Fear Street: The Dare
by R.L. Stine
Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama
Penerjemah oleh L. Ratnayanti
Cetakan ke-2; Agustus 1997; 208
Hlm
Rate 5 of 5
Gadis Baik-baik Tidak Membunuh....
Johanna Wise nyaris tak mempercayai
nasib baiknya ketika diajak kencan oleh Dennis Arthur. Berpacaran dengan
bintang atletik yang di dambakan oleh semua gadis di Shadyside High itu saja
sudah membuatnya serasa di langit ketujuh, apalagi ketika Dennis mengajaknya
bergabung dengan kelompok elitenya. Johanna yang berwajah biasa-biasa saja dan
berasal dari keluarga sederhana itu benar-benar terbuai oleh gaya hidup Dennis
dan sobat-sobatnya.
Maka ketika Dennis menantangnya
untuk membunuh Mr. Northwood, guru sejarah yang “alergi” terhadap orang-orang
kaya, Johanna tanpa ragu-ragu mengatakan YA. Mana bisa ia mengecewakan cowok
yang begitu dipujanya? Lagi pula semua itu Cuma lelucon, kan?
Namun Dennis ternyata serius, dan
Johanna menghadapi masalah besar. Apakah ia benar-benar mau membunuh demi
cinta?
Sengaja kali ini gak bikin
sinopsis sebelum nge-review, karena isi back
covernya udah menjelasakan sekali isi buku ini. Karena ciri khas R.L. Stine
banget kalau beliau tidak pernah membuat cerita yang bertele-tele, singkat,
padat, jelas dan dapat banget feel misterinya.
Seandainya ibuku pergi ke sekolah untuk protes, Mr. Hernandez tidak akan minta maaf, aku tahu itu. Dia tidak takut pada Mom─karena kami miskin dan kami tidak tinggal di rumah besar di North Hils. – Hal 66
Dalam buku ini kita akan langsung
tahu apa perbedaan orang kaya dan orang miskin yang menempuh ilmu pada satu
sekolah yang sama. Perbedaan dan ketidak adilan pasti akan terjadi. Si kaya
boleh melakukan apapun kehendaknya, sedangkan si miskin hanya mampu berjalan
lurus pada jalan mereka yang sudah ditakdirkan. Tapi Mr. Northwood tidak bisa
melihat hal tersebut, dan sepertinya ia benci sekali kepada anak-anak kaya
tersebut. Terbukti untuk beberapa hal kecil aja dia mampu menghukum para murid
kaya tersebut dan untuk kasus Dennis, Mr. Northwood tidak tersentuh sama sekali
ketika Dennis harus menanggung resiko di keluarkan dari Tim Atletik Nasional
bila ujiannya mendapat nilai jelek.
“Kutantang kau untuk membunuh Northwood,” Katanya
“Oke,” jawabku, dan kurasakan jantungku berdetak kencang. “Aku akan melakukannya.” – Hal 147
Konflik yang terjadi itu
sebenarnya antara diri Johanna sendiri. Ketika ia di tantang untuk membunuh Mr.
Northwood seharusnya ia bisa saja menolaknya dengan gampang. Tapi karena rasa cinta
kepada Dennis dan rasa ingin di anggap hebat oleh geng anak-anak kaya tersebut
membuat Johanna terbawa suasana hatinya. Ia seperti terhipnotis oleh bujukan
Dennis untuk membunuh Mr. Northwood. Belum lagi taruhan yang sudah tersebar
luar di sekolah hingga uang yang terkumpul mencapai ribuan dolar, membuat
Johanna makin bernafsu untuk membuktikan dirinya pantas di sisi Dennis.
Kalau dia mati, aku akan merasa lebih lega. – Hal 163
Adegan terakhirnya itu tidak
terduga banget. Johanna yang sedang memutuskan akan menembak gurunya tiba-tiba
berhenti melakukannya, tapi mendadak di luar kesadarannya ternyata ia
melakukannya juga. Dan jreng jreng ..... tidak ada satupun yang menolong, bahkan
Dennis dengan tega melepas tangan tidak tahu menahu tentang kejadian mengerikan
itu. Bagian ini berhasil bikin deg deg kan. Meski ceritanya sederhana dan tidak
sedetail novel super tebal, tapi endingnya tetap bikin terlonjak kegirangan
sekaligus mengumpat si jahat dengan kata “Mam*us!” hehe ... maklum terbawa
suasana.
Untuk alur dan dan karakter
mungkin tidak sekuat karakter tokoh dalam novel-novel kali ya. Karena buku ini
memang isinya ringan, konflik memukau dan ending yang susah di tebak. Pokoknya
walaupun buku ini kecil gak bikin bosan, justru disitu kekuatannya. Karena
penulis mampu menimbulkan kesan misterius di tiap akhir halaman setiap bab-nya.
Pelajaran yang aku dapat dari
sini ada dua sebenarnya.
Pertama, kalau memang kita
terlahir dengan kaya raya, coba tidak untuk merasa sok hebat atau sok pamer.
Beberapa orang mungkin kagum dengan gaya songong itu, tapi beberapa orang juga
menganggap hal tersebut sebagai hal yang tidak pantas. Oke lah kalau orang yang
membenci kita itu hanya orang biasa-biasa saja (baca: orang-orang sirik) nah
kalau yang benci adalah orang-orang yang punya pengaruh dalam karir kita, mau
gimana? Makanya hormati dan hargai orang lain, maka orang itu pun pasti akan
lebih menghargai kita.
Kedua. Sadar diri aja lah siapa
diri kita ini. Secara fisik, kita cantik atau tampan tidak sampai pantas
bergabung dengan geng orang kaya. Kita cukup pintar tidak sampai-sampai si anak
kaya butuh kita. Kalau kedua hal tersebut tidak ada, stop untuk memulai
persahabatan seperti itu. Karena mereka akan mudah memanfaatkan orang-orang
yang kagum kepada mereka. Contoh aja Johanna yang klepek-klepek kayak ikan
kalau ketemu Dennis.
Nah review kali ini mungkin tidak
sedetail review yang biasa, karena susah memang mengomentari isi buku yang
sedikit seperti karya-karya R.L. Stine.
Dan sampai jumpa di karya R.L.
Stine berikutnya ^^9
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan komentarmu disini