Selasa, 15 September 2015

[Review Buku] 2 Sisi Cinta by Rhesy dan Stanley Meulen


2 Sisi Cinta

by Rhesy dan Stanley Meulen

Penerbit Loveable

Penyunting by Andri Agus Fabianto

Penata Letak by Erina Puspitasari

Rate 2 of 5



Sesungguhnya wanita yang seiman dengan kamu lebih baik daripada wanita yang tidak seiman dengan kamu, walaupun ia menarik hatimu. Jangan pernah kamu menikah dengan yang tidak seiman hingga mereka seiman denganmu.
Terus, bagaimana jika jatuh cinta itu datang dengan tiba-tiba. Agama tidak mengaturnya, bukan? Selagi bisa dihindari, kenapa nggak? Lebih baik sakit karena diputusin daripada sakit setelah melakukan komitmen bersama seumur hidup, nyatanya sulit dijalankan. Kekuatan cinta, tidak akan pernah semurni dan sekuat pernikahan karena satu iman. Semoga itu bisa jadi pertimbangan kamu.
Tapi cinta sering membuat orang buta. Vanya dan Bagas tetap menjalankannya walau dengan tantangan berat. Entah kenapa, seakan ada hal yang tidak merestui cinta mereka. Bagas yang ingin pergi ke Kota Istanbul, Turki mengidap kanker yang bersarang di paru-parunya. Cita-citanya itu ingin menjejakkan kaki dari dua benua dan dua agama yang hidup berdampingan.
Lalu, apakah cinta mereka tetap menyatu? Atau, mereka justru terpisahkan oleh keadaan?


Vanya Apriliani seorang gadis asal Yogyakarta yang kuliah di Kota Bandung. Ia memiliki sahabat karib bernama Lina, dan suatu hari Lina meminta bantuan kepada Vanya untuk menghubungi mantan pacarnya yang bernama Rangga. Alasan mereka berpisah karena Rangga berbeda agama dengan Lina. Dengan berat hati Vanya akhirnya menolong Lina untuk mempertemukan kedua mantan kekasih itu. Lina ingin kembali menjadi kekasih Rangga lagi. Sesuatu terjadi berubah ketika Vanya pertama bertemu dengan Rangga. Ia memang tampan dan baik hati. Awalnya Vanya tidak ingin menganggap perasaan aneh itu sebagai cinta, tapi semakin lama ia mengenal Rangga, ia makin menyadari bahwa ia mencintai Rangga.



Ada dua masalah yang menganggu Vanya, pertama beda keyakinan dan kedua karena Rangga adalah mantan Lina. Tapi seiringnya waktu berjalan, Vanya tidak bisa membohongi perasaan dirinya sendiri hingga akhirnya ia mengungkapkan perasaan itu kepada Rangga. Kedua insan tersebut sama-sama teguh dengan agamanya masing-masing, tidak ada yang ingin mengalah bila berusuran dengan keyakinan seseorang. Dan mereka menjalani itu dengan apa adanya.



Seakan cinta mereka memang bukan untuk ditakdirkan bersama, Rangga di vonis terkena kanker darah dan hidupnya tinggal beberapa bulan lagi. vanya tahu, ini kesempatan terakhirnya untuk membahagiakan Rangga. Vanya memutuskan akan menghabiskan waktunya bersama Rangga.



Ada satu keinginan Rangga yang ingin Vanya penuhi, yaitu bertandang ke Istanbul dimana dua agama bisa hidup hidup rukun. Dan mereka mengikat janji kalau mereka berdua akan ke Istanbul.



***



Aku gak tahu siapa yang melakukan kesalahan FATAL ini. Coba lihat blurb di atas, siapa nama para tokoh yang disebutkan? Lalu lihat sinopsis yang aku tulis?



Yup Vanya-Bagas atau Vanya-Rangga? Aku kehilangan kata buat komentarin kesalahan ini. Rasanya seperti penulis tidak mendalami apa yang ia tulis. Sangat disayangkan ....



Inti ceritanya menarik, tapi sayangnya penulis tidak bisa menggambarkan perasaan tokoh dengan baik. Cerita berjalan terlalu cepat, tanpa aku sadari aku sudah membaca bagian dimana Vanya sudah mencintai Rangga. Seharusnya, ada momen-monen yang bisa dilukiskan oleh penulis bagaimana Vanya bisa mencintai Rangga. Aneh aja masa baru pertama kali ketemu tapi rasa cintanya udah mengebu-gebu. Terlalu maksa.



Ada beberapa konflik yang menjadi bumbu cinta berbeda agama ini. Pertama Lina yang menjadi membenci Vanya karena ketahuan Vanya mencintai Rangga, yang sesuai rencana Vanya harus menyatukan kembali Lina dan Rangga. Kedua ada Fathur, laki-laki yang meraih gelar dokter di Kanada yang hendak di jodohkan dengan Vanya. Seharusnya, dua konflik itu bisa menjadi pemecah emosi pembaca yang hebat kalau penulis bisa menulisnya dengan baik. Malah sayangnya, aku seperti membaca narasi pidato yang panjang, flat dan tidak berkesan sama sekali.



Tragisnya lagi, bagian yang harusnya sedih dan menguras air mata. Entah kenapa rasanya menjadi biasa aja. SANGAT BIASA sekali. penjiwaannya gak dapat sama sekali.



Karakter Vanya dan Rangga menurut aku bagus. Cuma kurang memberi kesan. Vanya teguh menjaga agamanya agar tidak menjalin hubungan yang lebih jauh dengan Rangga, begitu sebaliknya juga Rangga. Bagus sebenarnya. Mereka berdua tidak terlalu tenggelam dalam kemunafikan cinta yang sesaat. Dan sekali lagi sayangnya, karakter itu bagaikan pemaksaan ketika penulisnya tidak mampu membuat kedua tokoh tersebut terasa hidup.



Ending yang bagus. Dan pembelajaran yang sangat sangat bagus.



Bahwa cinta bukan segala-galanya di dunia ini. Ada hal-hal yang harus dipertimbangkan ketika ingin memulai sebuah kisah cinta.



Aku harap penulisnya akan menerbitkan karya terbaru dengan ide yang baru juga.

G+

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentarmu disini

 
;