Fear Street: Dead End
by R.L.Stine
Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama
Alih Bahasa by
Sutanty
Jakarta 1998; 176 hlm
Rate 5 of 5
MUSIBAH BIASA
TERJADI...
Natalie dan
teman-temannya tak bisa melupakan kecelakaan mengerikan di jalan buntu itu.
Seorang wanita tewas, dan merekalah yang bertanggung jawab. Mereka terlah
bersumpah untuk merahasiakan peristiwa itu....sampai kemudian salah satu dari
mereka tidak tahan lagi dan hendak melapor ke polisi....namun tak sempat,
karena ia dibunuh.
Anak-anak itu semakin
panik dan mulai saling mencurigai, apalagi ketika satu teman lagi tewas
dibunuh. Natalie akhirnya memutuskan untuk membuat pengakuan, tapi kenyataan
yang diketahuinya dari polisi ternyata mengagetkan.
Natalie, Randee, Todd, Carlo dan
Gillian di undang ke pesta oleh teman sekolah mereka. Awalnya hanya pesta kecil
yang penuh pizza dan minuman bersoda, sampai akhirnya suasana pesta menjadi
tidak terkendali dengan hadirnya anak laki-laki dari sekolah lain sambil
membawa bir. Mereka mabuk-mabukan di garasi, salah satu di antara laki-laki itu
adalah Keith, pacar Natalie. Melihat tidak terkendalinya pesta tersebut,
Natalie dan kawan-kawannya memutuskan pulang menggunakan mobil Randee. Untuk
alasan tertentu Natalie menolak pulang dengan Keith yang sedang mabuk berat.
Sepuluh menit kemudian, rasanya aku bersedia memberikan
apa pun asalkan tidak berada di dalam mobil Randee. ─ Hal 23
Aku hanya bisa melihat tanda bertuliskan: JALAN BUNTU.─ Hal 28
Randee menyusuri jalanan berkabut
dengan kecepatan yang lumayan tinggi, hingga akhirnya Natalie mengingatkan
untuk berhati-hati dan Randee menurunkan kecepatan mobilnya. Jalan licin karena
hujan turun, belum lagi kabut yang tebal mengaburkan pandangan Randee. Tanpa
sadar ban mobil Randee slip dan salah belok. DI balik kabut, seolah-olah benda
itu muncul begitu saja, ada sebuah mobil terpakir di tepi jalan, dan Randee
menabrak mobil tersebut. Natalie berkeras supaya mereka turun dan melihat
keadaaan, tapi Randee yang tidak mendapat izin pergi kepesta, Todd yang ayahnya
baru mendapat pekerjaan, Carlo yang ayahnya terbujur sakit di rumah sakit
menjadi alasan untuk mereka menghindari masalah tersebut. Malam itu mereka
kabur dengan meninggalkan seseorang yang ada di dalam mobil yang telah mereka
tabrak.
Satu kali telepon bisa mengakhiri
semua itu. Satu telepon dari seorang polisi yang berkata, “Kami tahu kaulah
pelakunya. Kami tahu kau ada di dalam mobil yang melarikan diri setelah
menewaskan saudara perempuan Walikota.” ─
Hal 43
Sial bagi Natalie dan
kawan-kawan, orang yang mereka tabrak adalah saudara perempuan Walikota dan
polisi berusaha sekuat tenaga untuk memecahkan kasus tersebut. Natalie dan
kawan-kawan hidup dalam ketakutan, setiap saat yang terbayang hanyalah
peristiwa mengerikan tersebut. Sampai akhirnya Carlo, sosok laki-laki pendiam,
tidak mampu menjaga rahasia itu lagi. dan bertekad akan ke kantor polisi untuk
menceritakan semuanya.
“Kalau kau mengkhianati kita, kau
yang akan mati berikutnya,” bisik Todd. “Kau yang mati berikutnya, Carlo.” ─ Hal 49
“Aku bukan satu-satunya yang membawa senapan di hutan
kemarin pagi.”─ Hal
109
Natalie menjatuhkan kecurigaan
pada Todd. Tapi sepertinya Gillian mengetahui sesuatu hal yang membuatnya tidak
ikut menyalahkan Todd. Dan seperti Carlo, Gillian akan mengaku kepada polisi
semua yang telah terjadi. dan keesokannya Gillian ditemukan tewas jatuh dari
tangga dengan kepala terputar.
Benarkah semua hanya kecelakaan?
Kematian dua orang temannya
membuat Natalie tidak percaya lagi kepada Randee dan Todd yang notabene-nya
adalah sahabat dari kecil Natalie.
Natalie tidak percaya siapapun
lagi.
Dan ia harus melapor pada polisi.
Harus...
***
Thriller remaja yang bikin
terguncang sekaligus membolak-balikan emosi pembaca. Aku masih gak percaya gimana
penulis menciptakan karakter remaja yang berbeda-beda dalam satu cerita, dan
kelima karakter tersebut memiliki porsi dan kepentingan yang seimbang di dalam
novel tersebut, kecuali Natalie yang memiliki peran sedikit lebih besar, karena
sudut pandang menggunakan sudut pandnag Natalie sebagai “Aku”.
Aku juga suka sekali bagaimana
penulis membolak-balikan perasaan aku ketika menebak-nebak siapa pelaku
pembunuhan tersebut. Penulis membawa kita mencurigai Todd yang memang secara
fisik lebih besar, kuat, emosi meledak-ledak dan paling penting , ia takut
sekali pada ayahnya. Tapi walaupun akhirnya memang mengejutkan, kemungkinan
Todd adalah pelakunya tetap harus di perhitungkan. Tapi aku gak pernah
menyangka bahwa pelakunya adalah orang yang selama ini mereka percayai. Dan
alasannya adalah karena dialah pembunuh wanita di dalam mobil itu.
Emosi setiap tokoh pun sangat
sempurna. Emosi para remaja belasan tahun yang terlibat tabrak lari dengan
korban meninggal. Rasa takut yang menghantui di jelaskan baik sekali oleh
Natalie, dan teman-teman Natalie pun di gambarkan dengan cukup bagus. Kelemahan
karena memakai satu sudut pandang, hanya Natalie yang dapat kita rasakan. Tapi
aku rasa itu sudah cukup, emosi dan ketakutan Natalie sudah menggambarkan emosi
para tokoh lainnya.
Pelajaran yang dapat kita ambil
dari novel ini adalah:
1.
Belajar bertanggung jawab. Sikap Natalie dan
kawan-kawannya yang lari begitu ada masalah hanya memperburuk keadaan. Bahkan
yang lebih buruknya lagi adalah kematian tragis dua orang temannya.
2.
Ceritakan masalah terhadap orang yang lebih tua.
Memang ada beberapa hal yang ingin kita simpan sendiri, tapi ketika ada masalah
yang tidak bisa kita pikul, lebih baik ceritakan. Atau lebih mudah, mengakulah
kalau kita telah berbuat kesalahan.
“Sekarang aku mesti membereskan
masalah terakhir,” katanya pelan. “Kau.” ─ Hal 171
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentarmu disini