Selasa, 14 April 2015

[Review Buku] Saksi Bisu by Agatha Christie


Judul Asli: Dumb Witness
Copyright © 1937 Agatha Christie Limited
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Alih Bahasa: Indri K. Hidayat
Cetakan ke-10; Maret 2012; 384 Hlm
Desain cover by Staven Andersen
Rate 4 of 5


Empasan tubunya di lantai, teriakannya yang melengking memecah keheningan malam, mengusik kelelapan tidur seisi rumah. Pintu-pintu dibuka, lampu pun menyala. Miss Lawson melongok ke luar kamarnya yang terletak paling dekat tangga. Berteriak histeris, perempuan itu tergopoh-gopoh turun. Yang lain berdatangan satu per satu: Charles menguap dan masih mengenakan jas kamar. Theresa, dengan hanya selesai sutra bewarna gelap membalut tubuhnya. Bella dengan kimono biru laut dan rambutnya penuh gulungan. Suaminya, Dokter Tanios, tidak kehilangan akal....
Hercule Poirot membongkar misteri kematian Emily Arundell, perawan tua yang kaya raya. Pembunuhan itu direncanakan dengan begitu rapi dan mengagumkan, namun si pembunuh lupa, ada lidah si SAKSI BISU.


Sinopsis

Novel ini dibuka dengan sebuah cerita di balik kematian Emily Arundell. Seorang perawan tua kaya raya dan tinggal di Puri Hijau –sebutan untuk rumah Miss Arundell− yang  bertempat di kota kecil Market Basing. Miss Arundell adalah sosok wanita keras hasil didikan zaman dahulu. Pikiraanya terlalu kolot bila dibandingkan dengan pemikiran anak muda dimasa kini. Mulutnya yang tajam, tidak segan-segan memberi komentar atau kritik terhadap apa yang tidak ia suka. Namun disisi lain, ia sangat dermawan. Selalu menolong ketika ada yang membutuhkannya.

Di empat bab pertama, akan di paparkan kepada pembaca situasi di saat Miss Arundell akan menemui ajalnya serta tokoh-tokoh utama yang berperan dalam kisah ini pun dipaparkan secara gamblang. Tersangka tidak lain adalah sanak saudaranya sendiri, yaitu anak dari saudara-saudara kandungnya yang sudah lama meninggal. Untuk pemanis, tidak lupa seorang pelayan pribadi yang kelihatannya bodoh dan tidak berpendidikan pun dilibatkan dalam kasus ini.

Apa yang menarik dari novel Agatha kali ini?


Hal pertama adalah “Kecelakaan” yang dialami Miss Arundell saat sanak saudaranya berkumpul untuk merayakan Hari Paskah. Semua orang menyangka Miss Arundell jatuh dari tangga dikarenakan menginjak bola Bob –anjing Miss Arundell− yang dibiarkan tergeletak di atas tangga. Tapi otak cerdik Miss Arundell tidak sependapat seperti itu.

Malam setelah kecelakaan itu, Miss Arundell memutuskan memanggil pengacaranya dan menulis surat pada Mr. Hercule Poirot.

Tanggal 1 mei ia meninggal karena penyakit lever dan penyakit kuning yang telah ia idap selama bertahun-tahun. Kematiannya pun di anggap wajar oleh dokter pribadi dan terhormat di kota kecil itu. Sehingga kematiannya tidak menimbulkan kegemparan atau gosip-gosip yang tidak enak.

Tapi bukan itu yang menjadi berita utama dalam kematian Miss Arundell, melainkan surat wasiat yang ia tulis tanggal 21 april silam. Tepat sebelum ia meninggal.

Surat wasiat yang ditulis Miss Arundell  adalah berita yang sangat luar biasa. Karena pewaris sah dari hartanya yang berlimpah adalah pelayan pribadi Miss Arundell, yaitu Mihelmina Lawson. Yang notabene-nya baru berkeja pada Miss Arundell beberapa bulan yang lalu. Tdak ada yang tahu alasan dibalik penulisan surat wasiat tersebut. Dan sayangnya surat tersebut SAH karena ditanda tangani oleh saksi serta Miss Arundell sendiri.

Disinilah Mr. Hercule Poirot berperan penting.

Surat Miss Arundell yang seharusnya ia tulis dan kirim tanggal 17 april, tapi justru malah tiba ditangan Poirot tanggal 28 Juni. Ada jeda yang sangat jauh untuk mengirim surat menurut Poirot. Dan berbekal surat itu ia bertekad menjadikan Miss Arundell sebagai kliennya.

Penyelidikan pun dimulai dari Market Basing, tepatnya Puri Hijau

Theresa adalah gadis muda nan cantik yang terbiasa hidup glamor. Tidak heran bila ia selalu terlibat dengan polisi akibat hobinya yang suka berpesta pora dengan diakhiri minuman beralkohol. Kehidupan glamor membutuhkan dana, dan uang yang dimiliki Theresa sedikit demi sedikit kian menipis. Ia adalah orang yang mengambil racun dalam tempat penyimpanan si Tukang kebun.

Charles kakak dari Theresa, adalah sosok yang paling menawan dalam cerita ini. Gayanya yang suka mengejek dan suka asal bicara membuat nilai minus di mata Miss Arundell. Ia terlibat hutang yang banyak dan pernah mencoba meminjam uang kepada Miss Arundell yang berakhir dengan ancaman. Ia juga tipe kriminal. Ia mencuri uang dari Bibinya dan pernah memalsukan tanda tangan bibinya.

Arabella Tanios sosok wanita baik hati dan sempurna bagi Miss Arundell. Ia adalah ibu sekaligus istri yang berbakti kepada suami. Cuma sayangnya, Miss Arundell tidak menyukai suaminya yang berkebangsaan Yahudi. Bahkan Miss Arundell sempat berpikir untuk tidak memberikan Bella warisan sedikitpun. Bella takut sekali pada suaminya. Apapun yang dikatakan oleh suaminya akan ia turuti, dan Poirot menjadi simpati pada wanita itu saat pertama kali bertemu.

Jacob Tanios, suami Bella Arundell, adalah seorang  Dokter yang sangat menyenangkan. Bahkan Miss Arundell terpesona dengan cara bicara dan pembawaan Jacob. Walaupun begitu, rasa tidak sukanya pada Jacob tidak akan hilang.  Belum lagi beberapa waktu yang lalu, Jacob mencoba berspekulasi dengan uang Bella dan ternyata gagal. Hal itu membuat rasa tidak percaya dan tidak sukanya menjadi berlapis-lapis.

Miss Lawson, pelayan pribadi Miss Arundell yang memiliki hobi bergabung dengan kegiatan spiritual dan menjadi saksi bahwa di malam kematian majikannya tersebut, dari mulut Miss Arundel mengeluarkan segumpalan asap yang bercaya. Tidak ada yang istimewa pada dirinya. Ia tidak pintar, dan tidak terlalu disukai oleh Miss Arundell, tapi ia dapat di percaya. Dan kepada dirinya lah seluruh harta Miss Arundell di wariskan. Kenapa? Tidak ada yang tahu

Rex Donaldson, kekasih Theresa. Pria kaku tapi sopan namun sangat jenius. Dia memiliki ambisi untuk memiliki labolatorium pribadi dan dengan menjadi suami Theresa, ia berharap akan kecipratan uang Miss Arundell.

Kesimpulan yang Poirot ambil adalah kunci penentu siapa pelaku sesungguhnya.

Cara pertama pelaku untuk membunuh Miss Arundell sangatlah sederhana, yaitu membentangkan benang tipis di sisi tangga agar ketika Miss Arundell menuruni tangga ia akan jatuh. Dengan tubuh tua dan rentanya, tidak sulit untuk membunuhnya. Tapi Trik tersebut gagal

Cara kedua sedikit menjadi rumit. Karena menggunakan racun dan gejala keracunan tidak dapat terdekteksi oleh Dokter Pribadi Miss Arundell.

Poirot sempat memikirkan ada dua pelaku karena cara yang dipakai berbeda. Jelas pelakunya adalah orang pintar sekaligus cerdik. Poirot menganalisis bahwa pelaku memiliki jiwa pembunuh yang kejam, dan bukannya tidak mungkin kalau ada korban kedua.

Hal yang ditakutkan Poirot benar. Ada korban kedua dalam kisah ini ...

***

Review

Aku suka sekali sama cara Agatha menciptakan karakter-karakter dalam novelnya. Dan bisa dibilang tidak ada yang berlebihan. Semua karakter yang diciptakan sesuai dengan apa yang ada di dalam masyarakat kita.

Sudut pandang yang dipakai tetap Hasting−sahabat poirot− yang membuat kita seolah-olah berada dalam investigasi Poirot yang serba sistematis. Alur cerita mengalir membuat cerita ini enak dibaca. Aku sendiri ikut merasa sedang berpetualang bersama Poirot sekaligus menjadi penonton yang baik. Ada saat-saat ketika aku merasa gemas sekaligus geram dengan sikap Poirot yang serba rahasia. Ia terkadang juga “pelit” informasi kepada Hasting, sehingga Hasting selalu menebak-nebak pikiran Poirot.

Sebenarnya, kalau kita teliti di dalam novel ini selalu mengulang clue-clue yang mengarah ke pelaku sebenarnya. Aku terkecoh. Sempat mengira Theresa adalah pelakunya karena sifatnya yang keras dan bisa kejam disaat yang bersamaan. Tapi apakah dia juga bisa menjadi pembunuh?

Charles, Tanios sempat jadi tersangka utama yang aku pikirkan. Karena sikap mereka mencurigakan sekali. Ada yang mereka sembunyika, tapi tidak lama. Karena sedikit percakapan khusus antara mereka Poirot tau apa itu. Setelah charles, Theresa, dan Tanios, aku menduga Rex adalah dalang utama. Karena sikap diamnya. Bella juga gak luput,  Cuma ada sesuatu yang menghindarkan dia dari daftar tersangka. Tapi hati dan pikiran gak bisa lepas dari Bella, tingkah lakunya yang mengundang prihatin Poirot.

Agatha sukses membuat kita menduga “pelakunya pasti dia!” dengan disertai keadaan yang mendukung ke tebakan kita semula. Tapi harus kecewa ketika tebakan kembali salah. Seperti aku bilang, clue di dalam novel ini jelas banget. Aku sampai ngerasa bodoh gak menyadari hal tersebut dari awal.

Aku juga paling was was pas disebut ada korban kedua. Aku pikir hanya trik Agatha buat jantung deg deg kan. Ternyata beneran ada korban kedua. Poirot sebenarnya udah bisa ngeliat korban kedua itu siapa, tapi dia memilih untuk diam sampai waktu yang tepat.

Salah atau benarkah tindakan Poirot?

Hanya Agatha yang tau hehe

Kalau pengen tau, baca aja novelnya....

Kalau untuk cover, typo dan lain-lain aku gak bahas. Karena menurut aku terbitan Gramedia emang prefect banget untuk novel ataupun komiknya. Untuk terjemahan juga bagus sekali, gak kaku. Walaupun biasanya terjemahan penulis inggris itu rada kaku. Pernah baca bukunya (bukan terbitan gramedia) cuma lupa #plak wkwkwk




G+

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentarmu disini

 
;