Fear Street:
Halloween Party
by R.L.Stine
© 1990 by Parachute
Press, Inc.
Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama
Alih Bahasa by Rina
Buntaran
Cetakan ke-2;
Desember 1998; 192 Hlm
Rate 5 of 5
UNDANGAN MENGHADIRI
TEROR
Undangan itu
dikirim dalam amplop bertepi hitam. Di dalamnya terdapat kartu bergambar peti
mati dengan tulisan “Khusus Untukmu”. Undangan itu sangat cocok untuk sebuah
pesta Hallowen yang diadakan semalaman di Fear Street. Tapi terry dan pacarnya
Niki bertanya-tanya mengapa mereka di undang. Mereka hampir tidak mengenal
Justine Cameron, siswi pindahan yang misterius dan cantik yang mengadakan pesta
itu.
Pesta berlangsung
meriah ketika lampu mati. Tak aneh pada pesta Hallowen yang menyeramkan. Tapi
ketika lampu kembali menyala, di lantai tergeletak tubuh seorang pemuda dengan
sebilah pisau tertancap di punggung. Mungkin hanya tipuan Halloween?
Mungkin ya. Mungkin
juga tidak.
Pesta Halloween
Terry dan Niki telah berubah menjadi teror. Dengan perasaan ngeri mereka sadar
bahwa ada tamu pesta kostum yang datang untuk membunuh!
Terry, Niki, Trisha, Ricky,
Murphy, Angela, Les, David dan Alex adalah tamu undangan khusus pesta Halloween
yang akan diadakan di rumah Justine yang besar. Konon rumah tersebut berhantu
sehingga tidak pernah ada yang berani tinggal disitu. Tapi tidak ada tempat
yang lebih pantas untuk mengadakan pesta Halloween selain di rumah Justine yang
disebut Puri Cameron. Justine menetapkan aturan yang ketat untuk pestanya. Yang
datang ke pesta hanyalah mereka yang di undang, sehingga kabar pesta misterius
Justine tersebar cepat ke pelosok sekolah.
Di tengah jalan menghadang sosok
mahkluk dari alam mimpi buruk. Pakaian hitam mahkluk itu mengangtung
compang-camping. Wajahnya─atau
sisa wajahnya─seolah
hancur membusuk. Dan dagingnya mengelupas. – Hlm 8
Tapi seperti apa pun berusaha
mengecilkannya, Terry tak bisa mengabaikan sepercik firasat buruk di hatinya. – Hlm 36
Terry dan Niki mencoba
menganalisi persamaan dari kesembilan orang yang di undang oleh Justine. Tapi
tidak ada. Semuanya diundang secara acak, dan ketika ditanyakan langsung ke
Justine dia hanya mengatakan ingin mengenal ke sembilan orang tersebut lebih
dekat. Dan mereka percaya hal itu. Pesta itu benar-benar meriah dan luar biasa,
ditambah dekorasi yang membuat rumah Justine seperti tempat syuting film horor
membuat suasana makin riuh. Suara hingar bingar musik hip hop dan bernada disko
terus berputar melalui speaker besar di ruang tersebut. Membuat semuanya tidak
terkendali.
Di depan perapian, separo tubuh di
atas permadani tergeletak sesosok tubuh kaku.
Darah mengalir dari sisi tubuh itu,
bersumber dari pisau daging besar yang mencuat di punggungnya. – Hlm 63
“Satu hal lagi,” tambahnya.” Kuminta
kalian hati-hati. Karena... semua bisa terjadi pada malam Halloween.” – Hlm 88
Hingga Niki menghilang di dalam
rumah besar itu dan Terry mencarinya. Betapa terkejutnya Terry ketika bukannya
menemukan Niki di loteng tapi menemukan Alex yang sudah tergantung menjadi
mayat.
Alex mati.
Tidak ada yang percaya pada
Terry. Tidak ada ...
Karena mereka percaya itu semua
hanya kejutan. Kejutan yang telah di rancang oleh Justine.
Ia sesaat berhenti, kemudia
meneruskan, suaranya tiba-tiba gemetar, “Untuk membalas dendam!” – Hlm 153
***
Teror di malam Halloween?
Kayaknya komplit banget yah. Udah
di malam Halloween, eh malah ada teror. Rasanya mencekam banget. Sama seperti
novel satu ini. Teror di malam Halloweennya “ngena” banget horornya. Gimana
penulis menciptakan efek menahan nafas saat di temukan mayat Alex, belum lagi
ketika Terry berusaha mati-matian meyakinkan teman-temannya kalau ada yang
salah dengan pesta itu juga seru. Aku sampai kesal dengan teman-teman Terry
yang seakan menutup mata kejadian-kejadian aneh yang terjadi.Mereka terlalu
hanyut dengan kejutan-kejutan special dari Justine. Terus ending ketika mereka
mencoba menyelamatkan diri dari jebakan rumah yang terbakar. Cara penulis
mendiskripsikan putus asa, frustasi, rasa takut, dan teriakan histeris memang perfect.
Sudut pandang yang dipakai
penulis, Sudut Pandang Orang Ketiga Mahatahu. Penulis bertindak sebagai orang
yang tahu segalanya dan bertindak sebagai pengamat pada tokoh di dalam novel
ini, tapi kebanyakan yang di pakai untuk Terry. Karena ia tokoh utamanya. Selanjutnya
ada Niki, David dan lain-lain. Tidak ada yang aneh sih, cuma kadang penulis kan
fokus pada satu sudut pandang aja, tapi disini kita bisa mengamati tokoh-tokoh
lain.
Adegan favorit aku itu ketika
Terry dan Niki melakukan petualangan kecil mereka di makam Fear Street yang
terkenal angker dan seram. Adegan yang bikin jantung lemas, ketika ditemukan
mayat kedua. Adengan paling aku benci, ketika ada dua preman sekolah yang
datang tanpa di undang dan menghancurkan pesta sekaligus melukai beberapa tamu
undangan. Banyak lagi adengan yang bikin lemas, tapi yang aku sebutin udah
cukup bikin lemas kok hehe. Sambil ngebayangin sosok mayat itu *Brrrr mendadak
dingin ya x_x
Penulis juga membuat kita menebak motif dan pelaku sebenarnya. Kalau aku sih otomatis pasti akan tebak Justine pelaku utamanya. Karena dia tuan rumah dan penyelenggara pesta misterius itu. Tapi kecelakaan jatuh dari balkon yang terjadi pada dia itu bikin aku mencoret dia. Dan ternyata pelakunya adalah *jreng jreng ... ANTI SPOILER wkwkwk
Di antara kesempurnaan novel ini,
ada satu kalimat yang kayaknya gak pas banget susunannya.
KAU AKAN INGIN BUTA JUGA. – Hlm 41
Nah itu maksudnya gimana coba. Itu
kata ancaman yang ditulis di kertas dan diselipkan ke dalam loker Niki. Aneh
kan maksud kalimatnya? Tapi selain dari itu sih, semua kata aman. Gak ada typo
sedikitpun.
Pelajaran yang dapat aku ambil
dari novel ini adalah:
1.
Jangan jadi pendendam. Dendam Cuma akan
menggerogoti sisa kebaikan yang ada di hati kita. Apalagi kalau dendamnya sama
orang yang sama sekali tidak bersalah, itu sama aja udah melakukan kejahatan.
2.
Kalau seandainya ada di posisi Terry dan Nikki
serta kawan-kawan, yang mendapat undangan pesta aneh, coba cek dulu dch
maskudnya apa. Mungkin memang bukan teror seperti dalam novel-novel, tapi
kejatahatan sekarang modusnya banyak banget. Tinggal di pancing aja, korbannya
yang datang sendiri.
3.
Persahabatan. Di novel ini akan di ajarkan
pentingnya persahabatan, walaupun pesahabatan itu sudah retak, tapi tetap akan
ada perasaan ingin melindungi ketika salah satunya terluka.
“Aku tak yakin,” ujar Niki, masih
berpegangan pada lengan Terry ketika mereka mulai berjalan pergi. “Di Fear
Street selalu Halloween.” –
Hlm 191
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentarmu disini