Judul: Marry Now,
Sorry Later
Penulis by Christian Simamora
Penerbit TWIGORA
Editor by Alit Palupi
Cetakan pertama;
2015; 438 hlm
Desain Cover by Dwi
Anissa Anindhika
Rate 4 of 5
“BERSEDIAKAH
SAUDARA MENGASIHI DAN MENGHORMATI ISTRI SAUDARA SEPANJANG HIDUP?”
Sejak awal Jao Lee
sudah tahu, Reina tak mencintainya. Namun, menikah dengan putri satu-satunya
direktur Hardiansyah Electronics itu memberi ilusi cukup bahwa Jao memilikinya.
Salah besar. Reina justru melakukan sesuatu yang tak pernah Jao duga selama
ini: kabur sebelum acara resepsi dimulai.
“ADAKAH SAUDARI
MERESMIKAN PERKAWINAN INI SUNGGUH DENGAN IKHLAS HATI?”
Setelah enam bulan
bersembunyi, akhirnya Jao berhasil menemukan Reina. Seperti dugaannya, suaminya
itu memaksanya pulang bersama ke Jakarta. Memangnya apa yang dia harapkan?
Semacam membuka lembaran baru dan hidup bersama sebagai suami-istri sungguhan?
“SAYA BERJANJI
SETIA KEPADANYA DALAM UNTUNG DAN MALANG, DAN SAYA MAU MENCINTAI DAN
MENGHORMATINYA SEUMUR HIDUP.”
Ini cerita cinta
tentang dua orang yang tak saling cinta, tapi bertahan untuk tetap bersama.
Sampai kapan mereka akan terus berusaha? Perlukah mereka jatuh cinta dulu
supaya bisa bahagia?
Selamat jatuh
cinta.
Warning: di dalam novel ini terdapat adegan sex yang diperuntukan orang dewasa. Jadi bijaklah sebelum membeli novel ini.
Jao menemukan persembunyian
Reina, yaitu di Lotus, sebuah panti asuhan yang terletak di Bali, setelah
kejadian kaburnya Reina dari resepsi pernikahannya dengan Jao. Tanpa menunggu
persetujuan Reina, Jao memaksa istrinya itu untuk pulang ke Jakarta. Reina
susah menolak. Ia tidak ingin menimbulkan keributan di tempat yang selama ini
menampungnya selama 6 bulan.
Reina membenci Jao, karena telah
memanfaatkan hutang perusahaan ayahnya sebagai cara untuk menikahi Reina. Dan
seumur hidup Reina akan membenci Jao. Seperti itulah pikiran Reina awalnya.
Tapi perjanjian tetap perjanjian, Reina menginginkan cerai tapi ia masih
terikat janji bahwa pernikahan mereka harus bertahan selama setahun. Yang
artinya masih ada waktu 6 bulan yang harus Reina habiskan bersama Jao.
Jao menganggap waktu 6 bulan
tersebut sebagai kesempatannya yang hilang, yaitu membuat Reina berbalik
mencintainya. Dengan bermodalkan hartanya yang melimpah, ia memberi semua hal
yang ia kira Reina akan suka. Tapi Jao salah. Sikap Reina selalu saja
memusuhinya berujung beradu argument dan salah satunya akan pergi dengan keadaan
terluka. Jao yang terluka perhatiannya tidak dihargai, dan Reina terluka karena
ia harus bertahan bersama Jao untuk 6 bulan kedepan.
Dengan bantuan sahabat karibnya,
Michael, Jao menemukan cara memperlakukan wanita. Bagaimana bersikap dan
bagaimana menghadapi sikap emosional mereka. Awalnya semua hal itu bertentangan
dengan harga diri Jao, tapi demi cintanya kepada Reina, ia tidak pantang
menyerah.
Usaha demi usaha membuahkan
hasil. Kedekatan mereka terjalin dengan sikap Jao yang berubah drastis. Yang
awalnya pemarah, pendikte, dan selalu ingin menang sendiri menurunkan sedikit
egonya untuk lebih bersabar ketika Reina mencela perbuatannya. Reina pun
menyadari perubahan itu. Ia juga menyadari perubahan psikologis dirinya,
terutama bagian-bagian sensitifnya. Tubuhnya tidak bisa menolak sentuhan Jao,
walaupun berulang kali Reina menepis rasa itu. Sebagai gantinya Reina mulai
bersikap baik pada Jao dan menuruti permintaan Jao. Tapi permintaan yang masih
dalam batas wajar menurut Reina.
Setelah kedetakan yang mereka
lalui, dan hubungan intim yang mereka lakukan berkali-kali. Tidak menggoyahkan
keinginan Reina untuk bercerai. Jao terpukul. Ia sedih dan memohon satu hal
pada Reina. Ia ingin menghabiskan 10 hari terakhir sebelum perjanjian mereka
untuk melakukan kencan. Jao ingin memberi kenangan yang indah bagi Reina.
Reina menyetujui.
Jao berharap Reina akan mengubah
pikirannya dan melupakan perjanjian perceraian itu. Tapi harapan Jao hanyalah
tinggal harapan. Reina sama sekali tidak mengubah pendiriannya untuk bercerai
dari Jao. Ia malah makin mengukuhkan hatinya untuk berpisah dari laki-laki yang
ia nikahi atas dasar perjanjian, bukan atas rasa cinta.
Jao pun menyerah.
Sampai akhirnya teman-teman Reina
bertindak. Mereka berusaha agar bisa menemukan kebahagian Reina, walau Reina
menolaknya habis-habisan. Hingga batas kesabaran teman-teman Reina menipis,
akhirnya mereka menawarkan pengacara handal yang siap membawa mereka menuju
perpisahan.
Justru Reina dilema. Benarkah
selama ini tidak ada cinta untuk Jao?
***
Piyuhhh ...
Kelar juga baca novel ini.
Setelah banyak hambatan main umpet-umpetan sama si kecil karena dia suka dengan
buku ini. Entah karena kovernya warna merah kali ya, makanya si kecil ngebet
kali harus dapat novel ini buat di koyak-koyak. Akhirnya aku membaca novel ini
ketika dia udah tidur pulas. Bayangkan aja, hampir seminggu baru selesai.
Aku memang masih asing dengan
penulis-penulis lokal. Dan novel lokal pun baru aku sentuh baru satu bulan
terakhir karena lagi dikasih rezeki sama Allah buat menangin Blog Tour &
Giveaway. Salah satunya karya Christian Simamora.
Aku gak heran kalau ini adalah
karyanya yang ke-14, karena baru kali ini aku baca novel lokal serasa baca
novel terjemahan. Covernya pun aku suka. Pertama kali lihat, aku kira emang
novel terjemahan, setelah kepo-in penulisnya rupanya asli lokal. 10 jempol buat
Christian Simamora. Kalau diberi kesempatan mungkin aku akan mulai membaca
karyanya yang lain. Kalau gak salah dinamakan seri J-boyfriend (kalau gak salah
hehe).
Karakter Jao begitu kuat dan
terasa banget dalam bayangan aku seperti apa Jao itu. Gambaran yang penulis
jabarkan langsung membuat aku membentuk
sketsa wajah di kepalaku. Dan karakter Jao dalam novel tetap konsisten dari
awal sampai akhir. Keras di luar lembut di dalam. Walaupun kata Reina dia
kejam, iblis atau apapun sebutan negatif lainnya, Jao tetap keren.
Karaktek Reina. Disini agak sulit
aku jelaskan. Karena sumpah penulisnya berhasil membuat aku benci karakter
Reina. (Maaf .... !!!)
Kenapa?
Awal cerita ketika Jao menjemput
Reina, aku suka sifat Reina yang sosial banget walau awalnya menjadikan Lotus
sebagai tempat persembunyian. Dan bagaimana keras kepalanya Reina ketika
menghadapi Jao setelah mereka sampai hotel. Dan macam-macam lainnya. Pokoknya
aku suka karakter itu, di bawakan dengan baik oleh penulis sehingga ketika
Reina berhadapan dengan Jao, pembaca bisa senyam senyum gak jelas melihat
pertengkaran mereka. Intinya karakter yang terbentuk di kepala aku adalah Reina
gadis kaya terhormat yang memiliki harga diri tinggi dan rela mengorbankan
kebahagiannya untuk melunasi hutang perusahaan dengan menikahi Jao, orang
paling brengsek, menurutnya.
Ada juga ketika Reina terpuruk
saat ditinggalkan sahabat-sahabat baiknya. Sampai ia mengenal seorang pemilik
salon kuku. Tapi Reina tetap tegar, kehilangan teman tapi mendapatkan sosok
sahabat baru yang menguatkan Reina.
Tapi ...
Saat bagian Reina flashback
tentang kejadian bagaimana ia bisa menikah dengan Jao. Aku berubah benci dengan
karakter Reina. Ada bagian dimana Reina menyerahkan tubuhnya pada Jao hanya
untuk memperpanjang jangka waktu pembayaran hutang ayahnya. GILA. Rasa hormat
aku kepada Reina di awal cerita berubah menjadi jijik. Sampai akhir cerita pun
aku gak bisa menghilangkan rasa tidak suka kepada Reina. Jadi pas ending, aku
agak setuju dan tidak setuju dengan kisah mereka. Galau ceritanya hehe ...
Terlepas ini adalah novel dewasa,
aku pahami adegan sex-nya yang instens. Tapi memahami karakter “murahan”
seperti itu gak bisa membangkitkan kembali rasa hormat aku kepada Reina.
Mungkin karena aku cewek, aku kurang terima karakter Reina dibikin seperti itu.
Anggap aja seperti ini, kalau ada
10 orang yang meminta Reina untuk membayar hutang ayahnya dengan tubuhnya, apa
ia akan lakukan juga?
Alur cerita yang dipakai,
maju-mundur. Jadi ada bagian dimana menceritakan masa lalu Jao yang gak enak
dan kisah Reina yang dramatis. Jadi gak perlu khawatir bertanya-tanya kenapa
Jao bisa menikah dengan Reina. Semua ada jawabannya.
Kisah di dalam novel ini pun
bukan sekedar tentang Jao dan Reina. Disini ada bagian khusus dimana
menceritakan kepintaran masing-masing tokoh. Gimana Reina berbakat jadi Party Planner dan Jao yang jago
me-manage perusahaan mendiang ayah Reina hingga bangkit lagi. Pantesan aja novelnya
tebal bingitz, tapi tetap menarik. Karena penulis menggunakan bahasa-bahasa
yang lucu dan menghibur saat menjelaskan perasaan Reina atau Jao yang jengkel.
Atau saat Reina dan Jao menghabiskan waktu bersama sahabatnya. Aku paling suka
penulisnya menggunakan plesetan-plesetan yang lucu. Misalnya “Ganteng-ganteng
Simora” aku ngikik bacanya. Karena langsung ketuju sama sinetron indonesia yang
lagi banyak penggemarnya. Menarik ...
Karena ini kisah romance. Pasti
ada cerita galaunya kan. Yup kisah sedihnya pun disusun dengan apik oleh
penulis. Membuat aku mengerti perasaan Jao yang terluka ketika Reina tetap
kukuh ingin bercerai. Bahkan sampai lembar terakhir pun, Reina tetap tidak
berubah pikiran. Cerai ... satu kata yang ia inginkan dari pertama kali bertemu
Jao di Lotus. Psstt ... pas Jao sedih, aku jadi kangen suami yang tugasnya di luar kota.
See?
Inilah maksud aku. Penulis
menggabarkan Reina KERAS KEPALA. Tapi kenapa Reina GAMPANG sekali menyerahkan
tubuhnya hanya untuk mendapat perpanjangan hutang dari Jao? Ish aku masih kesal
bagian itu. Kesal sekali ....
Ada satu hal lagi yang gak sesuai
(menurut aku). Inspirasi cerita ini dari dongeng terkenal Beauty & the
Beast. Menurut aku gak cocok. Karena, inti cerita dongeng tersebut adalah cinta
yang berdasarkan hati, bukan fisik. Sedangkan cerita Jao dan Reina di dasarkan
benci yang berubah cinta.
Secara keseluruhan aku suka. Suka banget malah
sama novel ini. Walau ceritanya udah umum, tapi penulis berhasil membuatnya
berbeda. Banyak adegan yang aku suka, salah satunya Jao yang hujan-hujanan demi
nunggu Reina dan ketika Jao pengen memberi kejutan pad Reina saat sarapan
dengan memberi kalung mutiara mahal. Aku paling suka jawaban Reina, kalau
mutiara gak bisa di makan. Ngakak guling-guling baca bagian itu. Novel ini TOP lah ....
Terlepas dari itu semua, aku
minta maaf kalau review aku rada kurang enak. Aku Cuma ingin novel lokal mampu
menghargai karakter wanitanya. Itu aja ....
Akhir kata ...
Selamat Membaca ...
Eh, jadi pada akhirnya mereka tidak bersama? Tetap cerai? Damn, too much feels... T.T
BalasHapusHehe ... ada kejutan di akhir buku.
Hapus