Judul Asli: The Seven
Dials Mystery
Copyright © 1929 Agatha Christie
Limited
Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama
Alih Bahasa by Mareta
Cetakan ke-7; Agustus
2012; 304 Hlm
Desain Cover by
Staven Andersen
4 of 5
Setiap langkah teka-teki itu
bertambah membingungkan, semakin mengerikan dan berbahaya dan akhirnya...
Ternyata pemuda itu tidak mati karena terlindas mobil... Surat yang bebunyi,
“Lupakan Tujuh lonceng. Aku pikir itu Cuma lelucon. Tapi bukan.” Bunga-bunga
putih menghias penutup peti memantulkan pucatnya wajah muda yang telah pergi...
Tujuh jam di atas perapian berdetik semakin keras, dan mengancam... Nomor Tujuh
mengangkat tangannya perlahan, mencoba melepas pengikat topengnya ....
Kisah ini berawal dari ide konyol
enam orang muda-mudi untuk membangunkan salah seorang teman mereka yang bernama
Gerald Wade, dan ia di juluki si Tukang Tidur. Jimmy Thesiger, Helen, Nancy,
Socks, Bill Eversleigh, Ronny Devereux mendapat ide dari ucapan Rupert Bateman─dipanggil dengan nama
Pongo oleh teman-temannya─
untuk menggunakan jam weker. Lalu salah seorang dari mereka mengusulkan
menggunakan jam weker yang banyak agar si Tukang Tidur akan bangun dengan kaget
dan sumpah serapah. Rencana mereka sudah mantap. Mereka ke kota dan membeli
DELAPAN buah jam weker dengan suara yang paling nyaring. Dan ketika Gerald
sudah tertidur─lagi-lagi
dibantu oleh Pongo─meletakan
jam weker tersebut di seluruh penjuru kamar Gerald. Dan mereka siap menunggu
hasilnya keesokan harinya.
Keesokan harinya, hingga jam
menunjukan pukul 12 siang, Gerald tidak kunjung bangun juga. Padahal bunyi jam
weker yang telah mereka setel pukul 6.30 berhasil membangunkan seluruh penghuni
rumah. Kecuali Gerald Wade. Saat penasaran dan kejengkelan terbaca di raut
wajah mereka, pelayan datang dan mengabarkan Gerald Wade telah meninggal.
Singkat cerita, Gerald Wade
meninggal di vonis akibat over dosis obat tidur. Dan itu adalah hal teraneh
bagi Ronny, karena sebagai sahabat paling karibnya, Gerald tidak butuh obat
tidur untuk tertidur. Bukan itu saja keanehan yang terjadi. Di kamar tempat
Gerald meninggal, TUJUH buah jam weker tersusun rapi di atas perapian. Jimmy
bertanya-tanya, siapa yang meletakan jam itu dan kenapa bisa ada tujuh buah.
“Lucunya,” kata Jimmy, “hanya ada tujuh jam, bukan delapan. Salah satu hilang. Kau memperhatikan tidak?” – Hal 40
Di lain sisi. Lady Eileen Brent─lebih senang dipanggil
dengan sebutan Bundle─pergi
ke kota dengan menggunakan mobil kesayangannya. Di tengah jalan ia menabrak
seorang pria. Karena rasa tanggung jawabnya, ia membawa pria itu ke dokter dan
memeriksanya. Pria tersebut tidak tertolong. Bundle shock. Tapi dokter
mengatakan bahwa pria tersebut bukan meninggal karena ditabrak, melainkan
karena sebuah tembakan. Sebelum meninggal pria itu memberi pesan pada Bundle. Setelah
diketahui, nama pria tersebut adalah Ronny Devereux.
“Tujuh Lonceng... katakan...”“Ya.” Kata Bundle, “Pada siapa?”“Katakan.. Jimmy Thesiger...” – Hal 54
Bundle tidak tinggal diam. Ia
mencari tahu tentang Jimmy dari Bill Eversleigh. Lalu ia dan Jimmy memulai
petualangan berburu penjahat yang telah membunuh dua orang. Bundle yakin ini
ada kaitannya dengan organisasi misterius yang menamakan diri mereka Tujung
Lonceng. Berbagai usaha dilakukan Bundle untuk mengungkap misteri ini. Bahkan
ia rela bersembunyi di lemari dimana organisasi tersebut melakukan rapat.
Sayangnya usaha Bundle tidak
terlalu membuahkan hasil. Karena mereka semua mengenakan topeng dan menggunakan
nama samaran. Belum lagi pimpinan mereka yang dijuluki Nomor Tujuh tidak pernah
menampakan dirinya. Ia bagaikan terselubung dan bersembunyi di antara para-para
petinggi pemerintah. Menyusun rencana untuk mengakhiri sesuatu yang telah
mereka mulai.
Di akhir cerita, Bundle tidak
menyangka bahwa semua dalang di balik ini adalah orang yang selama ini ia
anggap paling aman untuk ia menceritakan semua kegiatannya. Hingga ia telat
menyadarinya ketika sebuah pukulan singgah di kepalanya.
Membawa Bundle ke pimpinan
organisasi yang paling misterius, yaitu si Nomor Tujuh.
***
Bagi pecinta Mr. Hercule Poirot
atau Miss Jane Marple, aku rasa akan kecewa karena tidak akan menemukan kedua
tokoh tersebut di dalam cerita ini. Tapi tidak usah khawatir atau merasa
jengkel, karena novel ini tidak kalah bagusnya dengan novel-novel Agatha yang
lain.
Di dalam novel ini di sajikan
karakter-karakter anak muda yang penuh semangat dan ingin tahu. Sehingga akan
ada beberapa kelebihan novel ini di bandingkan dengan novel Agatha yang tokoh
utamanya adalah Hercule Poirot atau Jane Marple.
Kelebihan pertama, karena
tokohnya adalah anak-anak muda seperti Jimmy dan Bundle. Mereka bebas melakukan
petualangan-petualangan yang agak berani untuk seorang gadis muda seperti
Bundle, seperti menyelinap ke dalam organisasi dan mendengarkan rencana mereka.
Ada juga Jimmy yang mempertaruhkan nyawanya ketika ia berkelahi dengan pencuri
yang hendak mengambil formula rahasia di sebuah pesta petinggi pemerintah. Dan
pencurian tersebut berhasil digagalkan walaupun pencuri berhasil kabur.
Kelebihan kedua, biasanya kita
selalu disuguhi sudut pandang Hasting sebagai teman tokoh utama. Sehingga kita
hanya tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Hasting. Tapi kali ini kita di bawa
sendiri oleh penulis untuk mengikuti petualangan pemberani Jimmy dan Bundle.
Ending-nya luar biasa
MENGEJUTKAN. Serius banget aku sampai kaget dan gak pernah kepikiran sama
sekali bakal “dia” sebenarnya pimpinan Tujuh Lonceng. Lalu bagaimana fakta
dibeberkan bagaimana terbunuhnya Gerald dan Ronny, serta ada seorang
pengkhianat yang sayangnya dipercayai oleh Gerald maupun Ronny. SEMUANYA GILA
.... semuanya gak masuk akal, tapi di jelaskan dengan baik hingga semuanya
masuk akal.
Semua penjelasan dari jawaban
akan teka-teki Misteri Lonceng Tujuh dilakukan dengan baik. Semuanya mendapat
porsi yang pas dalam adengan-adegan tertentu. Seperti bagaimana dijelaskan “dia”
membunuh Gerald dan Ronny serta bagaimana “dia” berusaha menutupi kebohongannya
selama ini.
Sebenarnya aku ingin memberikan
rating 5 of 5, tapi ada satu kelemahan yang membuat aku harus memeberikan
rating 4 of 5. Kelemahan tersebut adalah aku menginginkan (seperti novel-novel
Agatha yang telah aku baca) kalau tokoh utamanya yang memecahkan kasus
tersebut. Tapi di novel ini, semua penjelasan dan teka tekinya di jelaskan
langsung oleh si Nomor Tujuh saat ia berhasil menangkap Bundle. Disitu aku agak
kecewa. Padahal menurut aku novel ini mendekati perfect.
Yah namanya pembaca, selalu
banyak komentar dan kritiknya hehe. Tapi menurut aku novel ini tetap masuk
dalam novel Agatha Favorit aku. Terlepas dari kelemahan yang aku sebutkan.
Akhir Kata...
Selamat Membaca...
Aku lagi mau belajar baca novel... kayaknya yg kriminal2 seru juga hehehe
BalasHapusTergantung selera sebenarnya hehe ... tapi kriminal memang lebih seru dari romance. Konflik dan pemecahan masalahnya lebih bikin greget ....
HapusMbak kalau mereview bener-bener lengkap, mulai dari awal hingga akhir cerita mbak ceritakan kembali dengan runtut. Keren deh mbak. ^_^
BalasHapusHihihi ,,,, makasih Jefry ...
HapusAllhamdullah kalau memang bisa bermanfaat untuk yang baca ^^
Menurut aku justru bagus endingnya seperti itu,,, kan kamu gak pernah duga kan... hehehe
BalasHapus