Minggu, 16 Agustus 2015

[Review Buku] Fear Street: Tantangan by R.L. Stine

Fear Street: The Dare
by R.L. Stine
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah oleh L. Ratnayanti
Cetakan ke-2; Agustus 1997; 208 Hlm
Rate 5 of 5


Gadis Baik-baik Tidak Membunuh....
Johanna Wise nyaris tak mempercayai nasib baiknya ketika diajak kencan oleh Dennis Arthur. Berpacaran dengan bintang atletik yang di dambakan oleh semua gadis di Shadyside High itu saja sudah membuatnya serasa di langit ketujuh, apalagi ketika Dennis mengajaknya bergabung dengan kelompok elitenya. Johanna yang berwajah biasa-biasa saja dan berasal dari keluarga sederhana itu benar-benar terbuai oleh gaya hidup Dennis dan sobat-sobatnya.
Maka ketika Dennis menantangnya untuk membunuh Mr. Northwood, guru sejarah yang “alergi” terhadap orang-orang kaya, Johanna tanpa ragu-ragu mengatakan YA. Mana bisa ia mengecewakan cowok yang begitu dipujanya? Lagi pula semua itu Cuma lelucon, kan?
Namun Dennis ternyata serius, dan Johanna menghadapi masalah besar. Apakah ia benar-benar mau membunuh demi cinta?


Sengaja kali ini gak bikin sinopsis sebelum nge-review, karena isi back covernya udah menjelasakan sekali isi buku ini. Karena ciri khas R.L. Stine banget kalau beliau tidak pernah membuat cerita yang bertele-tele, singkat, padat, jelas dan dapat banget feel misterinya.

Seandainya ibuku pergi ke sekolah untuk protes, Mr. Hernandez tidak akan minta maaf, aku tahu itu. Dia tidak takut pada Momkarena kami miskin dan kami tidak tinggal di rumah besar di North Hils. Hal 66

Dalam buku ini kita akan langsung tahu apa perbedaan orang kaya dan orang miskin yang menempuh ilmu pada satu sekolah yang sama. Perbedaan dan ketidak adilan pasti akan terjadi. Si kaya boleh melakukan apapun kehendaknya, sedangkan si miskin hanya mampu berjalan lurus pada jalan mereka yang sudah ditakdirkan. Tapi Mr. Northwood tidak bisa melihat hal tersebut, dan sepertinya ia benci sekali kepada anak-anak kaya tersebut. Terbukti untuk beberapa hal kecil aja dia mampu menghukum para murid kaya tersebut dan untuk kasus Dennis, Mr. Northwood tidak tersentuh sama sekali ketika Dennis harus menanggung resiko di keluarkan dari Tim Atletik Nasional bila ujiannya mendapat nilai jelek.

“Kutantang kau untuk membunuh Northwood,” Katanya
“Oke,” jawabku, dan kurasakan jantungku berdetak kencang. “Aku akan melakukannya.” Hal 147


Konflik yang terjadi itu sebenarnya antara diri Johanna sendiri. Ketika ia di tantang untuk membunuh Mr. Northwood seharusnya ia bisa saja menolaknya dengan gampang. Tapi karena rasa cinta kepada Dennis dan rasa ingin di anggap hebat oleh geng anak-anak kaya tersebut membuat Johanna terbawa suasana hatinya. Ia seperti terhipnotis oleh bujukan Dennis untuk membunuh Mr. Northwood. Belum lagi taruhan yang sudah tersebar luar di sekolah hingga uang yang terkumpul mencapai ribuan dolar, membuat Johanna makin bernafsu untuk membuktikan dirinya pantas di sisi Dennis.

Kalau dia mati, aku akan merasa lebih lega. – Hal 163

Adegan terakhirnya itu tidak terduga banget. Johanna yang sedang memutuskan akan menembak gurunya tiba-tiba berhenti melakukannya, tapi mendadak di luar kesadarannya ternyata ia melakukannya juga. Dan jreng jreng ..... tidak ada satupun yang menolong, bahkan Dennis dengan tega melepas tangan tidak tahu menahu tentang kejadian mengerikan itu. Bagian ini berhasil bikin deg deg kan. Meski ceritanya sederhana dan tidak sedetail novel super tebal, tapi endingnya tetap bikin terlonjak kegirangan sekaligus mengumpat si jahat dengan kata “Mam*us!” hehe ... maklum terbawa suasana.

Untuk alur dan dan karakter mungkin tidak sekuat karakter tokoh dalam novel-novel kali ya. Karena buku ini memang isinya ringan, konflik memukau dan ending yang susah di tebak. Pokoknya walaupun buku ini kecil gak bikin bosan, justru disitu kekuatannya. Karena penulis mampu menimbulkan kesan misterius di tiap akhir halaman setiap bab-nya.

Pelajaran yang aku dapat dari sini ada dua sebenarnya.

Pertama, kalau memang kita terlahir dengan kaya raya, coba tidak untuk merasa sok hebat atau sok pamer. Beberapa orang mungkin kagum dengan gaya songong itu, tapi beberapa orang juga menganggap hal tersebut sebagai hal yang tidak pantas. Oke lah kalau orang yang membenci kita itu hanya orang biasa-biasa saja (baca: orang-orang sirik) nah kalau yang benci adalah orang-orang yang punya pengaruh dalam karir kita, mau gimana? Makanya hormati dan hargai orang lain, maka orang itu pun pasti akan lebih menghargai kita.

Kedua. Sadar diri aja lah siapa diri kita ini. Secara fisik, kita cantik atau tampan tidak sampai pantas bergabung dengan geng orang kaya. Kita cukup pintar tidak sampai-sampai si anak kaya butuh kita. Kalau kedua hal tersebut tidak ada, stop untuk memulai persahabatan seperti itu. Karena mereka akan mudah memanfaatkan orang-orang yang kagum kepada mereka. Contoh aja Johanna yang klepek-klepek kayak ikan kalau ketemu Dennis.

Nah review kali ini mungkin tidak sedetail review yang biasa, karena susah memang mengomentari isi buku yang sedikit seperti karya-karya R.L. Stine.

Dan sampai jumpa di karya R.L. Stine berikutnya ^^9

G+

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentarmu disini

 
;