GOOSEBUMPS: The Girl
Who Cried Monster
By R.L. Stine
Copyright © 1992 by
Parachute Press Inc
Penerbit: PT Gramedia
Pustaka Utama
160 Hal ; 20 cm
YANG IA CERITAKAN BENAR...
TAPI TAK SEORANG PUN PERCAYA
KEPADANYA!
Lucy menggemari cerita-cerita
monster. Begitu seringnya ia membual tentang monster sehingga para sahabat
serta keluarga menjadi bosan dan muak.
Sampai pada suatu hari, Lucy
menjumpai monster sungguhan, monster hidup: sang pustakawan yang mengadakan
program membaca musim panas...
Celakanya, Lucy sudah terlalu sering
membual.
Celakanya, tak ada yang mempercayai
Lucy.
Celakanya, si monster tahu siapa
Lucy sebenarnya... dan siap menyergap Lucy setiap saat....
Sinopsis
Lucy Dark seorang anak perempuan
berusia dua belas tahun yang menggemari cerita-cerita monster. Ia sangat suka
mengarang cerita moster hanya sekedar untuk menakuti orang lain, terutama
adiknya, Randi yang sangat mudah percaya pada cerita monster Lucy. Sahabat
terdekat Lucy pun ikut menjadi korban cerita bohong Lucy. Bagi Lucy tidak ada
yang lebih menarik daripada melihat orang ketakutan percaya pada ceritanya.
Tapi terlalu seringnya Lucy
membual membuat orang-orang sekitarnya menjadi bosan muak. Tidak tertipu atau
termakan lagi oleh cerita Lucy yang luar biasa “menyeramkan”. Ibu dan Ayahnya pun memberi peringatan keras pada
Lucy karena cerita-ceritanya berakibat buruk pada Randi.
Pada suatu hari di liburan musim
panas, Lucy mendapat tugas untuk membaca buku di perpustakaan. Setiap buku yang
selesai di baca akan mendapatkan bintang emas. Bagi mereka yang mengumpulkan
enam bintang emas akan mendapatkan hadiah. Lucy rasa tidak terlalu buruk bila
tugasnya membaca, ia akan membaca novel-novel misteri dan menceritakannya ke
Randi. Mr. Mortman, sang pustakawan hanya mengizinkan para peserta untuk
membaca buku-buku klasik membuat tugas membaca Lucy menjadi begitu berat.
Lucy mengenakan sepatu rodanya
dan menyusuri jalanan beraspal. Perpustakaan hanya berjarak tujuh blok dari
rumahnya. Sesampainya di perpustakaan ia langsung mengembalikan buku bacaannya
kepada Mr. Mortman untuk di tandai dalam laporannya. Sekilas tidak ada yang
aneh pada penampilan Mr. Mortman. Ia bertubuh pendek, gemuk dan kepala botak.
Hanya saja Lucy selalu tidak nyaman dengan telapak tangan Mr. Mortman yang
selalu basah.
Selesai menyerahkan bukunya, Lucy
pulang ke rumah. Setengah perjalanan ia teringat kalau sepatu rodanya
ketinggalan di dalam perpustakaan. Ia memutuskan akan mengambilnya sebelum
perpustakaan tutup. Sesampainya disana, Lucy berjalan pelan ke arah tempat dia meninggalkan
sepatu rodanya. Ia berencana meninggalkan perpustakaan sampai ia terpaku
sejenak melihat Mr. Mortman.
Laki-laki itu tengah membungkuk
di atas mejanya dan memegang setoples berisi lalat. Lucy mengira lalat itu akan
di berikan pada hewan peliharaan Mr. Mortman, seekor kura-kura. Lucy tidak
beranjak, ia penasaran apa yang selanjutkan akan di lakukan pustakawan
tersebut. Betapa terkejutnya Lucy saat menyadari kepala Mr. Mortman berubah
bentuk, kedua bola matanya keluar dari tengkoraknya dan lidahnya menjulur
melahap satu persatu lalat di dalam toples.
Lucy baru saja melihat MONSTER
Sontak saja Lucy berlari pulang
kerumah dan menceritakan apa yang baru saja dilihat kepada orang tua. Tapi
mereka tidak percaya, bahkan Randi yang penakut pun ragu-ragu mempercayai
cerita kakaknya. Untuk membuktikan dirinya benar, Lucy berusaha memergoki Mr.
Mortman.
Keesokan harinya Lucy membawa
kamera dan berencana akan tinggal di perpustakaan hingga senja datang dan
memotret Mr. Mortman. Lalu ia akan berlari sekencang-kencangnya pulang ke rumah
dan memperlihatkan kepada ibunya. Rencana yang hebat. Setelah mempertimbangkan
masak-masak serta mengumpulkan keberaniannya, Lucy pun bertekad hari ini harus
terlaksa.
Awalnya rencana berjalan mulus.
Lucy sengaja datang saat perpustakaan mau tutup. Setelah Mr. Mortman menandai
buku bacaan Lucy, ia pun langsung pura-pura pulang. Ia mencoba menipu Mr.
Mortman dengan berpura-pura membanting pintu sehingga terlihat ia sudah pulang.
Padahal sebenarnya Lucy tengah bersembunyi di sekitar rak kosong.
Perpustakaan sunyi total. Tidak
ada yang terdengar selain nafas Lucy sendiri dan langkah kaki Mr. Mortman yang
mengunci pintu perpustakaan. Lucy duduk di tempat persembunyiannya hingga Mr.
Mortman kembali ke ruangannya dan mulai mengambil lalat-lalat dalam toplesnya.
Kamera ditangannya ia genggam
erat di depan matanya. Siap mengambil gambar bukti bahwa ia tidak berbohong.
Mr. Mortman mulai berubah menjadi moster dan melahap lalat-lalat tersebut.
Lucy beraksi. Ia mengambil foto Mr.
Mortman. Tapi betapa terkejutnya ia ketika kameranya mengeluarkan sinar yang
terang. Lucy lupa mematikan blitz kamera tersebut.
***
Review
Cerita ini penuh sekali dengan
pesan baiknya, kenapa tidak boleh suka berbohong dan akibat yang di timbulkan
dari suka berbohong. Mungkin agak menyeramkan kalau di baca untuk anak-anak
yang masih duduk di Sekolah Dasar, tapi sebagai orang yang lebih dewasa yang
ingin mengajarkan pesan moral kepada adik/anak ada baiknya menemaninya membaca
buku ini atau membacakan untuk mereka.
Gaya khas R.L Stine di akhir buku
sangat mengejutkan. Aku masih sampai terkagum-kagum dengan ending yang di sajikan oleh Beliau. Jadi buku yang ditujukan untuk
anak-anak ini cocok juga di baca oleh orang dewasa di saat senggang. Bukunya
tidak terlalu tebal dan ceritanya menarik tidak berbelit-belit.
Rekomendasikan banget buat
pecinta misteri
Wah sayangnya saya g suka buku misteri
BalasHapus