Jumat, 26 Juni 2015

[Review Buku] Marry Now, Sorry Later by Christian Simamora



Judul: Marry Now, Sorry Later
Penulis by  Christian Simamora
Penerbit TWIGORA
Editor by Alit Palupi
Cetakan pertama; 2015; 438 hlm
Desain Cover by Dwi Anissa Anindhika
Rate 4 of 5


“BERSEDIAKAH SAUDARA MENGASIHI DAN MENGHORMATI ISTRI SAUDARA SEPANJANG HIDUP?”

Sejak awal Jao Lee sudah tahu, Reina tak mencintainya. Namun, menikah dengan putri satu-satunya direktur Hardiansyah Electronics itu memberi ilusi cukup bahwa Jao memilikinya. Salah besar. Reina justru melakukan sesuatu yang tak pernah Jao duga selama ini: kabur sebelum acara resepsi dimulai.

“ADAKAH SAUDARI MERESMIKAN PERKAWINAN INI SUNGGUH DENGAN IKHLAS HATI?”

Setelah enam bulan bersembunyi, akhirnya Jao berhasil menemukan Reina. Seperti dugaannya, suaminya itu memaksanya pulang bersama ke Jakarta. Memangnya apa yang dia harapkan? Semacam membuka lembaran baru dan hidup bersama sebagai suami-istri sungguhan?

“SAYA BERJANJI SETIA KEPADANYA DALAM UNTUNG DAN MALANG, DAN SAYA MAU MENCINTAI DAN MENGHORMATINYA SEUMUR HIDUP.”

Ini cerita cinta tentang dua orang yang tak saling cinta, tapi bertahan untuk tetap bersama. Sampai kapan mereka akan terus berusaha? Perlukah mereka jatuh cinta dulu supaya bisa bahagia?

Selamat jatuh cinta.



Warning: di dalam novel ini terdapat adegan sex yang diperuntukan orang dewasa. Jadi bijaklah sebelum membeli novel ini.


Jao menemukan persembunyian Reina, yaitu di Lotus, sebuah panti asuhan yang terletak di Bali, setelah kejadian kaburnya Reina dari resepsi pernikahannya dengan Jao. Tanpa menunggu persetujuan Reina, Jao memaksa istrinya itu untuk pulang ke Jakarta. Reina susah menolak. Ia tidak ingin menimbulkan keributan di tempat yang selama ini menampungnya selama 6 bulan.

Reina membenci Jao, karena telah memanfaatkan hutang perusahaan ayahnya sebagai cara untuk menikahi Reina. Dan seumur hidup Reina akan membenci Jao. Seperti itulah pikiran Reina awalnya. Tapi perjanjian tetap perjanjian, Reina menginginkan cerai tapi ia masih terikat janji bahwa pernikahan mereka harus bertahan selama setahun. Yang artinya masih ada waktu 6 bulan yang harus Reina habiskan bersama Jao.

Jao menganggap waktu 6 bulan tersebut sebagai kesempatannya yang hilang, yaitu membuat Reina berbalik mencintainya. Dengan bermodalkan hartanya yang melimpah, ia memberi semua hal yang ia kira Reina akan suka. Tapi Jao salah. Sikap Reina selalu saja memusuhinya berujung beradu argument dan salah satunya akan pergi dengan keadaan terluka. Jao yang terluka perhatiannya tidak dihargai, dan Reina terluka karena ia harus bertahan bersama Jao untuk 6 bulan kedepan.


Dengan bantuan sahabat karibnya, Michael, Jao menemukan cara memperlakukan wanita. Bagaimana bersikap dan bagaimana menghadapi sikap emosional mereka. Awalnya semua hal itu bertentangan dengan harga diri Jao, tapi demi cintanya kepada Reina, ia tidak pantang menyerah.

Usaha demi usaha membuahkan hasil. Kedekatan mereka terjalin dengan sikap Jao yang berubah drastis. Yang awalnya pemarah, pendikte, dan selalu ingin menang sendiri menurunkan sedikit egonya untuk lebih bersabar ketika Reina mencela perbuatannya. Reina pun menyadari perubahan itu. Ia juga menyadari perubahan psikologis dirinya, terutama bagian-bagian sensitifnya. Tubuhnya tidak bisa menolak sentuhan Jao, walaupun berulang kali Reina menepis rasa itu. Sebagai gantinya Reina mulai bersikap baik pada Jao dan menuruti permintaan Jao. Tapi permintaan yang masih dalam batas wajar menurut Reina.

Setelah kedetakan yang mereka lalui, dan hubungan intim yang mereka lakukan berkali-kali. Tidak menggoyahkan keinginan Reina untuk bercerai. Jao terpukul. Ia sedih dan memohon satu hal pada Reina. Ia ingin menghabiskan 10 hari terakhir sebelum perjanjian mereka untuk melakukan kencan. Jao ingin memberi kenangan yang indah bagi Reina.

Reina menyetujui.

Jao berharap Reina akan mengubah pikirannya dan melupakan perjanjian perceraian itu. Tapi harapan Jao hanyalah tinggal harapan. Reina sama sekali tidak mengubah pendiriannya untuk bercerai dari Jao. Ia malah makin mengukuhkan hatinya untuk berpisah dari laki-laki yang ia nikahi atas dasar perjanjian, bukan atas rasa cinta.

Jao pun menyerah.

Sampai akhirnya teman-teman Reina bertindak. Mereka berusaha agar bisa menemukan kebahagian Reina, walau Reina menolaknya habis-habisan. Hingga batas kesabaran teman-teman Reina menipis, akhirnya mereka menawarkan pengacara handal yang siap membawa mereka menuju perpisahan.

Justru Reina dilema. Benarkah selama ini tidak ada cinta untuk Jao?

***

Piyuhhh ...

Kelar juga baca novel ini. Setelah banyak hambatan main umpet-umpetan sama si kecil karena dia suka dengan buku ini. Entah karena kovernya warna merah kali ya, makanya si kecil ngebet kali harus dapat novel ini buat di koyak-koyak. Akhirnya aku membaca novel ini ketika dia udah tidur pulas. Bayangkan aja, hampir seminggu baru selesai.

Aku memang masih asing dengan penulis-penulis lokal. Dan novel lokal pun baru aku sentuh baru satu bulan terakhir karena lagi dikasih rezeki sama Allah buat menangin Blog Tour & Giveaway. Salah satunya karya Christian Simamora.

Aku gak heran kalau ini adalah karyanya yang ke-14, karena baru kali ini aku baca novel lokal serasa baca novel terjemahan. Covernya pun aku suka. Pertama kali lihat, aku kira emang novel terjemahan, setelah kepo-in penulisnya rupanya asli lokal. 10 jempol buat Christian Simamora. Kalau diberi kesempatan mungkin aku akan mulai membaca karyanya yang lain. Kalau gak salah dinamakan seri J-boyfriend (kalau gak salah hehe).

Karakter Jao begitu kuat dan terasa banget dalam bayangan aku seperti apa Jao itu. Gambaran yang penulis jabarkan langsung membuat aku  membentuk sketsa wajah di kepalaku. Dan karakter Jao dalam novel tetap konsisten dari awal sampai akhir. Keras di luar lembut di dalam. Walaupun kata Reina dia kejam, iblis atau apapun sebutan negatif lainnya, Jao tetap keren.

Karaktek Reina. Disini agak sulit aku jelaskan. Karena sumpah penulisnya berhasil membuat aku benci karakter Reina. (Maaf .... !!!)

Kenapa?

Awal cerita ketika Jao menjemput Reina, aku suka sifat Reina yang sosial banget walau awalnya menjadikan Lotus sebagai tempat persembunyian. Dan bagaimana keras kepalanya Reina ketika menghadapi Jao setelah mereka sampai hotel. Dan macam-macam lainnya. Pokoknya aku suka karakter itu, di bawakan dengan baik oleh penulis sehingga ketika Reina berhadapan dengan Jao, pembaca bisa senyam senyum gak jelas melihat pertengkaran mereka. Intinya karakter yang terbentuk di kepala aku adalah Reina gadis kaya terhormat yang memiliki harga diri tinggi dan rela mengorbankan kebahagiannya untuk melunasi hutang perusahaan dengan menikahi Jao, orang paling brengsek, menurutnya.

Ada juga ketika Reina terpuruk saat ditinggalkan sahabat-sahabat baiknya. Sampai ia mengenal seorang pemilik salon kuku. Tapi Reina tetap tegar, kehilangan teman tapi mendapatkan sosok sahabat baru yang menguatkan Reina.

Tapi ...

Saat bagian Reina flashback tentang kejadian bagaimana ia bisa menikah dengan Jao. Aku berubah benci dengan karakter Reina. Ada bagian dimana Reina menyerahkan tubuhnya pada Jao hanya untuk memperpanjang jangka waktu pembayaran hutang ayahnya. GILA. Rasa hormat aku kepada Reina di awal cerita berubah menjadi jijik. Sampai akhir cerita pun aku gak bisa menghilangkan rasa tidak suka kepada Reina. Jadi pas ending, aku agak setuju dan tidak setuju dengan kisah mereka. Galau ceritanya hehe ...

Terlepas ini adalah novel dewasa, aku pahami adegan sex-nya yang instens. Tapi memahami karakter “murahan” seperti itu gak bisa membangkitkan kembali rasa hormat aku kepada Reina. Mungkin karena aku cewek, aku kurang terima karakter Reina dibikin seperti itu.

Anggap aja seperti ini, kalau ada 10 orang yang meminta Reina untuk membayar hutang ayahnya dengan tubuhnya, apa ia akan lakukan juga?

Alur cerita yang dipakai, maju-mundur. Jadi ada bagian dimana menceritakan masa lalu Jao yang gak enak dan kisah Reina yang dramatis. Jadi gak perlu khawatir bertanya-tanya kenapa Jao bisa menikah dengan Reina. Semua ada jawabannya.

Kisah di dalam novel ini pun bukan sekedar tentang Jao dan Reina. Disini ada bagian khusus dimana menceritakan kepintaran masing-masing tokoh. Gimana Reina berbakat jadi Party Planner dan Jao yang jago me-manage perusahaan mendiang ayah Reina hingga bangkit lagi. Pantesan aja novelnya tebal bingitz, tapi tetap menarik. Karena penulis menggunakan bahasa-bahasa yang lucu dan menghibur saat menjelaskan perasaan Reina atau Jao yang jengkel. Atau saat Reina dan Jao menghabiskan waktu bersama sahabatnya. Aku paling suka penulisnya menggunakan plesetan-plesetan yang lucu. Misalnya “Ganteng-ganteng Simora” aku ngikik bacanya. Karena langsung ketuju sama sinetron indonesia yang lagi banyak penggemarnya. Menarik ...

Karena ini kisah romance. Pasti ada cerita galaunya kan. Yup kisah sedihnya pun disusun dengan apik oleh penulis. Membuat aku mengerti perasaan Jao yang terluka ketika Reina tetap kukuh ingin bercerai. Bahkan sampai lembar terakhir pun, Reina tetap tidak berubah pikiran. Cerai ... satu kata yang ia inginkan dari pertama kali bertemu Jao di Lotus. Psstt ... pas Jao sedih, aku jadi kangen  suami yang tugasnya di luar kota.

See?

Inilah maksud aku. Penulis menggabarkan Reina KERAS KEPALA. Tapi kenapa Reina GAMPANG sekali menyerahkan tubuhnya hanya untuk mendapat perpanjangan hutang dari Jao? Ish aku masih kesal bagian itu. Kesal sekali ....

Ada satu hal lagi yang gak sesuai (menurut aku). Inspirasi cerita ini dari dongeng terkenal Beauty & the Beast. Menurut aku gak cocok. Karena, inti cerita dongeng tersebut adalah cinta yang berdasarkan hati, bukan fisik. Sedangkan cerita Jao dan Reina di dasarkan benci yang berubah cinta.

 Secara keseluruhan aku suka. Suka banget malah sama novel ini. Walau ceritanya udah umum, tapi penulis berhasil membuatnya berbeda. Banyak adegan yang aku suka, salah satunya Jao yang hujan-hujanan demi nunggu Reina dan ketika Jao pengen memberi kejutan pad Reina saat sarapan dengan memberi kalung mutiara mahal. Aku paling suka jawaban Reina, kalau mutiara gak bisa di makan. Ngakak guling-guling baca bagian itu.  Novel ini TOP lah ....

Terlepas dari itu semua, aku minta maaf kalau review aku rada kurang enak. Aku Cuma ingin novel lokal mampu menghargai karakter wanitanya. Itu aja ....


Akhir kata ...



Selamat Membaca ...




G+

2 komentar:

  1. Eh, jadi pada akhirnya mereka tidak bersama? Tetap cerai? Damn, too much feels... T.T

    BalasHapus

Berikan komentarmu disini

 
;