Minggu, 30 Agustus 2015

[Review Buku] Dexter: Pembunuh Charming Penyayang Keluarga by Jeff Lindsay


Dearly Devoted Dexter
Copyright ©2005 by Jeff Lindsay
Penerbit Dastan Books
Penerjemah oleh Dewi Anggaraeni
Cetakan 1; Januari 2009; 356 Hal
Rate 5 of 5

Dexter Morgan. Detektif spesialisasi percikan darah di Kepolisian Miami, adalah seorang pria tampan, charming, dan kharismatik. Tipe pria idaman setiap wanita. Namun, tidak ada yang tahu bahwa di balik semua itu ternyata ia adalah seorang pembunuh berantai. Tapi Dexter punya peraturan: ia hanya membunuh orang-orang yang memang pantas untuk mati. Selama melakukan pembunuhan, Dexter dikendalikan oleh alter ego-nya yang bernama Dark Passenger.
Kali ini Dexter menghadapi dua masalah sekaligus. Di satu sisi, ia harus mengungkap identitas seorang psikopat pemutilasi yang di juluki Dr. Danco. Psikopat ini tidak membunuh para korbannya, namun memereteli bagian-bagian tubuh korban: tangan, kaki, telinga, bibir, kelopak mata, dan hidung. Ia meninggalkan para korban dalam keadaan hidup! Dr. Danco memutilasi tubuh korban dengan cara teramat rapi, layaknya sebuah karya seni.
Di sisi lain, Dexter harus menghadapi kecurigaan Sersan Doakes. Demi menghindari kecurigaan tersebut, Dexter menekan alter ego-nya agar tidak membunuh lagi. ia menenggelamkan diri dalam kehidupan keluarga bersama pacarnya Rita dan dua anaknya. Dexter sang Pembunuh Berantai berubah menjadi Dexter sang Pria Rumahan. Dexter harus bekerja sama dengan Sersan Doakes untuk memecahkan kasus Dr. Danco. Dapatkah ia menyelesaikan kasus itu? Atau sebaliknya, Dark Passenger yang akan lenyap dari kehidupan Dexter untuk selamanya?

Dia bersembunyi di balik wajah manusia dan menelusuri jejak para pembunuh keji yang telah membunuh tanpa aturan. – Hal 14

Dexter Morgan menjalani hari normal layaknya manusia normal, walaupun ia selalu menyangka dirinya bukanlah manusia normal pada umumnya. Ia adalah monster berwajah manusia yang di kendalikan oleh alter ego-nya bernama Dark Passenger. Dexter membunuh para pembunuh yang lolos dari hukum dan tugasnya  membawa keadilan itu bersama tubuh-tubuh para korbannya yang telah di mutilasi dan teronggok di dasar lautan.

Tidak ada emosi, tidak ada rasa empati, tidak ada perasaan dan tidak ada jiwa. Hanya Dark Passenger yang mengisi tubuh Dexter itu. Di siang hari Dexter adalah laki-laki sederhana yang mempesona, sedangkan di malam hari ia akan berkeliaran mencari mangsa.

Sayangnya, dalam beberapa waktu terakhir ada Sersan Doakes yang selalu mengawasinya. Dan menurut Dark Passenger  kalau Sersan Doakes mencium pekerjaan sampingan Dexter, dan keahliannya yang mengendap-ngendap tidak ia sembunyikan dari Dexter. Ia ingin Dexter mengetahui, bahwa ada seseorang yang mengawasinya. Dan Dark Passenger  pun menjadi lemah tidak berdaya. Karena Dexter yang Menawan harus menjalani hidup normal siang dan malam. Malah di perparah dengan kehidupan pertunangan yang tidak ia inginkan serta dua orang anak dari pacarnya, Cody dan Astor. Kehidupan normal telah menyiksa Dark Passenger

Tapi kasus yang rumit menghampiri Dexter. Seorang dokter bedah, bernama Dr. Danco, yang kehilangan akal sehat dengan membantai para musuh-musuhnya dengan sangat rapi. Seorang korban yang Dexter temukan dengan kondisi “mengagumkan”. Kelopak mata hilang, lidah di potong, bibir di sayat, kaki dan tangan hilang, ajaibnya korbannya tetap hidup dan dalam keadaan sadar saat sang korban di “preteli” dengan sangat rapi.

Sialnya ....


Dexter harus menjadi rekan Doakes saat salah satu teman Doakes di tangkap oleh Dr. Danco dan ditemukan dalam keadaan tidak utuh lagi. Membuat Dexter kewalahan sendiri saat adiknya bernama Debs memaksa Dexter untuk bergabung dengan pemburuan Dr. Danco.

Dexter memutar akal. Di sisi lainnya ia ingin bebas dari Sersan Doakes tapi di sisi lain ia harus mengorbankan rekanya itu. Dan Dexter menemukan ide yang cemerlang. Ia bisa menyingkirkan Sersan Doakes sekaligus Dr. Danco dalam waktu bersamaan. Sehingga Dark Passenger bisa bebas melakukan pekerjaan penuh keadilan yang selalu ia rindukan.

Beruntung bagi Dexter. Sersan Doakes setuju menjadi umpan bagi Dr. Danco dan Dexter pun menelusuri jejak dokter gila itu dengan nalurinya yang sesama monster. Tapi saat Dr. Danco sedang membedah Sersan Doakes, Dexter ketahuan dan di tangkap oleh Dr. Danco.

Dalam hati Dexter bertanya-tanya, apakah ia masih sempat melihat dunia setelah Dr. Danco selesai dengan tubuh Sersan Doakes?

***

Oh, udara adalah sesuatu yang indah tapi selalu disepelekan. – Hal 228

Aku udah pernah nonton serial Dexter ini di tv, dan aku suka sekali dengan serial tv itu. Cuma setelah baca novelnya, Dexter di serial tv agak jauh berbeda dengan Dexter dalam bayanganku saat membaca novel.

Kalau ada Pembunuh Berantai yang begitu memikat, itu pasti Dexter orangnya. Aku suka sekali dengan pembunuh berantai satu ini. Ia punya cara unik dalam menentukan korbanya, yaitu orang-orang yang memang bersalah. Tapi kesalahannya yang pantas di nilai mata hukum, bukan hanya sekedar kejahatan mencuri atau mencopet. Aku suka mengetahui kehidupan “normal” yang begitu ia benci, bangun pagi, ke kantor, tersenyum kepada semua orang dan bersikap bersedia menyediakan bahu untuk siapapun yang membutuhkan. Dan asal tahu aja, dia selalu di tindas oleh sikap keras kepala dan kegarangan adik perempuannya yang sangat berambisi menjadi polisi baik. Lucunya, dia selalu menerima dengan hati terbuka walaupun pukulan adiknya begitu menyakitkan ketika sedang marah.

Aku hanya petugas forensik culun yang berperilaku baik. – Hal 323

Aku suka penulisnya menceritakan kehidupan Dexter. Penulisnya berhasil membuat dua sisi Dexter yang saling bertentangan. Dan bagaimana Dark Passenger  mengalami kemunduran saat Dexter harus menjalani hidup normal di masa-masa Sersan Doakes yang menyebalkan terus menguntitnya. Ini bagian yang paling menarik, bukan lucu ya hehe ...

Tapi ketika ia berubah menjadi Dark Passenger ia bisa berubah sadis. Ia membunuh korbannya dan memotong-motong tubuhnya. Gak kebayang ada cowok tampan yang sangat di sukai oleh semua orang tapi bisa membunuh dengan kesenangan.

Alur yang di pakai sepenuhnya maju. Dan sudut pandang yang di pakai adalah sudut pandang Dexter sebagai “aku” dalam novel ini. Membuat kita hanya memahami bagaimana perasaan Dexter dan mengikuti petualangan kecilnya.

Tapi ada beberapa adegan yang bikin aku geli-geli sedap bacanya. Gak usah disebutin kali ya, takut ngerusak kesenangan hehe tapi aku jamin pasti merinding ngebayangin deskripsi penulis tentang adegan-adegan unik itu. Jangan sampai muntah oke haha ...

Keseluruhan, cerita menarik, konflik menarik, dan ending yang menarik. Tidak ada yang menganggu saat baca buku ini. Buku yang sedap untuk menjadi teman pembunuh sepi, karena kita akan mengikuti aksi Dexter yang di luar kebiasaan normal.

Aku memang monster, tetapi aku adalah monster yang menyenangkan dan berperilaku baik. – Hal 320

G+

2 komentar:

  1. Mbak...ini yang ada serialnya itu ya...emang bisa tegang banget mbak kalo nonton...baru tau kalo diangkat dr buku hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul.

      Serialnya yang sampe beberapa season (lupa hehe) saya jarang nonton, karena banyak adegan dewasanya, plus ada anak kecil di rumah x__x

      Agak beda sih dengan novel, tapi gak beda2 banget.

      Hapus

Berikan komentarmu disini

 
;