ada pelukan saat marahan! ─ hlm 122
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentarmu disini